jpnn.com, JAKARTA - Pengamat intelijen dan terorisme Stanislaus Riyanta mengapresiasi langkah Densus 88 Antiteror yang kini juga melakukan langkah persuasif dalam penanganan kasus terorisme.
"Betul memang itu yang terjadi, Densus tidak hanya melakukan tindakan tegas tetapi juga secara persuasif," tutur Stanislaus di Jakarta, hari ini.
Menurutnya, beberapa mantan terduga teroris dibina oleh Densus dan kemudian dengan pendekatan humanis bisa diarahkan ke jalan yang benar.
"Memang hal tersebut tidak terekspose karena pertimbangan teknis. Pendekatan soft approach dari Densus 88 ini memang harus dilakukan daripada hard approach," sambungnya.
BACA JUGA: Densus 88 Tangkap 4 Terduga Teroris di Bekasi, Ada Mantan Kombatan Suriah
Dia mengatakan soft approach bisa dilakukak dalam konteks deradikalisasi sehingga membuat orang yang radikal menjadi tidak radikal.
"Kalau pendekatan hard approach lebih pada mengamankan dan menghukum orang yang radikal, setelah bebas dari hukuman bisa berulah lagi," kata Stanislaus.
BACA JUGA: Istri Ali Kalora Pemimpin Kelompok MIT Tak Berkutik Saat Dijemput Densus 88
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Strategis Kepolisian Indonesia (Lemkapi) Edi Hasibuan juga mengungkapkan apresiasi yang sama untuk Densus 88.
Edi menilai, Detasemen Khusus 88/Antiteror Polri kini terlihat lebih mengedepankan penegakan hukum yang humanis.
Tim elite Polri di bawah pimpinan Kepala Densus 88/Antiteror Irjen Marthinus Hukom itu, bertindak secara profesional dengan menghindari tindakan represif di lapangan. (flo/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Redaktur & Reporter : Natalia