Tapering The Fed di Depan Mata, Bagaimana Persiapan Indonesia?

Sabtu, 30 Oktober 2021 – 11:14 WIB
Gubernur Federal Reserve Jerome Powell diperkirakan bakal mengumumkan tapering pada akhir pertemuan kebijakan moneter 2-3 November. Foto: Antara

jpnn.com, JAKARTA - The Fed diperkirakan bakal mengumumkan tapering pada akhir pertemuan kebijakan moneter 2-3 November.

Hal ini didasarkan oleh laporan Departemen Perdagangan AS pada Jumat (29/10) bahwa belanja konsumen AS naik 0,6 persen pada September.

BACA JUGA: Badai Tapering The Fed Mendekat, Harga Emas Mulai Morat-marit

Berdasarkan data tersebut, inflasi dan kekurangan pasokan memburuk, sementara itu, pendapatan pribadi merosot satu persen.

Ekonom sekaligus Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan sebagian investor sudah melakukan antisipasi tapering off The Fed sejak awal 2021.

BACA JUGA: Outlook Pasar Modal 2022 Dinilai tak Akan Terganggu Tapering The Fed

"Mereka cenderung punya persiapan jika tapering berlaku akhir 2021 atau awal 2022," ujar Bhima.

Hal itu terlihat dari dana asing yang masuk ke bursa saham justru mengalami tren positif dalam bentuk nett buy asing sebesar Rp 3,4 triliun satu bulan terakhir.

BACA JUGA: Ketua LPS Punya Perspektif Lain soal Tapering Off The Fed, Unik, Berbeda

IHSG juga naik 6,7 persen dipengaruhi sentimen asing pada periode yang sama, sehingga bergerak di level 6.520.

"Investor asing memang mencermati adanya penyesuaian kebijakan moneter di AS, tapi yang lebih penting saat ini adalah booming beberapa komoditas," beber Bhima.

Indikator lain, harga batu bara, minyak kelapa sawit yang melesat akibat krisis energi di China, Eropa, dan India.

"Mempengaruhi ekspektasi jangka menengah saham-saham berbasis komoditas. Dari sisi cadangan devisa pun USD 146,9 miliar per September 2021, menjadi penguat sentimen positif di pasar keuangan," ucap Bhima.

Namun, menurut Bhima, yang menjadi tantangan adalah seberapa cepat ekonomi domestik bisa pulih pascapenurunan kasus Covid-19.

Bhima menuturkan konsumsi domestik akan berperan penting, ditambah dengan serapan belanja pemerintah.

Jika ekonomi domestik kuat, dia optimistis Indonesia mampu menahan tapering The Fed dan dampaknya tidak seberat 2013.

"Jadi sekarang pemerintah all-out saja meningkatkan trust investor lewat percepat pertumbuhan ekonomi," ujar dia.

Bhima menambahkan secara paralel Indonesia juga harus menyiapkan strategi investasi jangka panjang, bukan sekedar hot money di portfolio.

Kemudian, lanjut Bhima, melakukan antisipasi terhadap tekanan ke rupiah 2022 terhadap inflasi juga mendesak dilakukan.

"Imported inflation akan menjadi hantu bagi kelompok menengah ke bawah," beber dia.

Jangan sampai, Bhima menegaskan, harga pangan impor naik karena rupiah melemah, pedagang di pasar tradisional pasti protes, dan efeknya daya beli masyarakat bisa tertekan.

"Imported inflation adalah inflasi yang disebabkan oleh naiknya harga barang-barang impor karena pelemahan nilai tukar rupiah," tegas Bhima Yudhistira. (mcr10/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler