Tekan Kehamilan, Layani KB Sistem Case Mix

Senin, 14 Juni 2010 – 08:08 WIB
PALEMBANG - Angka kelahiran di Sumatera Selatan terbilang sangat tinggiTercatat, ada 53 ribu ibu hamil pertahun

BACA JUGA: Batik Jawa Barat, Kasual nan Atraktif

Sedangkan yang melahirkan sekitar 5.700 per bulan
Untuk menekan jumlah tersebut, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sumatera Selatan meminta seluruh rumah sakit di Sumatera Selatan dapat memfasilitasi kemudahan ibu-ibu dalam ber-KB lewat pelayanan Case Mix INA DRG (Indonesia Diagnosis Related Group). 
   
"Menariknya, belum semua ibu melahirkan terlindungi oleh program KB

BACA JUGA: Bendung Pornografi, Jangan Narsis di Internet

Masih banyak yang hamil dalam masa menyusui (di bawah 2 tahun)," tegas Dr Muhammad Tri Tjahjadi MPH, Kepala BKKBN Sumsel kepada Sumatera Ekspres (JPNN), Minggu (13/6)


Padahal, tambah dia, baik bidan maupun dokter praktik swasta bisa menyarankan mereka menggunakan alat kontrasepsi non hormonal (IUD) di masa menyusui

BACA JUGA: Kalau Dilarang Kok Dijual?

"Produksi asi tidak terganggu," tukasnya.

Hanya, kata Tri, pihaknya perlu meningkatkan koordinasi dengan RSSebab, terungkap ada sejumlah RS yang mengeluh kekurangan stok alkon"Minimal tiga bulan harusnya stok itu, ada di RSAlkon banyak di gudang kita, tinggal koordinasi saja."

Diakuinya, untuk kontrasepsi mantap seperti tubektomi dan vasektomi memang membutuhkan biaya yang tidak sedikitDi atas Rp2 jutaTapi, itu sudah tercover dengan program berobat gratis pemerintah provinsi Sumsel"Yang jelas, pihak RS tertarik untuk menerapkan pelayanan KB ini dengan system INA DRGMalah programnya sudah berjalan di Sumsel."

Dalam pelaksanaan program KB, hingga April 2010 kondisi obyektifnya, IUD sebanyak 2.066 dari target 10.523Kemudian medis operasi pria (MOP)-vasektomi-tercapai 374 dari target 850Lalu, Metode Operasi Wanita (MOW) -tubektomi--- 454 dari terget 1.470"Implant pasang 12.299 dari 21.812 dan cabut implant 8.815 dari target 17.021," bebernya.

Dr Bayu, direktur RSMH Palembang mengatakan, pelaksanaan INA DRG (Indonesia Diagnosis Related Group) sudah dilakukan sejak September 2008 laluSejauh ini belum menemui kendala"Khusus program KB,  kita juga layaniYang sudah jalan seperti vasektomi, tubektomi, pelayanan IUD atau spiral dan sebagainyaAplikasinya baru berjalan 2009 lalu," ujar dr Bayu.

Hanya saja, dr Bayu tidak mengetahui secara pasti berapa jumlah kasusnya per tahun.  Pastinya,  penerapan INA DRG memerlukan waktu dan sosialisasi dalam penerapannya"Bila pelaksanaan INA DRG tidak sesuai syarat dan ketentuan, pihak RS bisa mengalami kerugianMisalnya, operasi cesar masa waktunya 3 atau 5 hari, namun pelaksanaannya lebih dari hari yang ditentukan tersebut, maka RS yang menanggung kelebihan biaya  pengobatan."

Sejauh ini, tambah dia, tidak ada pengusiran terhadap pasien yang melebihi batas waktu perawatan"Kita tetap melayani pasien tersebutYang jelas, kepuasan dari pasien harus ada," tukasnya.   

Dalam sistem Case-Mix INA DRG, terdapat 14 variabel mengenai pasien yang perlu dicatat oleh rumah sakitYakni, identitas pasien, tanggal masuk rumah sakit, tanggal keluar rumah sakit, lama hari rawatan, tanggal lahir, umur ketika masuk rumah sakit (dalam satuan tahun), Umur ketika masuk rumah sakit (dalam satuan hari), umur ketika keluar dari rumah sakit (dalam satuan hari) dan Jenis kelamin

Kemudian, status keluar rumah sakit (discharge disposition), berat badan baru lahir, diagnosis utama, diagnosis sekunder, seperti komplikasi dan komorbiditas dan prosedur atau pembedahan utama.

Diagnosis utama menjadi acuan untuk menghitung biaya pelayananPenghitungan biaya berfokus pada variabel tersebut, sehingga rumah sakit tidak akan mencantumkan hal-hal yang tidak seharusnya dalam pembayaranDengan demikian, penghitungan biaya menjadi lebih mudah dan tepat

Selain memberikan fokus dalam masalah penghitungan biaya, Case-Mix juga memberikan standar nasional mengenai berapa biaya yang harus dikenakan untuk diagnosis tertentuHal ini memberikan kepastian sekaligus transparansi pada masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan kesehatanDengan demikian, biaya dapat diprediksi, dan keuntungan yang diperoleh rumah sakit pun dapat lebih pasti.(mg44/fuz/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mengapung Tanpa Berenang


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler