Tekan Impor Akibat El Nino, Mentan Amran Gencar Akselerasi Tanam Padi

Sabtu, 18 November 2023 – 18:49 WIB
Kementerian Pertanian (Kementan) terus melakukan akselerasi tanam padi untuk menekan impor dampak dari fenomena El Nino yang melanda Indonesia. Foto: Amjad/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) terus melakukan akselerasi tanam padi untuk menekan impor dampak dari fenomena El Nino yang melanda Indonesia.

Salah satunya dengan fokus meningkatkan produksi berbagai komoditas strategis nasional dalam satu tahun ke depan di rawa mineral baik di lahan pasang surut maupun lahan lebak.

BACA JUGA: Kementan Ajak Pimpinan Tinggi Pratama Bersinergi, Ini Tujuannya

Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman mengatakan program akselerasi adalah solusi pasti dalam menekan impor yang dilakukan akibat dampak el nino beberapa bulan lalu.

Dia mengingkan kebijakan tersebut membuat Indonesia kembali bangkit dengan meletakan pondasi yang kuat untuk mewujudkan swasembada.

BACA JUGA: Kementan Genjot Produksi Jagung Manfaatkan Kebun Kelapa

"Kebijakan akselerasi tanam ini sangat penting kami lakukan untuk menekan impor yang dilakukan akibat dampak el nino," ujarnya di Jakarta, Sabtu (18/11).

Diketahui, Mentan Amran sudah terjun langsung ke lapangan dengan mendatangi daerah sentra di 10 hari pertama kerja, seperti di Provinsi Sulawesi Tengah, Sumatera Selatan, hingga Kalimantan Selatan dan dalam waktu dekat ke wilayah Jawa

BACA JUGA: Stabilkan Harga, Kementan Bersama Petani Champion Distribusikan Cabai ke Pasaran

Hal itu diyakini memberi sinyal positif bagi produksi masa tanam (MT) 1 karena petani semakin bersemangat melakukan produksi.

Terlebih peninjauan tersebut juga untuk memastikan lahan sawah, petani dan penyuluh agar siap menghadapi masa tanam oktober-maret (Okmar) mendatang.

"Alhamdulilah 10 hari ini saya tancap gas cek lahan, petani dan penyuluh. Kesiapan mereka sangat penting untuk strategi pangan nasional," katanya.

Selain itu, Mentan Amran memastikan bahwa kerja sama dan kolaborasi dengan berbagai pihak terus dilakukan.

Menurutnya, kolaborasi dengan TNI penting dilakukan karena pangan merupakan aspek yang paling strategis bagi sebuah negara.

"Gerakan bersama ini luar biasa dampaknya untuk seluruh Indonesia karena ketahanan pangan identik dengan ketahanan negara, kalau krisis ekonomi itu kita mampu bertahan, kami bisa lewati, krisis kesehatan, covid 19 kami lewati, tapi kalau krisis pangan bisa berdampak pada yang lainnya, jadi kita harus betul-betul bersama-sama menjaganya," katanya.

Tak hanya dengan TNI, Mentan Amran juga mengajak para Gubernur, Bupati, kepala dinas pertanian se-Indonesia untuk mengawal jalanya produksi beras pada tahun ini.

Menurut Amran, kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah merupakan sebuah keharusan untuk menghadapi berbagai tantangan yang ada.

"Kondisi dunia sekarang sedang menghadapi krisis pangan. Bahkan sudah ada negara yang kelaparan dan beberapa negera menyetop ekspor karena perubahan iklim ekstrim," katanya.

Lebih jauh, dia mengatakan upaya menekan impor tersebut bukan persoalan mustahil untuk dilakukan.

Apalagi hal serupa elnino tertinggi juga pernah terjadi pada 2015.

"Berkaitan dengan kejadian elnino saat ini, kita sudah mempunyai pengalaman menghadapi dampak El Nino pada 2015  bahkan saat itu tertinggi dengan angka kenaikan suhu 2,9 derajat celcius di atas permukaan laut, ini tertinggi dalam puluhan tahun terakhir," jelas Amran.

Pada kondisi saat itu, lanjut Amran,  Indonesia berhasil menyelamatkan produksi dengan berbagai gerakkan di lapangan.

Semisal memompa air, membagi dan menjaga di pintu pintu air di Cimanuk, pompanisasi air sungai Bengawan Solo, menyiapkan benih tahan kekeringan, bahkan bertanam di rawa yang sedang surut airnya di Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan.

"Pada 2017, 2019, 2020 dan 2021 kita juga berhasil swasembada beras, tidak ada impor, hal yang sama pada 1984 kita swasembada beras. Kondisi beras 2018 sangat kuat karena produksi 34 juta ton, konsumsi 30 juta ton, tetapi seiring berangsur waktu kini terpaksa impor," katanya.

Sementara Itu, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Suwandi membeberkan, produksi beras angka prognosa berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2023 tercatat sebesar 30,9 juta ton, sedangkan konsumsi 30,6 juta ton, surplus tipis.

Kondisi tersebut menurutnya mesti diwaspadai dan disolusi cepat gerakkan di lapangan mengejar produksi.

Karena itu, Suwandi pun menindaklanjuti arahan petunjuk Mentan Amran untuk mengajak seluruh pihak terkait untuk sama-sama menggenjot produksi beras demi mengurangi impor di 2024 dengan harapan 2025 swasembada ketersediaannya cukup dan 2026 surplus.

"Ini harus sama-sama kita lakukan, caranya kita pacu produksi berkolaborasi dengan semua pihak, jajaran TNI, Polri, Kejaksaan, PUPR, BUMN pupuk dan lainnya bergerak di lapangan," jelas Suwandi.

Selanjutnya selain di wilayah rawa, setiap provinsi dan kabupaten agar bergerak memacu produksi dengan meningkatkan Indek Pertanaman (IP).

"Perluasan areal tanam dan meningkatkan produktivitasnya" tambahnya. 

Selain itu Mentan juga menegaskan untuk meminimalisir proses yang terlalu panjang dan segera mengatasi kendala dan masalah di lapangan, agar segera langsung dicari solusi lapangan, pungkasnya. (jpnn)

Yuk, Simak Juga Video ini!

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mentan Amran: Kebijakan Akselerasi Tanam Ini Sangat Penting Untuk Tekan Impor


Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Dedi Sofian, Dedi Sofian

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler