jpnn.com - PURWOKERTO- Biaya kesehatan memang mahal. Karena itulah, Catrik Mastikasari (25), warga RT 2 RW 2 Desa Sudagaran Grumbul Karangrena Kecamatan Banyumas ini tidak bisa berbuat banyak akibat luka bakar sejak lima tahun silam. Karena luka bakar itu ia tidak dapat bekerja maksimal. Terutama karena luka bakar di tangannya.
Luka bakar yang menimpa lebih dari 70 persen menyebabkan kedua tangan yang menempel pada ketiak menyebabkan banyak aktifitas tidak bisa dilakukan. Tidak hanya kehilangan fungsi tangan, luka bakar tersebut juga menjadikan dirinya kehilangan separuh payudara dan menyebabkan telingga yang menyempit.
BACA JUGA: Puting Beliung Makan Korban Jiwa di Amfoang
Dagunya juga menempel pada leher menjadikan dirinya kesusahan untuk melihat lurus ke depan. "Makan, mandi bisa sendiri tapi repot. Memang sudah tidak terasa sakit, namun jika dipaksakan untuk bergerak normal rasa sakit itu datang lagi," jelas Atik.
Menurut ayah korban, Aman Santoso (67) berbagai upaya telah dilakukan keluarga. Baik penyembuhan medis dan juga penyembuhan dengan menggunakan herbal. Dia merinci, penyembuhan secara medis telah dilakukan selama berbulan-bulan.
BACA JUGA: Siaga Kelud, Tagana Siapkan 35 Ribu Masker
Aman mengatakan, awal terjadi kecelakaan yang menimpa putrinya tersebut dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Margono Soekarjo selama dua bulan. Karena dirasa, terlalu jauh dari rumah Atik dipindahkan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Banyumas.
Permasalahan muncul setelah Atik dipindahkan ke RSUD Banyumas. Perawatan yang dilakukan di RSUD Banyumas sekitar empat bulan, memaksa keluarga Atik mengeluarkan biaya sendiri. "Biaya perawatan semua menjadi tanggung jawab pribadi. Total biaya yang kami keluarkan sekitar Rp 8 juta," terangnya.
BACA JUGA: Harimau Benggala di KBS Mati
Bagi Aman yang berprofesi sebagai tukang becak dan juga istrinya Farida (55) sebagai tukang jamu gendong merasa biaya tersebut sangat besar dan sangat membebani ekonomi keluarganya. Biaya untuk perawatan tidak hanya itu saja, dikatakan dia hingga saat ini Aman masih menunggak biaya perawatan sebesar Rp5,8 juta.
Menurutnya, sekitar empat kali pihak rumah sakit menagih dengan mendatangi rumahnya tersebut. Namun, karena benar-benar tidak memiliki biaya, Aman tidak bisa membayar.
"Kami sudah tidak mempunyai apa-apa untuk membayar, saya mengambil langkah kwitansi tersebut saya serahkan ke desa. Saat ini saya tidak tahu kelanjutannnya, apa sudah dibayarkan oleh desa atau bagaimana, yang jelas saat ini pihak rumah sakit tidak melakukan penagihan lagi," kata Aman kemarin.
Luka parah yang terjadi pada putri bungsunya tersebut dikarenakan ledakan tabung gas 3 kg saat Catrik ingin memasak pada malam hari sekitar lima tahun yang lalu. Tak lama setelah kompor dinyalakan, api menyambar tubuh Atik yang menyebabkan dirinya langsung tak sadarkan diri. Atik sempat mengalami koma selama empat hari di rumah sakit. Saat ini, Aman hanya berharap, ada yang membantu untuk penyembuhan putrinya tersebut. "Saya tidak berharap uang, yang penting anak saya bisa kembali normal," Aman berharap.(ida/acd)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sebelum Truk Oleng, Terdengar Suara Benturan Besi
Redaktur : Tim Redaksi