Bagaimana komunitas Islam di Australia menanggapi soal radikalisasi? Program #TalkAboutIt di Australia Plus TV membahasnya bersama sejumlah warga dan komunitas Muslim.
Ancaman soal radikalisasi di Australia telah menyedot banyak perhatian, tetapi apakah radikalisasi selalu berarti buruk?
BACA JUGA: Australia Minta Warga Asing Angkat Kaki, Begini Respons Kemenlu RI
Headline di media kadang dengan mudah menghubungkan radikalilasi dengan Islam.
Padahal, Islam tidak ada kaitannya sama sekali dengan menjadi radikal. Semua perilaku dan tindakan yang dianggap "keluar dari norma dan jalur hukum" bisa didefinisikan sebagai radikalisasi.
BACA JUGA: Australia Termasuk Negara yang Beruntung, tetapi Virus Corona Akan Bertahan
Dr Anne Aly, ketua dari LSM Australia yang fokus pada masalah ekstrimis, People Against Violent Extremism, mengatakan menjadi radikal bukan selalu merupakan masalah.
"Mick Jagger, contohnya, pernah disebut sebagai radikal," ujar Dr Aly. "Pemikiran dan kepercayaan yang radikal bukanlah hal yang membahayakan."
Menurut dia, yang menjadi bahaya adalah bila pemikiran radikal tersebut malah membahayakan.
Dr Aly juga menambahkan proses radikalisasi bisa diawali dengan mudah saat menanyakan identitas orang lain, yang kadang dipicu juga dengan pengalaman hidup yang signifikan.
"Kita akan temukan anak-anak muda di internet, menanyakan soal agama mereka, bahkan menanyakan keadaan politik di Timur Tengah, menanyakan kondisi perang yang dilakukan kelompok yang menamakan dirinya sebagai Negara Islam (Islamic State)," jelasnya.
"Tapi jawaban yang ditemukan bukanlah jawaban yang sesuai dengan pemikiran mereka. Sebaliknya, akan ada juga jawaban-jawaban ekstrim yang kemudian mengantarkan mereka pada kekerasan," tambah Dr Aly.
Tetapi Dr Aly mengatakan dengan menyalahkan informasi soal radikalisasi yang tersedia online juga terlalu menyederhanakan masalah.
Pebisnis Veysel Gencoglu setuju dengan pendapat ini. Menurutnya, pendidikan soal agama sangat dibutuhkan.
"Kita membutuhkan edukasi yang tepat bagi anak-anak muda, bagi mereka yang ingin mempelajari agamanya, daripada malah mencari jawaban kepada orang yang malah tidak bisa menjelaskannya, bisa-bisa menjerumuskan," ujarnya.
Cemil Yildiz, pemuda Muslim berusia 23 tahun mengaku kalau letak masalahnya terletak pada kepemimpinan.
"Kita membutuhkan suara-suara pemuda soal ini, karena apa yang ditemukan di masjid-masjid adalah ceramah dari orang tua, sehingga pemuda tidak memiliki suara. Akhirnya mereka hanya mengatakan, "oh ya, ini yang mereka katakan dan suruh."
Program #TalkAboutIt dari Australia Plus TV juga ikut melihat program pelatihan untuk mengidentifikasi masalah radikalisasi. Program ini digelar oleh Australian Multicultural Foundation (AMF).
"Ini adalah salah satu cara untuk mengidentifikasi perubahan perilaku seseorang," ujar Dr Dellal dari AMF. "Pelatihan ini memberikan bagaimana memperhatikan, kemudian peduli, dan mengambil tindakan, hanya jika diperlukan."
Simak episode #TalkAboutIt yang membahas radikalilasi di Australia Plus TV.