Tak Tega pada Petugas KPPS, Bu Risma Minta Pemilu dengan Sistem Elektronik

Sabtu, 27 April 2019 – 10:41 WIB
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Foto: dok.JPG

jpnn.com, SURABAYA - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengusulkan pemilu berikutnya memanfaatkan sistem elektronik. Jadi, tidak memberatkan petugas. Terutama dalam penghitungan suara.

Wali kota dua periode itu menilai, yang paling memberatkan petugas adalah penghitungan. Misalnya, saat melihat hasil coblosan di kertas suara calon legislatif.

BACA JUGA: Suara Jokowi - Ma’ruf Naik 15 Persen, Honorer K2 Pendukung Prabowo - Sandi Diajak Syukuran

Tidak hanya membuka kertas suara lebar-lebar, petugas juga harus menghitung ribuan surat suara dalam pemilu serentak.

"Kami juga tak mengira harus tanda tangan sekian banyak. Saya tidak bayangkan seberat itu," ujar Risma setelah mengunjungi keluarga almarhum Badrul Munir, anggota KPPS di TPS 19 Kedung Baruk.

BACA JUGA: Masih Pakai Infus, Petugas Panwas Tetap Bertugas Selama Pemilu

Sebelumnya, Risma mengunjungi dua keluarga lainnya yang juga menjadi petugas di TPS. Yakni, keluarga almarhum Tomy Heru Siswantoro di Karanggayam Teratai 24 dan Sunaryo di Kapas Madya Baru.

Risma mengungkapkan bahwa pemilu bisa menggunakan sistem elektronik. Sebab, itu akan mempermudah penghitungan.

BACA JUGA: Petugas KPPS di Medan Meninggal Dunia Bertambah Jadi Dua Orang

"Mungkin tidak akan seberat ini kalau pakai elektronik," ungkap Risma. Di Surabaya memang ada banyak sistem yang dibantu dengan menggunakan piranti elektronik hingga diduplikasi secara nasional.

Namun, buru-buru Risma menyebutkan bahwa dirinya tidak mengetahui secara mendalam terkait dengan sistem elektronik untuk pemilu tersebut.

Apalagi, Risma saat ini tidak mempunyai kewenangan untuk kebijakan sistem itu. "Mungkin (penggunaan sistem elektronik, Red) akan memberi keringanan untuk petugas gitu," tambahnya.

Saat bertemu dengan anak dan istri Badrul Munir, Risma bertanya mengenai kondisi keluarga tersebut. Dia pun sempat menawarkan Wilda Tinnaila, putri Munir, untuk mendapatkan pekerjaan.

Wilda tentu sangat senang. Namun, Wilda yang berkuliah jurusan akuntansi di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIE SIA) Surabaya itu masih menyelesaikan tugas akhir.

"Saya masih skripsi tahun depan. Tadi diminta untuk ke pemkot segera. Awal Mei ini," ujar Wilda. Dia mengungkapkan akan menyelesaikan skripsi tahun depan.

Budi Erni, istri Munir, menuturkan bahwa suaminya itu sehari-hari berjualan aneka gerabah dengan mobil pikap terbuka. Dia pun merasa senang dengan perhatian wali kota yang datang ke rumahnya itu.

"Untuk selanjutnya, semestinya pemerintah bisa kaji lagi pemilu ini. Supaya tidak ada korban lagi," ungkap Erni.

Badrul Munir diketahui meninggal Jumat (19/4). Dia menjadi anggota KPPS 19 Kelurahan Kedungbaruk.

Munir menjadi petugas yang menjaga kotak suara serta memandu pemilih agar tidak salah memasukkan jenis surat suara sesuai kotak yang disediakan.

Dari penuturan Erni, Munir diketahui sempat menonton televisi sebelum meninggal.

Kebetulan acara televisi yang ditonton tersebut berkaitan dengan pemilu. Jenazah Munir dikebumikan di Jombang, tempat kelahirannya, Jumat itu. (jun/c12/end/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemilu Serentak 2019 Dievaluasi, Menguat Usulan E-Voting


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler