jpnn.com - jpnn.com - Direktur Riset Setara Institute Ismail Hasani meyakini banyak pihak tidak terkejut dengan peristiwa tertangkap tangannya Hakim Mahkamah Konstitusi (MK) Patrialis Akbar oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait kasus dugaan suap. Terutama jika menelisik rekam jejak politikus Partai Amanat Nasional (PAN) tersebut.
Patrialis, kata Ismail, menjadi hakim MK tanpa proses seleksi yang wajar. Mantan anggota DPR tersebut hanya ditunjuk oleh Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tanpa mempertimbangkan kualifikasi sebagaimana ditetapkan undang-undang.
BACA JUGA: Tajir! Patrialis Ada Enam Rumah, Satu untuk Pembantu
"Proses seleksi pun ketika itu dipersoalkan oleh organisasi masyarakat sipil, hingga berujung ke pengadilan tata usaha negara," ujar Ismail di Jakarta, Kamis (26/1).
Meski tidak terkejut, Ismail mengaku sangat menyayangkan peristiwa yang menimpa Patrialis. Apalagi penangkapan kali ini merupakan yang kedua kalinya menimpa oknum hakim MK.
BACA JUGA: Pejabat Tiga Cabang Kekuasaan, Patrialis Punya Harta...
"Saya kira tertangkapnya seorang hakim MK memiliki dampak serius dan dampak ikutan pada produk kerja lembaga pengawal konstitusi itu. Karena hakim MK adalah pejabat negara kelas negarawan, yang seharusnya tidak memiliki interest apapun dalam bekerja, kecuali mengawal konstitusi dan menjaga paham konstitusionalisme," tutur Dosen Hukum Tata Negara Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah tersebut. (gir/jpnn)
BACA JUGA: Bamsoet: Mudah-mudahan Bukan Jual Beli Putusan
BACA ARTIKEL LAINNYA... Politikus Gerindra: Ternyata Belum Tobat-Tobat Mereka
Redaktur & Reporter : Ken Girsang