Tekan Wabah PMK, Guru Besar FKH UGM Minta Batasi Lalu Lintas Manusia ke Kandang

Jumat, 13 Mei 2022 – 11:50 WIB
Ilustrasi - Hewan ternak sapi. Foto: Ricardo/jpnn.com

jpnn.com, YOGYAKARTA - Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UGM, Wasito meminta lalu lintas manusia dari kandang ke kandang harus diperhatikan secara serius.

Hal itu untuk menekan penyebaran wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak.

BACA JUGA: Kementan Siapkan Tenaga Medis Khusus untuk Tangani Penyakit Mulut dan Kuku

Menurut dia, penularan PMK itu bisa semakin memburuk apabila pergerakan manusia tidak diawasi secara ketat.

Dia juga menyarakan setiap hewan yang ingin disembelih sebaiknya harus diperiksa terlebih dahulu kesehatnnya.

BACA JUGA: Kapolri Bantu Kementan Awasi Penangan Penyakit Mulut dan Kuku pada Hewan Ternak

"Kalau hasilnya sehat barulah bisa dipotong untuk kemudian di konsumsi manusia," ujar Wasito, Jumat (13/5).

Dia menambahkan, pengendalian lalu lintas hewan bisa dilakukan dengan cara deteksi cepat, isolasi virus, dan melakukan sekuensig.

BACA JUGA: Kementan Punya Jurus Jitu Atasi Penyakit Mulut dan Kuku

Setelah itu dilanjutkan dengan pemilihan vaksin speed virus PMK yang serasi dengan isolat virus FMD yang sedang mewabah di lapangan.

Apalagi, menurut dia, pemberian vaksin tidak bisa dilakukan pada hewan yang terpapar penyakit PMK.

"Vaksin hanya bisa diberikan kepada hewan yang sehat agar tidak terpapar wabah tersebut," katanya.

Disisi lain, hewan yang menderita PMK belum tentu menunjukan gejala klinis secara langsung.

Bisa saja, hewan itu mengalami kondisi sakit pada rentang waktu seminggu atau mungkin juga 2 minggu tanpa menunjukkan gejala klinis.

Namun, kata dia, hewan yang terpapar PMK mampu menularkan virus ke lingkungan di sekitarnya.

"Jadi, sekali lagi vaksin itu diberikan kepada sapi yang sehat. Kalau vaksin diberikan kepada sapi sakit, antibodi yang kemungkinan tidak homolog bisa repot," ungkapnya.

"Artinya bisa terjadi reaksi positif palsu akibat vaksinasi. Terbentuk antibodi, tetapi tidak mampu melindungi hewan dari reaksi virus FMD sehingga kemungkinan diperlukan vaksin DIVA," sambung dia.

Wasito menjelaskan menular atau tidaknya virus PMK pada manusia bisa dilihat dari sejarah penyakit serupa pada manusia pada 1934.

Saat itu ada tiga orang yang meminum air susu segar kemudian terpapar.

Sejarah lainya adalah 1966 dilaporkan ada orang yang tertular penyakit serupa.

"Jadi, si hewan demam dan bagian kaki lumpuh. Namun, kan, itu tahun 1934 dan tahun1966. Tentu kejadian dan penanganya mungkin berbeda," pungkas Wasito. (jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Penyakit Mulut dan Kuku: Australia Tawarkan Vaksin untuk Indonesia di Tengah Kurangnya Dokter Hewan


Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Dedi Sofian, Dedi Sofian

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler