jpnn.com - JAKARTA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) telah memetakan produksi minyak Indonesia jangka panjang. Proyeksi produksi minyak dinyatakan bakal menurun cepat pada 2017 dan mencapai 332 ribu barel per hari (bph) pada 2030. Karena itu, dia terus mendorong eksplorasi untuk menemukan cadangan baru.
Sekretaris SKK Migas, Gde Pradnyana mengungkapkan, pihaknya sudah membuat blueprint prognosis produksi minyak hingga 2030. Dalam data tersebut, produksi minyak memang bakal naik tahun depan. Tetapi, kenaikan tersebut hanya akan bertahan dua tahun. P
BACA JUGA: Harga Merica Capai Rp 160 Ribu per Kilogram
roduksi puncak diperkirakan terjadi pada 2016 dengan 905 ribu bph. “Prognosis ini kami rancang dengan pertimbangan tidak ada penemuan baru cadangan minyak,” kata Gde pekan lalu.
Setelah 2016, produksi minyak diprediksi terus menurun dengan rata-rata persentase 6 persen. Angka tersebut bakal mencapai 332 ribu bph pada 2030. Penurunan itu pun dinilai sudah melalui upaya penekanan dari perusahaan.
BACA JUGA: Elpiji 3 Kg Langka, Pedagang Naikkan Harga
Menurut dia, rasio penurunan alami sumur minyak di Indonesia cukup tinggi. Hal tersebut dikarenakan banyak sumur yang sudah tua.
“Water content sumur Minas yang menjadi andalan saja mencapai 90 persen. Artinya, di antara 100 barel yang keluar, hanya 10 barel yang berupa minyak. Dengan begitu, rata-rata natural decline rate sumur Indonesia itu 16 persen. Setelah melalui maintenance dan work over, baru kita bisa tekan menjadi 3–5 persen,” ungkapnya.
BACA JUGA: Harga Bawang Merah Naik Lagi
Karena itu, pihaknya terus mendorong upaya eksplorasi di Indonesia. Sebenarnya, upaya eksplorasi yang dilakukan di Indonesia cukup banyak. Tahun lalu jumlah pengeboran sumur eksplorasi mencapai 475 titik. Hal tersebut merupakan jumlah terbanyak dibandingkan dengan negara ASEAN lain.
“Negara dengan jumlah pengeboran eksplorasi terbanyak kedua adalah Malaysia. Itu pun hanya 250 titik. Hanya, rasio sukses Indonesia memang rendah. Lebih banyak dry hole (sumur kering). Karena itu, belum ada penemuan cadangan minyak signifikan selain (Blok) Cepu hingga saat ini,” ungkapnya.
Di sisi lain, kata Gde, penemuan minyak memang sulit dalam beberapa tahun terakhir. Sebab, kebanyakan blok-blok baru di Indonesia merupakan blok gas bumi. Misalnya, Blok Teluk Bintuni dan Blok Masela.
“Saat ini potensi baru memang berada di wilayah timur dengan sumber gas bumi. Kalaupun ada, itu kondensat yang menjadi produk sampingan gas bumi. Jadi, masyarakat Indonesia harus mulai transisi konsumsi BBM ke gas,” jelasnya. (bil/c19/agm)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Rumor Tidak Terbukti, Arus Modal Mulai Masuk
Redaktur : Tim Redaksi