Talent DNA Jadi Solusi Identifikasi Bakat Digital Anak

Sabtu, 04 Januari 2025 – 14:55 WIB
Anak belajar. Ilustrasi Foto: Fathra/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) tengah mengkaji penerapan mata pelajaran Kecerdasan Buatan (AI) dan Coding.

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti mengatakan, kedua pelajaran ini direncanakan mulai diterapkan di kelas 4 SD pada tahun ajaran baru.

BACA JUGA: Sebegini Donasi MSIG Life untuk Makanan Bergizi & Pendidikan Anak Pra-Sejahtera

“Penguatan teknologi harus dimulai sejak dini untuk menjawab tantangan di masa depan,” ujar Abdul Mu'ti, di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Founder ESQ Corp Ary Ginanjar Agustian mendukung penuh langkah tersebut. Dia menekankan pentingnya pendidikan berbasis minat dan bakat untuk melahirkan generasi unggul di era digital.

BACA JUGA: ESQ Mencetak Pemimpin dengan Hati dan Etika, Lebih dari Cerdas

“Melalui Talent DNA, kita bisa menemukan talenta yang cocok untuk belajar coding. Anak-anak dengan bakat logis, analitis, dan terstruktur dapat dilatih menjadi talenta digital yang hebat,” ujar Ary Ginanjar, dalam keterangannya, Sabtu (4/1).

ESQ Corp juga menawarkan pengalaman konsep Deep Teaching dan Deep Learning yang telah diterapkan di ESQ Business School. Metode ini dirancang untuk meningkatkan keterampilan guru dalam mendukung kreativitas dan inovasi siswa.

BACA JUGA: Guru Agama Bingung, Kemenag & Kemendikdasmen Lepas Tangan soal Tunjangan Sertifikasi

“Gurunya perlu dibekali kemampuan coaching agar dapat menggali potensi setiap anak secara optimal,” tambah Ary.

Ary menjelaskan bahwa penggunaan Talent DNA berbasis AI memungkinkan identifikasi bakat anak secara akurat. Proses ini dapat dimulai dengan memilih siswa berbakat, menganalisis bakat mereka, lalu mencocokkan dengan siswa lain yang memiliki bakat serupa.

"Dengan metode ini, kita bisa mempercepat pengembangan generasi digital unggul,” katanya.

Dia juga menyoroti pentingnya pendekatan berbeda untuk berbagai jenjang pendidikan.

Untuk siswa SD, kita gunakan permainan interaktif untuk menggali minatnya, sementara untuk SMP dan SMA, metodenya lebih terarah pada pengembangan bakat yang spesifik.

"Semua ini bertujuan mencetak talenta digital terbaik untuk Generasi Emas 2045,” pungkas Ary. (jlo/jpnn)


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler