Tampil di HUT ke-52 PDIP, Butet Baca Puisi 'Dibakar Luka' yang Terinspirasi dari Megawati

Jumat, 10 Januari 2025 – 14:17 WIB
Seniman Butet Kartaredjasa. Foto: dokumen JPNN.Com

jpnn.com, JAKARTA - Seniman Bambang Ekoloyo Butet Kartaredjasa membacakan puisi berjudul Dibakar Luka saat tampil di atas panggung acara pembukaan HUT ke-52 PDIP, Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Jumat (10/1).

Butet membacakan puisi disaksikan langsung Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.

BACA JUGA: PDIP Rayakan HUT ke-52 Secara Sederhana, Bakal Diisi Pidato Politik Bu Mega

Tampak sejumlah elite PDIP mendampingi Megawati, seperti Muhammad Prananda Prabowo atau Nanan, Hasto Kristiyanto, Olly Dondokambey, Komarudin Watubun, Panda Nababan, Said Abdullah, hingga Ganjar Pranowo.

Butet mengaku membacakan puisi hasil karyanya yang baru dibuat delapan hari sebelum PDIP merayakan HUT ke-52.

BACA JUGA: Pernyataan Effendi Setelah Bertemu Jokowi Dianggap Upaya Merongrong PDIP

Dia mengaku terinspirasi dari sikap tegas Megawati mempertahankan demokrasi saat membuat Dibakar Luka.

"Saya merenung, saya diinspirasi kenyataan Indonesia, diinspirasi sikap tegas Ibu Megawati yang kukuh mempertahankan demokrasi," katanya.

BACA JUGA: Prabowo Tak Diundang ke HUT PDIP, tetapi Bakal Diminta Hadir Pas Kongres

Selain penampilan Butet, pembukaan HUT ke-52 PDIP juga dimeriahkan dengan penampilan penyanyi Harvey Malaiholo dan tarian para seniman.

Berikut puisi Butet berjudul Dibakar Luka:

Luka itu bara bisa menyala, 

Luka itu energi bs berdaya,

Aku lahir dari luka-luka sejarah yg berdarah,

Dari rahim yg dicabik-cabik kejahatan penguasa,

Asupan giziku campuran nanah dan amarah,

Tapi aku menjadi dewasa dan perkasa,

Luka itu api bisa membakar,

Luka itu pelita bisa bercahaya,

Aku tumbuh di belukar penuh ranjau,

Tetap tegak meski dihunus pisau,

Aku bernafas hembusanku menghalau ancaman dan rintangan,

Aku mendengus, dengusanku melabrak segala kejahatan,

Seribu lembing menombak lambungku,

Seribu luka menjadi lukisan di tubuhku, 

Tapi meski tubuhku penuh tatu, aku tidak membeku, tidak membatu,

Aku melawan, membusukkan siasat licik penuh kebohongan,

Luka itu bara, 

Luka itu energi, 

Luka itu api,

Luka itu cahaya,

Maka aku bertanya, jika hari ini putaran sejarah berulang lagi, pertanyaanku, apa kalian menyerah pasrah? 

Dininabobokan akal-akalan yang memalukan, apa kalian pasrah? Tidak. 

Apa kalian akan membiarkan pengkhianatan yang terang benderang? Tidak 

Apa kalian tetap melungker ketika rakyat menelan tipuan demi tipuan?

Apa kalian tidak terjaga dan melawan ketika bangsa dan negara dikangkangi ambisi perpanjangan kekuasaan semata-mata?

Apa kalian tidak melawan?

Melawan, ya,

Meskipun luka itu bara,

Luka itu energi,

Luka itu api,

Dan luka itu cahaya,

Kita, kita yang dipahati luka tetaplah menjadi pelita, 

Mengusir kegelapan bangsa dan negara,

Kita harus tetap terjaga. (ast/jpnn)

Jangan Lewatkan Video Terbaru:

BACA ARTIKEL LAINNYA... Misteri Penyebab Kematian Suami Istri di Kudus, Terduga Pelaku Tewas di Kuburan


Redaktur : Rah Mahatma Sakti
Reporter : Aristo Setiawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler