jpnn.com - SURABAYA - Satu lagi satwa Kebun Binatang Surabaya (KBS) mati. Terbaru, seekor harimau benggala putih bernama Cantrika mati karena kerusakan lidah dan radang paru-paru.
Kejadian itu merupakan kematian satwa KBS keenam dalam sebulan terakhir. Namun, Perusahaan Daerah Taman Satwa (PDTS), pengelola KBS, memprediksi bahwa harimau berumur 17 tahun itu mati murni karena sakit dan sudah tua.
BACA JUGA: Sebelum Truk Oleng, Terdengar Suara Benturan Besi
Awalnya petugas KBS mendapati harimau betina itu mengalami luka sobek pada lidah. Akhirnya, pada Kamis (23/1) harimau tersebut dipindahkan ke karantina oleh dokter hewan KBS. Luka itu membuat harimau kelahiran KBS tersebut tidak bisa menelan makanan.
Dalam karantina tersebut, berbagai penanganan telah dilakukan, mulai memberikan makan berupa daging giling hingga makanan kucing kalengan. Tapi, tetap saja harimau anakan dari pasangan harimau Ajay dan Malati itu tidak bisa makan.
BACA JUGA: Siaga Kelud, Tagana Siapkan 35 Ribu Masker
Dua hari lalu petugas KBS mendapati kondisi kesehatan harimau itu terus menurun. Bahkan, napas harimau tersebut tersengal-sengal. Akhirnya, walau telah diberi infus, Kamis (6/1) pukul 20.22 harimau itu mati.
Direktur Operasional PDTS KBS Liang Kaspe mengatakan, harimau tersebut mati memang karena kekurangan asupan gizi yang disebabkan luka pada lidah. Dengan begitu, harimau asli India tersebut tidak bisa menelan makanan. "Lidah harimau itu untuk membantu mengambil makanan. Jadi, lukanya membuat Cantrika tidak bisa mengambil makanan," terangnya saat ditemui di RS Hewan Setail kemarin.
BACA JUGA: Bongkar Kasus Buang Pasien, Polisi Geledah RS
Petugas pernah berencana mengoperasi luka pada lidah harimau putih itu. Tapi, ada berbagai pertimbangan yang membuat rencana tersebut harus diurungkan. Sebab, tidak ada jaminan bahwa harimau itu tidak akan kembali merusak lidahnya. "Kami mengurungkan niat mengoperasinya," ujar dia.
Liang menuturkan, lidah tersebut rusak karena posisi rahang dan gigi harimau yang sudah tidak nyaman lantaran efek umur harimau. Jadi, karena harimau itu sudah tua, banyak gigi yang ompong. Karena tidak nyaman, harimau tersebut meraba-raba giginya dengan lidah. "Akhirnya, lidahnya justru tergigit. Umur harimau itu sekitar 20 tahun. Jadi, Cantrika ini sudah tua," tuturnya.
Setelah melakukan otopsi, dokter hewan KBS juga menemukan adanya radang pada paru-paru harimau itu. Penyakit tersebut menjawab penyebab napas tersengal-sengal.
Kendati kematian harimau dinilai wajar, Liang mengaku tetap mengirimkan organ satwa itu ke laboratorium Unair untuk diuji patologi. "Uji laboratorium ini merupakan standar penanganan di KBS," paparnya.
Sementara itu, PDTS menempuh cara baru dalam merespons adanya kematian satwa. Dalam kematian Cantrika tersebut, PDTS membuat berita acara kematian (BAK). Itu dilakukan selain untuk tertib administrasi, juga salah satu bagian dari upaya memperbaiki standard operating procedure (SOP) di KBS.
Dalam BAK itu, sejumlah saksi seperti keeper, satpol PP, dan dokter hewan memberikan keterangan terkait dengan penyebab kematian hewan tersebut. Kepala Satpol PP Surabaya Irvan Widyanto mengatakan, penerapan semacam BAP itu merupakan cara agar kematian satwa benar-benar terbuka. "Kalau ada sesuatu bisa bertanggung jawab. Ini yang dianjurkan pihak kepolisian," ujarnya.
Yang cukup penting adalah kematian satwa juga tidak boleh membuat paranoid. Irvan mengatakan, tidak semua kematian satwa langsung dilaporkan ke polisi. "Tentu yang janggal saja yang perlu dilaporkan, kalau memang mati karena sakit tidak perlu," tegasnya.
Sebelumnya Dirut PDTS KBS Ratna Achjuningrum memublikasikan 84 satwa yang sakit, tua, dan cacat di KBS. Cantrika merupakan salah satu satwa yang dipublikasikan sakit. Dengan kematian Cantrika itu, harimau benggala putih di KBS tinggal lima ekor. Perinciannya, dua jantan dan tiga betina. Sayang, masih ada seekor harimau betina bernama Angelica yang dideteksi sakit karena osteoporosis. (idr/c10/nw)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Truk Terguling, Wakasek SMKN I Pandeglang Diperiksa Polisi
Redaktur : Tim Redaksi