jpnn.com - KEHABISAN kacamata filter, tak membuat masyarakat Jakarta berputus asa untuk menyaksikan gerhana matahari total, yang dipusatkan di Taman Ismail Marzuki (TIM), Rabu (9/3) pagi. Berbagai cara pun dilakukan.
Ada yang berusaha meminjam milik masyarakat yang lebih beruntung, membagi dua kacamata yang memang gagangnya terbuat dari kertas, hingga yang paling unik, memanfaatkan plastik merek kemasan air mineral.
BACA JUGA: CATAT! Seberapa Sering Gerhana Matahari Terjadi?
Entah siapa yang memulai cara ini, namun terlihat cukup banyak masyarakat yang mencoba. Bahkan ada yang membandingkan hasil dari satu merek air mineral kemasan tertentu, dengan plastik merek air mineral kemasan lainnya.
"Kelihatan ma, itu mataharinya kayak bulan sabit warna oranye," ujar seorang anak kegirangan, sembari terus memegang plastik yang disobek dari botol air mineral miliknya.
BACA JUGA: Habis Gelap, Warga tak Tertarik Lihat Matahari
Usut punya usut, kegirangan si anak ternyata sangat beralasan. Pasalnya, menurut si Ibu, Ermawati, mereka jauh-jauh datang dari Cileungsi, sejak Pukul 03.00 WIB. Namun setelah ikut antrean yang panjangnya mencapai lebih dari satu kilometer dengan disusun melingkar tiga baris, persis dari depan planetarium hingga theater XXI, tak membuahkan hasil yang diharapkan.
Sekitar 4.700 kacamata yang disediakan pihak TIM telah habis. Padahal, antrean masih menyisakan ribuan orang lainnya. Bahkan sebagian besar di antaranya merupakan anak-anak berusia sekolah dasar hingga sekolah menengah pertama.
BACA JUGA: Habis Gelap, Warga tak Tertarik Lihat Matahari
Penasaran dengan hal tersebut, JPNN pun mencoba mengikuti langkah si anak. Hasilnya, memang tak sempurna. Tapi paling tidak mampu mengurangi efek silau dari pantulan langsung sinar matahari. Selain itu, juga terlihat bayangan matahari sebagian tertutup bulan. Hanya saja pantulannya berbayang. Cahaya yang terlihat juga tak terlalu berwarna oranye, seperti hasil dari menggunakan kacamata filter.
Proses gerhana dari lapangan TIM, mulai terlihat sejak pukul 06.25 WIB. Pada awal pertemuan, bulan terlihat berada di atas. Hingga matahari terbentuk seperti buah apel yang di bagian atasnya terdapat bekas gigitan. Persis merek gadget tertentu.
Salah seorang pengunjung di TIM melihat fenomena gerhana matahari dengan kemasan plastik mineral. Foto: Ken Girsang/JPNN.com
Lambat laun, matahari makin naik. Akhirnya membentuk efek seperti bulan sabit, persis pukul 06.58 WIB. Suasana yang awalnya cukup cerah, terlihat seakan mendung. Hanya semburat oranye yang menerangi bumi. Peristiwa tersebut berlangsung sekitar 15 menit. Membuat ribuan masyarakat Jakarta, fokus menatap ke satu titik, ufuk timur.
Tak berapa lama, sinar matahari kembali cerah. Sebagian masyarakat mulai memilih untuk duduk-duduk di seputar TIM, sambil saling bercerita keunikan yang mereka lihat. Sementara sebagian lainnya memilih antre untuk dapat mengunakan teropong dengan menggunakan lensa berlapis milik planetarium.
"Senang om, kan bisa akhirnya bisa lihat gerhana matahari. Kata bu guru, gerhana baru ada puluhan tahun sekali," ujar seorang anak yang seakan enggan melepas kacamata filter miliknya. (gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Yaah...Awan Rusak Momen GMT di Pontianak
Redaktur : Tim Redaksi