jpnn.com, JAKARTA - CEO Tanoto Foundation Benny Lee menyampaikan pentingnya kolaborasi multi-pihak dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs).
Dukungan pendanaan global harus fokus pada dampak nyata pembangunan berkelanjutan daripada hanya keuntungan ekonomi semata.
BACA JUGA: Menko Airlangga Optimistis Indonesia Capai SDGs Pada 2030
"Tanoto Foundation (TF) telah menginisiasi beberapa program kolaboratif untuk mendukung pencapaian SDGs, salah satunya program PASTI (Partnership To Accelerate Stunting Reduction In Indonesia) yang bertujuan mempercepat penurunan angka stunting di Indonesia," kata Benny, Sabtu (14/9).
Dia menyampaikan dengan waktu kurang dari enam tahun hingga 2030, capaian SDGs memerlukan pendekatan multi-pihak untuk mempercepat proses di tingkat lokal dan mengatasi kesenjangan antara pembiayaan SDGs dan efektivitas program-programnya.
BACA JUGA: Gen Z Penentu Keberhasilan Pembangunan Berkelanjutan Indonesia
Program ini merupakan hasil kolaborasi dengan berbagai pihak, seperti BKKBN, USAID, Amman Minerals, BCA, Bakti Barito, dan Wahana Visi Indonesia.
Melalui kemitraan ini, Tanoto Foundation bertindak sebagai katalis dengan menggalang dukungan finansial dan memantau desain program, pemilihan area, dan proses pemantauan.
BACA JUGA: Human Initiative Gelar Local Champion Forum untuk Pembangunan Berkelanjutan
Selain itu, Tanoto Foundation juga meluncurkan SDG Academy Indonesia bekerja sama dengan UNDP dan Bappenas.
Program ini bertujuan meningkatkan kapasitas melalui pelatihan bagi lebih dari 15 ribu individu serta memberikan sertifikasi kepada 400 pemimpin sesuai dengan SDGs.
Dalam forum ini juga terungkap adanya kesenjangan antara komitmen dan kontribusi nyata dalam pendanaan global, terutama untuk negara-negara berkembang.
Wakil Sekretaris Jenderal PBB bidang Ekonomi dan Sosial Li Junhua mencatat SDGs belum sepenuhnya sesuai jalurnya.
Dia mengungkapkan meski ada peningkatan pendanaan global sejak 2015, tantangan pembiayaan tetap ada.
"Termasuk masalah akses pembiayaan bagi perempuan dan kemiskinan yang masih meluas," ujarnya dalam High Level Forum on Multi-Stakeholder Partnership (HLF-MSP) 2024 di Bali yang diselenggarakan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dengan tema 'Strengthening MSP for Development: Towards a Transformative Change'.
Panelis lainnya, Sekretaris Pembangunan Nasional Ekuador Sariva Moya juga menggarisbawahi perlunya pendekatan komprehensif untuk mengatasi tantangan pembiayaan, termasuk standar umum dan kerja sama multilateral.
“Tantangan pendanaan inovatif harus diatasi melalui kolaborasi dan rasa saling percaya,” tegas Moya. (esy/jpnn)
Redaktur : Sutresno Wahyudi
Reporter : Mesyia Muhammad