Indonesia memiliki banyak anak jeniusDi antaranya berhasil dikumpulkan dalam sebuah program khusus, Kelas Super di SMAN 3 Jakarta
BACA JUGA: Lihat Operasi Tersulit ketika Liver Melekat ke Dinding Perut
Kelas ini berisi sekumpulan remaja dengan tingkat intelligence quotient (IQ) di atas 140Laporan IGNA ARDIANI A, Jakarta
RUANG kelas berukuran 6x4 meter itu hanya berisi empat orang
BACA JUGA: Donornya Cadaver Napi 68 Jenis Kejahatan
Yakni, tiga siswa dan seorang guruBACA JUGA: Donor Datang Tengah Malam pun Langsung Operasi
Wajah remaja berusia 16 tahun itu terlihat seriusSesekali alisnya terangkat sembari mulutnya komat-kamit membaca soalTangan kanan yang memegang pensil menari di atas kertas, menorehkan rumus-rumus, berusaha mencari jawaban dari soal Fisika pilihan ganda yang harus diselesaikannya pagi itu.Dua temannya yang lain, Briandhika Utama (15) dan Usykur Rahmat Fillah (15), menunjukkan sikap yang samaSerius dan tanpa banyak bicaraKebisuan itu membuat ruang kelas senyapAgus Salam, guru pengajar yang duduk di ujung barisan pun terdiamTak lama, bel istirihat berbunyi, mencairkan menit-menit yang bekuSenyuman mulai menghias wajah-wajah yang sedari tadi kaku’’Kita bahas nanti setelah istirahat,’’ ujar Agus, yang juga tercatat sebagai dosen Fisika di FMIPA Universitas Indonesia.
Suasana khusyuk tersebut merupakan rutinitas harian kelas super SMAN 3 JakartaSatya, Briandhika dan Usykur, merupakan bagian dari penghuninyaMereka duduk di kelas XISama-sama mengambil ’’jurusan’’ FisikaKarena hanya mereka yang memilih jurusan itu, tak heran jika trio cowok ini selalu bersama.
Murid-murid di kelas super dijuruskan mulai sejak kelas XI (kelas 2), sesuai minat pelajaranYakni, Fisika, Matematika, Kimia dan BiologiSenin-Kamis mereka masuk kelas sesuai mata pelajaran yang ditekuniMereka yang mengambil Fisika akan digembleng terus-menerus dengan materi fisikaBegitu juga dengan yang lainTiap kelas berisi 3-5 siswaKemudian, pada Jumat dan Sabtu, mereka dikumpulkan dalam satu kelas untuk menerima pelajaran non-eksakta.
Siswa kelas super adalah siswa-siswa yang terseleksi dari puluhan siswa SMA Negeri di Jakarta, yang ber-IQ minimal 140 dan mempunyai nilai rata-rata di SMP 9,5Program yang berlangsung sejak 2005 itu digagas oleh Profesor Dr Yohanes Surya, pendiri Surya Institute, bersama Dinas Pendidikan DKI JakartaSelain di SMAN 3, kelas super di Jakarta juga ada di sekolah BPK (Badan Pendidikan Kristen) Penabur, dengan nama Briliant Class.
Kurikulum yang diterapkan pada anak-anak genius ini jelas berbedaPenekanannya lebih pada pelajaran Matematika, Fisika, Kimia, Biologi dan komputerPerbedaan yang mencolok adalah, materi di kelas super jauh lebih sulit’’Pelajaran sains kelas satu setara dengan tingkat pertama universitas,” kata Wieke Salehani MPd, Kepala SMAN 3 JakartaSelain itu, seluruh teori mata pelajaran eksak, mulai kelas satu hingga kelas tiga, juga dipelajari di kelas satu.
Memasuki tahun kedua, mereka difokuskan pada satu mata pelajaran sajaSebab, siswa di tahun kedua ini juga dipersiapkan khusus untuk mengikuti Olimpiade Sains Nasional (OSN)’’Pemilihan satu mata pelajaran ini agar mereka lebih konsentrasi,’’ kata Agus Salam, staf pengajarMenginjak tahun ketiga, metode pembelajarannya masih sama, fokus pada satu mata pelajaran dengan materi-materi persiapan Olimpiade Sains Internasional.
