Tegang! Kisah AKP Rosana Menyamar, Intai, dan Sergap Gembong 1 Ton Sabu

Sabtu, 15 Juli 2017 – 06:30 WIB
AKP Rosana Albertina Labobar (kanan). Foto: Tumpak Mangasi Tampubolon/Indopos/dok.JPNN.com

jpnn.com - AKP Rosana Albertina Labobar, Wakasat Narkoba Polresta Depok, satu-satunya perempuan dalam tim penyergapan, penyelundupan 1 ton sabu-sabu di Serang, Banten, Kamis (13/7).

Bukan hanya pelengkap, Ocha, sapaan Rosana, menjadi sosok terdepan dalam penggerebekan. Dia harus mengintai dari dekat posisi para gembong narkoba selama dua malam.

BACA JUGA: Dini Hari Terdengar Rentetan Tembakan, Paginya Ada Pria Terkapar

Sebelumnya, selama sebulan, Ocha bersama tim terus menguntit pergerakan jaringan itu sejak dari Taiwan sampai Jakarta.

’’Kami memulai pengintaian sejak mendapat informasi dari kepolisian Taiwan. Mereka mengatakan adanya pergerakan dari para residivis narkoba. Waktu itu kami memulai pada 6 Juni,’’ terang Ocha kepada Jawa Pos.

BACA JUGA: Detik-detik Penyergapan, Dor! Dada si Bos Tertembus Peluru

Pengintaian dilakukan ketika para tersangka tiba di Indonesia. Waktu itu, sebenarnya ada enam orang yang tergabung dalam jaringan tersebut. Tetapi, satu tersangka langsung kembali ke Taiwan.

’’Pada saat-saat terakhir, satu tersangka lagi juga kembali ke Taiwan. Jadi, ada empat tersangka yang ada di Indonesia,’’ ungkapnya.

Selama di Indonesia, para tersangka menginap selama dua minggu di salah satu hotel di Jakarta Utara. Selang waktu tersebut, mereka berpindah ke hotel lain di Jakarta Selatan.

’’Setelah dari Jakarta Selatan, lima tersangka pergi ke Malaysia. Kami masih terus mengikuti pergerakan mereka,’’ jelas Ocha.

Setelah dari Malaysia, kedua tersangka kembali ke Jakarta, lalu ke Serang. ’’Dari hari pertama, para tersangka sebenarnya sudah sempat ke Anyer untuk melakukan observasi awal. Sejak itu mereka terus berpindah-pindah,’’ terangnya.

Setelah melakukan pemantauan panjang, para tersangka, kata Ocha, akhirya memutuskan untuk menggunakan dermaga eks Hotel Mendalika di Serang, Banten, sebagai titik pengiriman ribuan kilogram sabu-sabu tersebut. Di lokasi itu, Ocha harus menyamar sebagai warga yang tengah mencari keluarga.

’’Hari pertama melakukan pengintaian di kawasan hotel tersebut, kami dibagi dalam beberapa tim. Saya harus menyamar sebagai seorang anak yang sedang mencari ayahnya yang sedang memancing, Sebab, lokasi tersebut dijaga beberapa sekuriti dan saat ini bekas hotel tersebut digunakan banyak orang untuk memancing,’’ jelas Ocha, lalu tersenyum.

Pengintaian pada hari pertama, kata dia, dilakukan sejak pukul 23.00. Tidak mudah melakukan pengintaian.

Ocha bersama seorang anak buahnya harus mengendap-ngendap selama empat jam di tumpukan ilalang.

Akibatnya, karena pengintaian dilakukan dengan tiarap, tangan Ocha mengalami iritasi lantaran bersentuhan lagsung dengan ilalang.

’’Waktu empat jam tidak sebentar. Saya pakai baju lengan pendek di hari pertama. Apalagi pengintaian harus dilakukan sesenyap mungkin agar tidak ketahuan para tersangka. Sambil mengintai, saya selalu berdoa agar selalu dilindungi Tuhan,’’ bebernya.

Pada pengintaian hari pertama, ungkap dia, tidak ditemukan tanda-tanda adanya paket narkoba yang datang. Kemudian, pengintaian dilakukan lagi pada Rabu malam (12/7).

Kali ini pengintaian dilakukan sejak pukul 22.00. ’’Jarak saya hanya 30 meter dengan para tersangka. Pada Rabu malam sudah ada tanda-tanda ada barang yang datang,’’ ucap perempuan yang hobi bernyanyi itu.

Suana tegang, jelas Ocha, terasa pukul 02.30. Waktu itu satu perahu terlihat meninggalkan dermaga. Ocha dan tim sontak langsung melakuan penyergapan.

’’Ketika penyergapan itu, saya juga sempat akan ditabrak para pelaku. Tetapi, akhirnya tim lain berhasil menangkap para pelaku. Satu pelaku yang melawan akhirnya ditembak. Satu pelaku yang kabur juga berhasil diamankan,’’ ujarnya.

Ocha mengaku bangga atas prestasi yang dia dapat bersama timnya. Kerja berminggu-minggu akhirnya terbayar dengan penangkapan tersangka yang merupakan bagian dari jaringan internasional.

’’Selama pengintaian, ya jarang bertemu keluarga. Tetapi, itu risikonya. Tetapi, saya bangga mampu menjadi bagian dari tim yang mengungkap jaringan narkoba internasional,’’ tegasnya.

Dia melanjutkan, jaringan yang berhasil ditangkap itu hanya bagian kecil jaringan narkoba internasional. Polda Metro Jaya saat ini tengah mengusut jaringan yang lebih besar.

’’Kelompok yang kemarin berhasil kami bekuk itu hanya punya tugas memastikan seluruh sabu-sabu sampai di dermaga. Nanti seluruh sabu-sabu bakal dipecah untuk dibagi ke beberapa bandar. Mereka menyasar kalangan menengah atas,’’ jelasnya. (bry/c5/ang)


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler