Tak Punya Loyalitas, Khofifah-Emil Berani Khianati Jokowi

Jumat, 24 November 2017 – 19:14 WIB
Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa dan Bupati Trenggalek Emil Dardak. Foto: Youtube

jpnn.com, JAKARTA - Loyalitas Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa terhadap Presiden Joko Widodo dipertanyakan.

Pasalnya, Khofifah memilih menggandeng Bupati Trenggalek Emil Dardak untuk maju dalam Pilgub Jatim 2018.

BACA JUGA: Berlabuh ke Demokrat, PDIP Pecat Emil Dardak

Padahal, PDI Perjuangan sebagai partai penyokong utama Jokowi pada Pilpres 2014 lalu sudah mengusung Saifullah Yusuf-Abdullah Azwar Anas.

Keputusan Khofifah maju bersama Emil juga makin menegaskan rumor pertarungan antara Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Jokowi.

BACA JUGA: Bukan Emil, Harusnya Khofifah Gandeng Tokoh-Tokoh Ini

Sebagaimana diketahui, Demokrat memang sudah resmi mengusung Khofifah-Emil.

"Khofifah ngotot maju meski saya duga sudah coba ditahan oleh presiden. Loyalitasnya patut dipertanyakan juga. Saya kira Pak SBY dan Khofifah adalah orang yang punya pikiran sangat praktis," kata pengamat politik yang juga dosen Universitas Airlangga Surabaya Haryadi sebagaimana dilansir RMOL, Jumat (24/11).

BACA JUGA: Cerita Mentan Dibantu Moeldoko Jalankan Tugas Sulit Jokowi

Menurut Haryadi, Jokowi tentu bisa mengukur loyalitas Khofifah sebagai pembantu presiden yang tidak menuntaskan masa jabatannya demi maju Pilgub Jatim 2018.

Dia menduga Jokowi akan meminta Khofifah mundur dari menteri sosial setelah pendaftaran dan penetapan pasangan cagub dan wagub oleh KPU Jatim.

"Mengapa Khofifah ingin maju? Kenapa SBY dan Pakde Karwo yang dua periode menjadi musuh bebuyutan Khofifah itu sekarang tiba-tiba meng-endorse Khofifah? Penjelasannya cuma satu buat saya, yaitu pragmatisme sempit. Pasti bukan karena achievement, nilai, atau ideologi," tegas Haryadi.

Haryadi menambahkan, tensi makin tinggi karena Demokrat mendukung Emil yang merupakan kader PDIP.

"Ada sentimen politik yang menurut saya agak tinggi ketika PDI Perjuangan berinteraksi dengan Demokrat, terutama untuk wilayah-wilayah yang itu menjadi wilayah pertaruhan. Jawa Timur adalah salah satunya," ujarnya.

Menurut Haryadi, PDIP akan menilai Emil berkhianat dan mencoba menusuk dari belakang.

Emil, sambung Haryadi, akan menjadi contoh nyata politikus muda yang menjadikan partai hanya sebagai instrumen untuk mencapai kekuasaan politik.

"Emil mencoba menunjukkan ideologi itu tidak penting. Emil ingin menegaskan untuk mencapai kekuasaan politik maka jalan pragmatis pun itu penting dan menjadi pilihan untuk ditempuh," kata Haryadi. (wid)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jokowi: Jangan Sampai Kita Pecah


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler