jpnn.com - JAKARTA - Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menilai Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat (PD) Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY sedang memainkan strategi playing victim. Hasto Kristiyanto menyampaikan itu menyikapi pernyataan SBY soal ada upaya pihak tertentu yang menjegal partai di luar pemerintah mengusung calon presiden dan calon wakil presiden (capres dan cawapres) di Pilpres 2024.
"Itu bagian dari strategi playing victim-lah, karena itu juga dimainkan oleh Pak SBY pada 2004," kata Hasto dalam konferensi pers secara daring, Minggu (18/9).
BACA JUGA: Mardani: Pernyataan Pak SBY Bagus, Biar Semua Waspada
Hasto mengungkapkan SBY sebenarnya khawatir PD tidak bisa mendorong Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menjadi peserta Pilpres 2024.
Lalu, kata dia, SBY justru mengungkapkan dugaan penjegalan pihak tertentu agar Pilpres 2024 hanya diisi dua kandidat.
BACA JUGA: Hasto PDIP: Anies Tak Perlu Dijegal, Lihat Saja PrestasinyaÂ
"Ketika seseorang tidak mendapatkan dukungan dari parpol, jangan kemudian dikatakan dijegal," ungkap anak buah Megawati Soekarnoputri di PDI Perjuangan itu.
Hasto mengatakan bahwa sebenarnya politik playing victim sudah tidak asing dimainkan oleh SBY.
BACA JUGA: Sebut Ada Skenario Jahat di Pilpres 2024, SBY Dinilai Tidak Negarawan
Dia mencontohkan misalnya ketika pencalonan peserta Pilpres 2019 lalu.
Ketika itu muncul wacana PD ingin bergabung sebagai partai koalisi pengusung Jokowi pada Pilpres 2019.
Hasto bahkan mengatakan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri tak menolak PD masuk barisan partai koalisi pengusung Jokowi pada Pilpres 2019.
Dia menyampaikan pernyataan Megawati yang tidak menolak PD masuk barisan pengusung Jokowi kepada kolega SBY, Agus Hermanto.
“Saya sampaikan sikap dari PDI Perjuangan tersebut. Monggo sekiranya Pak Agus Hermanto kalau mau bergabung dalam pemerintahan Pak Jokowi," ujar Hasto.
Namun, kata dia, beberapa hari jelang pendaftaran ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) terkait pengusungan Capres-Cawapres 2019, PD tidak jadi masuk barisan partai pengusung Jokowi.
SBY kala itu mengungkap alasan PD tidak masuk barisan pengusung Jokowi karena ada ketum parpol yang menolak kehadiran partai berlambang bintang mercy itu.
"Tiba-tiba Pak SBY berpidato bahwa di dalam kerja sama itu tidak bisa bergabung karena salah satu ketum keberatan. Nah, itu langsung saya bantah,” kata Hasto.
Alumnus Universitas Gadjah Mada (UGM) itu mengingatkan cara playing victim demi meningkatkan elektabilitas sebenarnya sudah usang.
Sebab, elektabilitas bisa menguat apabila sosok memiliki capaian prestasi ketika menjabat.
"Strategi itu, kan, sudah kuno dan enggak perlu bicara skenario victim-lah untuk menaikan elektoral,” ungkap Hasto. (ast/jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:
Redaktur : M. Kusdharmadi
Reporter : Aristo Setiawan