jpnn.com, TEHRAN - Presiden Iran Hassan Rouhani baru buka suara Minggu (31/12) pagi. Dalam upaya mengambil hati warga yang marah, pengganti Mahmoud Ahmadinejad itu mengakui kekurangan pemerintah.
Rouhani menegaskan bahwa dirinya tahu situasi ekonomi sedang sulit dan transparansi masih kurang. Penduduk diizinkan mengkritik pemerintah.
BACA JUGA: Unjuk Rasa Meluas, Iran Blokir Instagram dan Telegram
Meski begitu, lanjutnya, demonstrasi tetap tidak boleh ricuh. Dia pun mengancam akan menindak tegas mereka yang melanggar aturan.
"Kritik tidak sama dengan kekerasan dan merusak fasilitas umum," ujarnya.
BACA JUGA: Aparat Iran Brutal, KBRI Minta WNI Jauhi Demonstrasi
Penduduk Iran, tampaknya, tidak peduli dengan ancaman itu. Diperkirakan demo terus membesar. Massa, sepertinya, sudah geram dengan situasi perekonomian yang terus menurun.
Berdasar investigasi BBC Persia, rata-rata penduduk Iran lebih miskin 15 persen selama 10 tahun belakangan ini.
BACA JUGA: Iran Bergolak, Demonstran Minta Ayatollah Mati Saja
Massa menginginkan rezim ulama yang menjadi pemimpin tertinggi Iran digulingkan saja. Ironisnya, sebagian dari mereka menginginkan Iran kembali sistem monarki yang pada 1979 digulingkan para ulama melalui serangkaian aksi demonstrasi yang belakangan dikenal dengan sebutan Revolusi Islam.
Namun, massa bakal sulit mencari figur yang memimpin negeri sesuai dengan keinginan mereka. Mayoritas oposisi di Iran telah diasingkan.
Dalam aksi kali ini pun mereka tidak memiliki sosok yang memimpin. Aksi terjadi begitu saja dan menyebar ke penjuru negeri. (sha/c19/dos)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Gempa Robohkan Ribuan Apartemen, Rouhani Sindir Ahmadinejad
Redaktur & Reporter : Adil