Tanggul Lapindo Jebol, Sementara Ungsikan Warga Lansia

Senin, 08 Oktober 2018 – 21:16 WIB
Tanggul Lapindo. Foto: JPG

jpnn.com, SIDOARJO - Sudah tiga hari ini Sofiyah mengaku tidak bisa tidur nyenyak. Warga RW 3, RT 11, Desa Gempolsari, Tanggulangin, tersebut terus diliputi rasa cemas.

Maklum, jarak tanggul yang ambles dengan rumahnya hanya 50 meter. Karena itu, dia khawatir lumpur bercampur air bakal menggenangi tempat tinggalnya.

BACA JUGA: Warga Panik, Tanggul Penahan Lumpur Lapindo Mendadak Amblas

''Sampai kapan ini dibiarkan?'' ucapnya sambil memandangi tanggul yang ambles itu.

Seharusnya, tanggul tersebut segera diperbaiki. Sebab, kondisi itu membuat warga waswas.

BACA JUGA: Hah, Ketum GNPF Ulama Terkait Perusahaan di Pusaran Lapindo?

Bahkan, sejumlah penduduk sudah mengungsikan barang berharga. ''Kami belum mendapatkan kepastian kapan pengerjaan tanggul dimulai,'' ujar perempuan 38 tahun itu.

Tidak hanya resah, warga juga merugi. Maklum, setiap hari Sofiyah juga membuka toko pakaian di rumahnya. Hasil penjualan tersebut digunakan sebagai tambahan penghasilan.

BACA JUGA: Kajian Selesai, 15 Wilayah Terdampak Lumpur Bakal Digabung

''Kalau begini terus, saya rugi,'' jelasnya.

Keresahan juga dirasakan Sukardi. Wakil Ketua RT 11, RW 3, itu menuturkan bahwa warga sudah berembuk.

Dari hasil rapat yang diputuskan, penduduk yang lanjut usia (lansia) sementara waktu harus diungsikan.

''Upaya penyelamatan jika nanti tanggul jebol,'' tuturnya.

Menurut Sukardi, amblesnya tanggul tersebut berdampak kerusakan sejumlah rumah warga.

Dia beserta pihak desa sudah mendata. Rata-rata tembok dan lantai retak. Dia berharap kerusakan itu mendapatkan kompensasi.

Kepala Desa Gempolsari Syahroni Aliem menyatakan, pihaknya sudah menampung apirasi masyarakat.

Mayoritas berharap tanggul segera dibenahi. Dengan demikian, lumpur tidak sampai meluber.

Dia menuturkan bahwa warga sudah trauma dengan banjir lumpur. Pada 2015 tanggul di Gempolsari pernah jebol.

Air lumpur menggenangi permukiman. Puluhan rumah di RT 11 hingga RT 15 terdampak. ''Jadi, segera selamatkan tanggul,'' katanya.

Sementara itu, Humas Pusat Pengendalian Lumpur Sidoarjo (PPLS) Hengki Listria Adi menjelaskan bahwa perbaikan tanggul memang belum berjalan.

Sebab, volume air dalam tanggul masih cukup tinggi. ''Memang sudah turun 1 meter, namun masih sejajar dengan ketinggian air,'' jelasnya.

Panjang luasan tanggul yang ambles berkisar 800 meter. Penurunan tanah 3 meter.

Jika air masih tinggi, pengurukan dan pembangunan tanggul tidak bisa dikerjakan. Sebab, pekerjaan perbaikan tersebut membutuhkan alat berat.

''Kalau dinaikkan alat berat, tanggul bakal retak,'' ucapnya.

Untuk menurunkan air, PPLS memasang empat overflow. Bentuknya seperti pipa. Air dari dalam tanggul dialirkan menuju titik 83 di Desa Glagaharum.

Setelah air terkumpul, dipompa menuju ke titik 42 Desa Renokenongo.

Di tempat tersebut sudah disiapkan tiga pompa. ''Sayangnya, baru satu pompa yang berjalan. Dua masih perbaikan,'' kata Hengki.

Selain itu, pihaknya membuat aliran baru. Dari pusat semburan, air dialirkan menuju Mindi. Lantas, kapan pembenahan tanggul diperkirakan berjalan?

Dia memperkirakan tiga hari ke depan aktivitas tersebut bisa dilaksanakan. ''Kami menunggu air surut,'' jelasnya. (aph/c20/hud/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Lapindo Dapat Izin Lagi, Dilarang Ngebor Dekat Perkampungan


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler