Kementan Siapkan Tenaga Medis Khusus untuk Tangani Penyakit Mulut dan Kuku

Kamis, 12 Mei 2022 – 20:11 WIB
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo melakukan kunjungan ke perusahaan sapi potong beberapa waktu lalu. ilustrasi. Foto: Kementan

jpnn.com, JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) siapkan tenaga medis terlatih yang dianggap bisa menangani penyakit mulut dan kuku (PMK) terhadap hewan ternak.

Demi mendukung hal tersebut, Kementan melakukan transfer of knowledge atau transfer pengetahuan kepada SDM peternakan melalui pelatihan pengendalian PMK.

BACA JUGA: Mentan SYL Ungkap soal Kondisi PMK Hewan Ternak, Alhamdulillah

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Mentan SYL) menyambut baik sekaligus memberikan apresiasi atas penyelenggaraan pelatihan pengendalian wabah tersebut.

Dia menegaskan masyarakat tidak perlu panik karena PMK bisa ditanggulangi.

BACA JUGA: 3 Tahun tak Ada Impor Beras, Mentan SYL Apresiasi Kontribusi Pupuk Indonesia

“Pelatihan ini memiliki arti penting sebagai salah satu upaya dalam mengendalikan dan menangani PMK melalui peningkatan kualitas kompetensi SDM Peternakan, para peserta pelatihan yang meliputi Medik Veteriner, Paramedik Veteriner, Koordinator BPP, Penyuluh Peternakan, dan Pengelola P4S,” kata Mentan SYL saat membuka Pelatihan Pengendalian Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), Kamis (12/5).

Mentan SYL menjelaskan PMK adalah penyakit menular pada hewan yang ditakuti oleh selurh negara di dunia.

BACA JUGA: Mentan Minta Peternak Tidak Panik Terhadap PMK

Utamanya negara-negara pengekspor ternak dan produk ternak, termasuk Indonesia.

Dia menjelaskan, Indonesia pertama kali tertular PMK pada 1887 di daerah Malang, Jawa Timur.

Upaya pemberantasan dan pembebasan PMK di Indonesia terus dilakukan sejak 1974 hingga 1986.

"Pada 1990, penyakit tersebut benar-benar dinyatakan hilang dan secara resmi Indonesia diakui bebas PMK oleh Badan Kesehatan Hewan Dunia atau Office International des Epizooties (OIE),” katanya.

Dia menambahkan, keberhasilan Indonesia bebas dari PMK pada 1990 merupakan hasil kerja keras berbagai pihak, didukung kondisi geografis Indonesia berupa kepulauan sehingga memudahkan dalam melokalisasi penyakit itu.

PMK menyebabkan kerugian ekonomi yang sangat besar.

Bukan hanya mengancam kelestarian populasi ternak di dalam negeri, tetapi mengakibatkan hilangnya peluang ekspor ternak dan hasil ternak.

Oleh karena itu, Mentan SYL mengharapkan peran aktif dari berbagai pihak diperlukan untuk mencegah dan penanganan penyakit tersebut di Indonesia.

"Melalui pengetahuan yang cukup tentang PMK dan langkah-langkah yang perlu diambil,” ujarnya.

Mentan menambahkan merebaknya kasus PMK di sejumlah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur dan Aceh, memerlukan upaya nyata untuk segera mengendalikan.

Salah satunya dengan memanfaatkan transfer of knowledge bagi petugas pendamping mendukung upaya pencegahan dan penanggulangan PMK secara cepat dan masif.

“Kualitas pelatihan yang dilaksanakan di UPT harus lebih ditingkatkan. Sehingga, menghasilkan purnawidya-purnawidya yang berkualitas untuk bisa segera menangani dan mengendalikan PMK dan potensi kendala-kendala lainnya," ujarnya

Mentan pun memberikan apresiasi secara maksimal terhadap langkah konkret dan jelas dalam penanggulangan PMK di antaranya upaya membentuk satgas dan gugus tugas, agenda sos atau darurat, langkah temporer, dan agenda recovery atau pemulihan.

Mentan mendorong adanya tindakan penentuan 3 zona bagi wilayah terdampak, di antaranya zona merah, kuning, dan hijau.

“Kita perlu terus waspada serta gerak cepat menanggulangi PMK ini jangan sampai timbul kepanikan di tengah masyarakat kita," ujar Mentan SYL. (jpnn)

 

Video Terpopuler Hari ini:

BACA ARTIKEL LAINNYA... DPKH Sebut Hewan Ternak yang Terjangkiti PMK Bertambah jadi Sebegini, Waspada!


Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Dedi Sofian, Dedi Sofian

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler