jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik senior Ikrar Nusa Bhakti buka suara terkait dukungan para pengusaha kepada paslon nomor urut 02, Prabowo-Gibran di Pilpres 2024.
Ia mensinyalir dukungan yang diberikan para pengusaha tersebut patut diduga karena intimidasi dari kekuasaan.
BACA JUGA: Jokowi Diduga Galang Kekuatan untuk Prabowo-Gibran, Pengamat Ini Merespons, Tajam Banget
"Itu bukan suara arus bawah pengusaha, melainkan suara elite yang merasa terintimidasi jika tidak mendukung capres-cawapres yang didukung penguasa," kata Ikrar Nusa Bhakti di Jakarta, Rabu (24/1/2024) malam.
Mantan Kepala Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) ini kemudian menganalogikan dengan intimidasi yang dialami elite-elite partai politik yang kini tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju yang mendukung Prabowo-Gibran.
BACA JUGA: Ketua TPD Sumbar Yakin Pemilih Prabowo di 2019 Bakal Beralih ke Anies-Muhaimin
"Mau tak mau elite-elite politik itu mendukung Prabowo-Gibran setelah kasusnya dibuka oleh KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) atau pun Kejaksaan Agung. Daripada masuk penjara, mereka mendukung Prabowo-Gibran," jelasnya.
Hal yang sama, kata Ikrar, juga menimpa sejumlah kepala daerah sehingga akhirnya mereka pun mendukung Prabowo-Gibran.
BACA JUGA: Aktivis: Dukungan Jokowi ke Prabowo-Gibran Makin Terang Benderang
Catatan redaksi, Khofifah Indar Parawansa, misalnya, setelah kantornya digeledah KPK terkait dugaan korupsi dana bantuan sosial (bansos) di Kementerian Sosial, Gubernur Jawa Timur yang juga mantan Menteri Sosial itu memutuskan untuk mendukung Prabowo-Gibran.
"Kini patut diduga intimidasi itu menimpa para pengusaha," cetusnya.
Adapun intimidasi yang dilakukan penguasa kepada pengusaha, menurut Ikrar, bisa berupa ancaman pemeriksaan pajak atau pun dipersulit izin-izin kegiatan perusahaannya.
"Apalagi bagi pengusaha yang punya kasus hukum," tuturnya.
Namun, menurut Ikrar, publik tak perlu terlalu risau karena dukungan itu hanya diberikan elite-elite, bukan pengusaha di akar rumput.
Sebelumnya, pengusaha Garibaldi Thohir alias Boy Thohir mengeklaim para pengusaha yang merupakan 1/3 penyumbang perekonomian Indonesia siap membantu memenangkan paslon nomor urut 2, Prabowo-Gibran di Pilpres 2024.
Hal itu disampaikan Boy Thohir dalam acara Relawan Erick Thohir Alumni Amerika Serikat di Plasa Senayan, Jakarta, Senin (22/1/2024) malam.
Prabowo dan Menteri BUMN Erick Thohir yang merupakan adik kandung Boy Thohir hadir dalam acara itu.
Boy kemudian menyebut sejumlah konglomerasi yang mendukung Prabowo-Gibran, antara lain Adaro Group, Djarum Group dan Sampoerna Strategic Group.
Sementara itu, saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) milik Boy Thohir jatuh 2,08 persen pada penutupan perdagangan Selasa (23/1/2024) atau keesokan harinya setelah Boy Thohir deklarasi mendukung Prabowo-Gibran.
Seperti dilansir sejumlah media, ADRO melandai mendekati level terendahnya dalam sepekan terakhir.
Ikrar menilai, anjloknya harga saham perusahaan milik Boy Thohir itu membuktikan bahwa apa yang disuarakan kakak Erick Thohir itu hanya terjadi di kalangan elite, bukan di kalangan arus bawah pengusaha atau bahkan pasar.
"Para pengusaha dan pelaku pasar ternyata merespons negatif pernyataan Boy Thohir," tukasnya.
Bukti lainnya, kata Ikrar, Adaro Group sendiri dan juga Djarum Group dan Sampoerna Strategic Group diklaim Boy Thohir mendukung Prabowo-Gibran memberikan bantahan. Mereka ternyata tidak mendukung Prabowo-Gibran.
"Itu yang benar. Pengusaha tak perlu dukung-mendukung capres, karena kalau yang didukung kalah, pengusaha bisa kena masalah," terangnya.
Namun, lanjut Ikrar, jika dukungan bagi Prabowo-Gibran memang benar diberikan kalangan pengusaha seperti klaim Boy Thohir, maka kondisi ekonomi Indonesia lima tahun ke depan sudah bisa ditebak.
"Perekonomian nasional akan dikuasai oligarki ekonomi. Jadi yang terjadi bukan hanya oligarki politik, melainkan juga oligarki ekonomi. Pemerintah akan kembali berpihak pada segelintir pengusaha daripada kepada rakyat. Itu persis dengan apa yang terjadi hari ini," tutupnya.(ray/jpnn)
Simak! Video Pilihan Redaksi:
Redaktur & Reporter : Budianto Hutahaean