Pelajaran non-eksakta juga diberikanHanya, porsinya lebih kecil, dengan jatah waktu di akhir pekan, Jumat dan SabtuPada saat inilah, siswa dari semua jurusan belajar bersama’’Satu kelas isinya tidak banyakKelas XI sebanyak 13 siswa, sementara kelas XII berisi 11 orang,” tambah Agus.
Siswa kelas super benar-benar tak punya waktu kelayapan di saat jam belajarPasalnya, dalam satu hari itu, mereka mesti melahap satu bab pelajaranSebagai perbandingan, materi yang sama diselesaikan dalam satu minggu di kelas regulerSementara di kelas super, cukup satu hariDi akhir jam pelajaran langsung diujikan.
Untuk kelas XI dan kelas XII, para siswa sudah tidak mendapat penjelasan teori lagiBegitu masuk kelas, mereka langsung diforsir untuk mengerjakan latihan soalSoal diberikan dalam bentuk pilihan ganda dan sesekali dalam bentuk esaiBegitu kelas dimulai, para siswa akan mengerjakan soal-soal hingga istirahatSetelah itu dilanjutkan dengan pembahasan hingga jam sekolah berakhirKegiatan ini berlangsung terus setiap hariTak heran bila para pengajarnya harus jempolan.
Mereka merupakan dosen-dosen dari berbagai disiplin ilmu dari universitas ternama di Indonesia, seperti UI dan ITBPara pengajar tersebut 'disuplai' oleh Surya InstituteSementara untuk pengajar non-eksakta, dipercayakan kepada guru lokal SMAN 3 Jakarta’’Kami memilih guru senior yang kredibel,’’ lanjut Wieke, yang mulai memimpin SMAN 3 sejak 2007 tersebut.
Meski dibebani dengan jam belajar yang padat dengan pemberian soal terus-menerus, menurut Agus, murid-murid super itu tidak mengalami kesulitan berartiBiasanya, sekali dijelaskan langsung paham’’Sesekali ada juga yang lupaMungkin karena materi yang padatBiasanya kita jelaskan kembali, mereka sudah langsung tune in,’’ katanya.
Agus menyadari, dengan metode seperti ini, kadangkala murid didiknya tampak bosanBiasanya itu diketahui dari perhatian mereka yang mulai tidak fokusUntuk menyiasati itu, Agus mempunyai trik sendiri’’Selain pemberian soal dan pembahasan, biasanya saya selingi dengan materi presentasiAtau saya bercerita mengenai Fisika populer,’’ lanjut pria berkacamata tersebut.
Meski demikian, anak-anak jenius ini juga tidak merasa keberatan dengan pola belajar itu’’Kalau tesnya tiap hari, belajarnya malah enak,’’ kata Utamiria Dwi Kartika atau Tami (15), siswa super kelas XI jurusan Biologi’’Mata pelajaran lebih sedikit, tetapi lebih fokus,’’ imbuh siswi yang bercita-cita menjadi dokter tersebut.
Meski menyandang status super, jangan bayangkan kalau remaja-remaja genius ini berpenampilan seperti layaknya seorang kutu buku yang berkaca mata tebal, kaku, serta kelihatan selalu seriusPenampilan mereka tidak berbeda dengan anak baru gede (ABG) kebanyakanTami, misalnya, dandannya sangat girlieBerambut panjang dengan poni dan tanpa kacamataJiyi Nur Fauzan (16), siswa jurusan Matematika, juga begituPenampilannya sedikit 'berantakan' dengan sepatu kets yang kasual.
Kelakuan mereka di kelas juga tidak jauh berbeda dengan yang lainAgus mengatakan, empat tahun dipercaya mengajar kelas super, dia mengaku benar-benar merasakan berada di kelas dengan ciri khas yang berbeda"Angkatan pertama, mungkin karena masih baru, mereka cenderung pendiamAngkatan kedua, mereka sangat berisik dan berantakan,’’ katanya.
Fauzan pun mengaku, di sela waktu luangnya, dia menghabiskan waktu dengan nongkrong bersama teman-temannyaKadang kala mereka mendengarkan musik dan bermain gameHanya memang, di sekolah, dia mengaku tidak sempat ikut serta kegiatan ekstra dan kegiatan OSIS’’Kegiatan kami sudah padatDaripada menambah penat fisik, mending istirahat di rumah,’’ katanya(*)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tempat Mencuci Liver Itu Mirip Meja Pencuci Piring
Redaktur : Tim Redaksi