jpnn.com, JEMBER - Sebagai penjaga sekolah, Ngatemo, 50, kemarin pagi membuka semua ruang kelas di SDN Gugut 1 Kecamatan Rambipuji, Jember, Jatim.
Kegiatan itu dilakukan tiap hari efektif, sebelum siswa dan seluruh guru datang.
BACA JUGA: Anggarkan Rp 20 Miliar untuk Rehab 80 Gedung Sekolah
Namun, sesuatu yang baginya luar biasa terjadi. Saat Ngatemo membuka ruang kelas 4, tiba-tiba ada atap yang ambrol.
Bahkan, atap kelas di ruang sebelahnya (kelas 5 dan 6) ikut ambrol.
BACA JUGA: Dampak Gempa, Sekolah Nyaris Roboh
"Saat saya buka pintu, tiba-tiba bruool.. Ambruk semua," ucap Ngatemo ketika ditemui Jawa Pos Radar Jember kemarin.
Waktu itu jam menunjukkan pukul 06.00 WIB. Kondisi sekitar lokasi tidak ada hujan dan angin.
BACA JUGA: Sekolah Runtuh Disapu Angin Kencang
"Saya bingung, kok bisa," lanjutnya, lalu menyebut bahwa suara atap yang ambrol itu sangat keras. Padahal, lanjut dia, sebelum kejadian, tidak ada bunyi kretak dulu.
Karena takut, Ngatemo langsung lari menjauh. Dia kembali mendekat ketika sejumlah warga sekitar sekolah juga datang.
Saat dikonfirmasi, Kepala SDN Gugut 1 Teguh Santoso menuturkan, sebelumnya tidak ada tanda-tanda atap bakal roboh.
Apalagi, ruangan kelas 4, 5, dan 6 itu termasuk kelas baru. "Baru dibangun sekitar 2009," ucapnya.
Padahal, jelas Teguh, jika melihat usia, sebenarnya ada sejumlah ruangan lain yang lebih tua, yang dibangun sekitar 2007.
"Cuma, yang kelas lain (yang lebih tua tersebut, Red) dari kayu. Kalau (yang roboh) ini galvalum," ujarnya.
Pihaknya belum berani memastikan, apakah robohnya atap disebabkan kualitas galvalum atau konstruksi yang kurang tepat.
Namun, Teguh memastikan bahwa kerusakan itu bukan karena faktor alam seperti hujan dan angin.
Sebab, saat kejadian, tidak ada angin dan hujan. "Memang, sehari sebelumnya ada hujan, tapi tidak sampai terjadi hal yang tidak diinginkan," jelasnya.
Teguh masih bersyukur, peristiwa itu terjadi saat pagi. Jadi, tidak sampai ada korban jiwa dari rusaknya atap bangunan ruang kelas tersebut.
"Bisa dibayangkan jika kejadian pas proses belajar-mengajar. Untung, murid kami belum masuk sekolah sehingga tidak ada korban jiwa," terangnya.
Kejadian mengejutkan itu kemarin langsung mendapatkan perhatian dari Dinas Pendidikan Jember.
Sugianto, kepala seksi guru yang juga pejabat pembuat komitmen pengerjaan fisik SD, ikut datang ke lokasi.
"Saat ini kami hanya memantau dan melaporkan kejadian ini serta mencari latar belakang terjadinya peristiwa ini," jelasnya.
Dia sempat melakukan kroscek tentang sejarah bangunan tersebut, termasuk siapa yang mengerjakan. Ternyata bangunan itu merupakan program swakelola dari pihak sekolah.
Kepala sekolah yang lama saat pengerjaan sudah meninggal sehingga tinggal meminta keterangan dari kontraktornya.
"Minimal, kalau galvalum kan ada garansi sertifikatnya. Biasanya sepuluh tahun, bahkan bisa 15 tahun," ujar Sugianto.
Kejadian itu masih dalam penelusuran Dispendik Jember. Polsek Rambipuji juga tidak mau ambil risiko.
Mereka langsung memasang police line di tiga ruang kelas tersebut.
Menurut Kapoles Rambipuji AKP Sutarjo, hal itu dilakukan untuk mengamankan lokasi.
"Kondisi lingkungan masih dianggap berbahaya. Ini agar anak-anak sekolah tidak mendekat ke ruangan yang ambruk," jelasnya.
Polsek, tambah Sutarjo, akan berkoordinasi dengan pihak sekolah dan dinas pendidikan untuk pembukaan police line, termasuk jika nanti dilakukan pembersihan ruang kelas.
Yang jelas, ujar Sutarjo, dari kesaksian sejumlah pihak, tidak ada indikasi lain-lain.
"Jadi, tidak ada unsur-unsur yang lain," tegasnya. (ram/jum/hdi/c25/diq/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Baru Diperbaiki, Bangunan Pertokoan Malah Roboh
Redaktur & Reporter : Natalia