Kelompok ISIS terkenal karena kemampuan teknologinya, dan kini, mereka telah meluncurkan aplikasi ponsel yang ditujukan untuk anak-anak.
Ada gambar tank, senjata, dan roket, semua tampaknya dirancang untuk membantu memikat generasi baru yang akan direkrut.
BACA JUGA: Ibu Ini Dekati PM Australia yang Sedang Kampanye, Keluhkan Biaya Sekolah
Ketika aplikasi ‘Huroof’ -bahasa Arab untuk alfabet -diluncurkan, pada awalnya, penampilannya terlihat tak berbahaya, warna-warni dan cerah seperti aplikasi untuk anak-anak lainnya.
Tapi permainan alfabet ini menggunakan gambar meriam, senapan, roket dan peluru di samping huruf.
BACA JUGA: Nama PM Australia Malcolm Turnbull Terdaftar dalam Panama Papers
Ini adalah upaya pertama dari kelompok teroris ini untuk mendoktrinasi balita melalui sebuah aplikasi ponsel.
‘Huroof’ pertama kali muncul pada (10/5) dan meskipun beberapa situs unduhan telah diblokir, ada beberapa catatan mengenai platform terkenal ini.
BACA JUGA: Budaya Kopi Australia Mulai Menarik Perhatian Warga New York
Mengidentifikasi dan memblokir jenis akun ini membutuhkan waktu, dan untuk setiap akun yang diblokir, akun lainnya bisa dengan mudah dipasang ulang.
Aplikasi ‘Telegram’, salah satu platform pesan instan terbesar, yang mengklaim 100 juta pengguna, mengunggah sebuah tweet yang mengatakan "Minggu ini, kami memblokir 78 saluran terkait ISIS dalam 12 bahasa."
Seperti jamur, hilang 1 tumbuh 1000
Anthony Cuthbertson, seorang reporter teknologi untuk majalah Newsweek, menghabiskan waktu mengulik aplikasi yang dirancang kelompok ISIS dan para pendukungnya ini.
"Ini hanyalah alat lain yang mereka gunakan untuk berperang, dan aplikasi seperti ‘Telegram’, ‘Wickr’ dan ‘Kik’, mereka semua menawarkan metode berkomunikasi dengan aman di antara anggota tetapi juga berbagi propaganda dan video instruksional dan juga berfungsi sebagai alat untuk perekrutan," jelasnya.
"Dan Anda melihat mereka di Twitter, Anda melihat kekhalifahan dunia maya di sana, tapi mereka sudah banyak ditutup. Mereka sekarang pindah ke ‘Telegram’ dan dari sana mereka pindah ke platform lain," tambahnya.
Brendan Koerner dari majalah ‘Wired’ mengatakan, rencana pemasaran strategis ISIS untuk perang online bisa ditelusuri lewat laporan tertulis ari satu dekade lalu.
"Jika Anda kembali ke dokumen berjudul ‘Management of Savagery’ (manajemen kebiadaban), itu adalah sebuah e-book (buku elektronik) - oleh ulama jihad yang menulis dengan nama samaran Abu Bakr Naji - yang rilis pada tahun 2004," sebutnya.
Brendan menjelaskan, "Ia benar-benar memperjelas dengan mengatakan bahwa Barat begitu sukses dalam upayanya untuk menundukkan dunia Islam karena penguasaan media, dan bahwa anggota mereka harus belajar praktik dan teknik media Barat jika mereka ingin menang dalam bentrok peradaban ini.”
Ia menuturkan, media kelompok ISIS, kini, jarang mengunggah video eksekusi dan kekejaman lainnya.
"Banyak dari mereka menggambarkan kehidupan sehari-hari dalam kelompok ISIS sebagai sesuatu yang bahagia, pengalaman yang indah," utara Brendan.
Ia menyambung, "Mereka menyesuaikan semua video mereka untuk pemirsa tertentu di seluruh dunia, baik melalui bahasa dan juga kebiasaan serta estetika dari video ini.”
"Anda mungkin memiliki satu video yang ditargetkan untuk rekrutan Bosnia, yang ada di Bosnia dan memperhitungkan praktik adat di Bosnia, dan lainnya menargetkan, katakana... masyarakat Filipina,” imbuhnya.
Brendan melanjutkan, "Mereka sangat cerdas akan penggolongan dan menyesuaikan konten mereka dengan pemirsa tertentu di seluruh dunia."
Dan sekarang mereka menargetkan anak-anak.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Belasan Perusahaan Australia Berbagai Bidang Tertarik Berinvestasi di Indonesia