Tarif PSK Murah Meriah, Itu pun Sering si Pria Ogah Bayar

Kamis, 05 Februari 2015 – 01:42 WIB
Pekerja seks komersial (PSK). Foto ilustrasi: dok.JPNN

TARIF pekerja seks komersial (PSK) di lokalisasi Pokok Jengkol, Batam, tergolong murah meriah.  Wiwi, misalnya, dia a memasang tarif dalam kisaran Rp 50 ribu hingga Rp 70 ribu.
---------------
YOFI YUHENDRI, Sagulung
---------------
Dengan tarif murah itu saja, sudah susah mendapatkan pelanggan. Maklum, Wiwi sudah mulai kisut, umurnya sudah memasuki angka 40.

"Kalau sekarang lagi sepi (pelanggan). Kalau saingan-saingan di sini tidak ada sih, namanya rezeki sudah diatur," tuturnya.

BACA JUGA: Tiga Aturan Aceh Tunggu Teken Menkeu

Menurutnya, bekerja menjadi PSK menjadi pilihan utama meraup uang dengan cepat. Ditambah dengan biaya hidup yang tinggi sehingga memaksanya untuk bekerja dan menetap di Pokok Jengkol.

"Saya ada anak juga di kampung (Surabaya). Jadi ngirim uang juga ke sana untuk anak," tuturnya.

BACA JUGA: Pengakuan PSK, Pernah Layani Bocah SMP

Sementara itu, Ketua RT 01 Pokok Jengkol mengaku saat ini jumlah warganya yang terdaftar sebagai PSK sekitar 60 orang. Namun, pada malam hari, para pekerja yang berasal dari luar lokalisasi (free land) tersebut turut menjual dagangannya. "Kalau saya data pada malam hari sampai 110 orang," jelasnya.

Ia menerangkan pada malam hari memang di lokalisasi Pokok Jengkol kerap terjadi keributan. Seperti, pelanggan dalam kondisi mabuk dan tidak membayar harga para PSK.

BACA JUGA: Perempuan Diseret Taksi Gelap Sejauh 15 Meter

"Lumayan sering terjadi keributan. Tapi sekarang saya kerahkan tim pengamanan sebanyak delapan orang," tegasnya.

Setiap PSK nantinya akan diminta biaya pengamanan Rp 3 ribu setiap malamnya. Untuk sewa kamar sendiri, pekerja dikenakan tarif Rp 70 ribu.

 "Uang itu juga dipergunakan untuk mereka yang sakit atau kebutuhan lainnya. Apalagi sebelumnya ada pembunuhan, jadi pengamanan kita perketat," tuturnya.

Andi juga membenarkan kurangnya prahatian kesehatan bagi setiap pekerja. Biasanya, di setiap lokalisasi diadakan pemeriksaan penyakit HIV dan AIDS sekali seminggu, namun di lokalisasi tersebut hanya sekali tiga bulan.

"Memang masalah kesehatan kurang. Rencananya kita akan lebih rutin mengadakan pemeriksaan agar tidak meresahkan warga sekitar juga," terangnya.

Mengenai adanya pelanggan pelajar, Andi mengaku tidak mengetahuinya. Ia menegaskan akan meminta para PSK untuk tidak melayani hal-hal yang dapat merusak pendidikan anak.

"Itu akan saya sampaikan. Selama ini saya tidak tau, mungkin anak itu datangnya siang. Sehingga pihak kemanan tidak mengetahuinya juga," pungkasnya. (jpnn/habis)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pamit Beli Pembalut, Gadis Tuna Wicara Menghilang


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler