jpnn.com, LABUAN BAJO - Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar mengatakan pembangunan pedesaan menjadi fokus utama pembangunan di Asia Tenggara dan merupakan rumah bagi 8,5 persen populasi dunia.
Kondisi ini menempatkan desa sebagai posisi strategis.
BACA JUGA: Delegasi Malawi Kunjungi Kemendes PDTT demi Belajar Konsep SDGs Desa
Atas dasar posisi strategis tersebut, pada KTT ke-42 ASEAN ini Indonesia mengusulkan dibentuknya ASEAN Village Network atau Jejaring Desa ASEAN.
Menteri yang akrab disapa Gus Halim ini mengatakan Covid-19 merupakan tantangan yang makin kuat, terutama terkait dengan pembangunan pedesaan, seperti ketahanan pangan, konektivitas, pasokan listrik, dan air, serta pendidikan.
BACA JUGA: Kemendes PDTT Punya Banyak Program Afirmasi Memberdayakan Masyarakat
Selanjutnya terkait imigrasi, ketenagakerjaan, transmigrasi ke daerah perkotaan, reformasi pertanahan dan juga hal yang terkait dengan infrastruktur, pandemi ini juga telah mengganggu upaya pembangunan yang berkelanjutan.
Karena itu, lanjut Gus Halim, sangat penting melokalkan tujuan pembangunan berkelanjutan agar lebih efektif dan efisien serta Sustainable Development Goals (SDGs) 2030 ini dapat tercapai.
BACA JUGA: Joko Curiga Menemukan Tas di Belakang Rumah, Anggota TNI Datang, Ternyata Isinya
"Ini realisitis, karena kita sudah melokalkan SDGs Global ke level desa," kata Gus Halim.
Jejaring Desa ASEAN menjadi penting untuk bisa praktekkan SDGs Desa yang telah sukses dijalankan di Indonesia.
Gus Halim turut menekankan bahwa Jejaring Desa ASEAN ini merupakan jejaring desa atau asosiasi desa yang terbuka, mandiri, inklusif dan bersifat bottom up di seluruh negara anggota ASEAN.
Selain itu, Gus Halim menjelaskan tujuan Jejaring Desa ASEAN untuk bertukar pandangan dan pengalaman tentang solusi cerdas dalam menghadapi tantangan perdesaan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat ASEAN.
Tiga platform fokus dalam Jejaring Desa ASEAN ini terdiri dari Desa Wisata, Desa Digital dan Desa OVOP (One Village One Product).
Gus Halim berharap dengan dibentuknya tiga platform tersebut dalam Jejaring Desa ASEAN dapat membangun jejaring wisata desa, mempromosikan literasi digital dan menangkal hoaks serta dimungkinkan untuk membangun badan usaha bersama lintas negara ASEAN untuk produk unggulan.
“Melalui jejaring ini produk unggulan desa bisa dikerjasamakan sehingga antardesa di negara ASEAN bisa membangun kerja sama untuk peningkatan kesejahteraan melalui tiga hal. Paling tidak desa wisata, desa digital, dan produk unggulan," urai Gus Halim.
Menurut Gus Halim, target dari Jejaring Desa ASEAN ini adalah kesejahteraan dan peningkatkan taraf hidup masyarakat sesuai dengan arahan Presiden Jokowi.
Seluruh potensi baik Dana Desa, bantuan pemerintah dan bantuan lainnya difokuskan pada kesejahteraan. Terutama dana desa harus bisa dirasakan oleh seluruh masyarakat bukan hanya elite-elite desa.
Sementara itu, Direktur Jenderal Pembangunan Desa dan Perdesaan Sugito memaparkan tujuan dari Jejaring Desa ASEAN ini untuk bersama-sama membangun kolaborasi lintas sektor dalam rangka pembangunan desa dan perdesaan agar mampu bersinergi dan memiliki daya saing.
Sehingga memberikan kontribusi bagi bangsa dan negara dan secara luas untuk kemajuan kawasan ASEAN.
"Jejaring Desa ASEAN ini dimaksudkan agar negara-negara ASEAN bisa belajar kebijakan pembangunan Desa di Indonesia, mengingat Indonesia merupakan negara yang memiliki kebijakan pembangunan desa yang terbaik di ASIA sehingga dapat menjadi benchmark bagi negara lain," kata Sugito.
Jejaring Desa ASEAN diharapkan bakal memperkuat kolaborasi regional ASEAN di tingkat desa dan membangun peningkatan kesejahteraan masyarakat serta menjadikan kebijakan pembangunan desa di Indonesia sebagai tolok ukur pembangunan desa di negara lain. (jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Nenek MW yang Dianiaya Polisi Ternyata Berstatus...
Redaktur & Reporter : Tim Redaksi