Talas Indonesia Diminati Warga Jepang, Sulsel Tingkatkan Produksi

Minggu, 11 Agustus 2019 – 22:37 WIB
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman bersama petani. Foto: Kementan

jpnn.com, SULAWESI SELATAN - Talas Indonesia ternyata disukai warga Jepang. Salah satunya talas yang dibudidayakan petani di Sulawesi Selatan (Sulsel) sudah menembus pasar Jepang. Varietasnya Colocasia esculenta var antiquorum atau lebih dikenal Talas Jepang Satoimo atau Taro Potato.

"Bahan pangan yang satu ini sekarang sudah menjadi salah satu bahan pangan utama bagi sebagian besar penduduk Jepang sebagai pengganti beras dan kentang yang dianggap terlalu banyak mengandung karbohidrat dan gula," ujar Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian (Kementan) Suwandi di Bogor, Minggu (11/8).

BACA JUGA: Lewat Cara ini Kementan Jamin Harga Jual Gabah Petani

Suwandi menjelaskan, komoditi ini menjadi kekinian setelah adanya berbagai penelitian yang membuktikan bahwa talas tidak saja bisa menjadi bahan pangan alternatif yang mengandung protein dan kalori tinggi tapi memiliki kandungan karbohidrat dan gula yang rendah.

"Jadi talas ini aman dikonsumsi oleh penderita atau mereka yang berpotensi diabetes", imbuhnya

BACA JUGA: Presiden Jokowi Bangga Pertanian Indonesia Makin Maju dengan Teknologi

Menurut Suwandi, pangsa pasar talas di Jepang masih terbuka lebar. Hal ini didukung dari semakin menyempitnya lahan pertanian di Jepang, sehingga hanya bisa memenuhi 250.000 ton per tahun, atau 65,7 persen dari total kebutuhan per tahun sebesar 380.000 ton.

"Kekurangan sebesar 130 ribu ton per tahun sebagian dipasok dari Tiongkok jadi sampai saat ini. Tiongkok hanya mampu memberikan 60.000 ton per tahun. Makanya Jepang mulai melirik Indonesia untuk memenuhi kebutuhan sisanya 70.000 ton per tahun," terangnya.

BACA JUGA: Edamame Jawa Timur Terus Menarik Minat Konsumen Luar Negeri

Suwandi menyebutkan, pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan sangat jeli melihat peluang ekspor komoditi umbi-umbian ini dan menggalakan penanamannya di beberapa daerah. Tercatat, sampai dengan 2018, total Talas Beku (frozen taro) dari Kabupaten Bantaeng dan Makasar yang sudah diekspor ke Jepang sebanyak 50 ton dengan nilai sekitar Rp 1,06 miliar.

"Untuk meningkatkan volume ekspor talas, mereka menambah luasan tanam talas di 10 Kabupaten, yakni Gowa, Sopeng, Maros, Luwu Timur, Luwu Utara, Luwu, Bone, Janeponto, Takalar dan Wajo dengan total luasan 178 hektar,” tambah Suwandi.

Suwandi juga mengatakan, konsep perdagangan ekspor talas dari Sulsel ke Jepang ini sudah sangat terintegrasi. Semua pihak turut mengambil peran masing-masing dan saling bekerjasama, baik itu instansi pemerintah, petani, maupun importir dan eksportirnya.

"Saya kira ini bisa menjadi contoh inspirasi bagi yang ingin mengembangkan komoditasnya sebagai produk ekspor,” tandas dia. (cuy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kementan Dukung Pencanangan Kampung Inseminasi Buatan Sapi Pertama di Indonesia


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler