Jumlah babi liar yang berkeliaran dan merusak tanaman pertanian di Queensland semakin tak terkendali. (Supplied: Sam Floss)
Setiap malam Lester Cronau, seorang petani di Queensland, Australia, harus berperang menghadapi babi liar yang menyerbu lahan pertaniannya dan menimbulkan kerugian ribuan dolar.
Lahan kebun tebunya di daerah Yerra, Maryborough, menjadi sasaran puluhan ekor babi liar hampir tiap malam. Lester menghadapinya seorang diri.
BACA JUGA: Hong Kong dan Singapura Sepakati Koridor Perjalanan Bebas Karantina Mulai 26 Mei
Pemerintah sebenarnya ingin membantu Lester dan petani lainnya melalui Rencana Pembasmian Babi Liar Nasional. Namun kebijakan ini belum juga rampung sampai sekarang.
Tidak ada angka pasti namun jumlah babi liar di Australia ditaksir mencapai 23 hingga 24 juta ekor, dengan kerugian yang ditimbulkan mencapai A$100 juta (sekitar Rp1 triliun) per tahun.
BACA JUGA: Seberapa Mungkin Kru dan Kapal Selam KRI Nanggala Dievakuasi dari Dasar Laut?
"Sesekali mereka merusak 10 ton pohon tebu dalam semalam, dan tahun lalu saya juga kehilangan 5 ton kacang kedelai senilai A$4000," ujar Lester.
Kesal dengan serbuan babi liar, Lester pun akhirnya memasang pagar untuk mencegah masuknya hewan yang dianggap hama ini.
BACA JUGA: IFAD: Amazing, AWR Bisa Berkomunikasi dengan 5.733 kostratani
Pagar itu memiliki kawat berduri di bagian atasnya yang dilengkapi dengan jaring logam agar babi liar tidak dapat menggali bagian bawahnya dan menerobos masuk.
"Pagarnya hanya 800 meter, cukup membantu tapi seluruh lahan ini sebenarnya perlu dipagari," katanya. Perlu tindakan segera
Sepanjang tahun lalu, petani tebu lainnya di Maryborough, Norm Muller, mengaku sudah membasmi babi liar sebanyak 250 ekor.
Meski hal ini sedikit meringankan, namun Norm menyebut babi liar tampaknya tetap datang menyerbu tanpa henti ke lahan pertaniannya.
Menurut dia, permasalahan babi liar jauh lebih besar daripada sekadar hama yang memakan tanaman.
"Kekacauan yang mereka timbulkan saat mencari belatung di bawah tumpukan sampah, lubangnya bisa mencapai setengah meter," katanya.
"[Jika] kita lewat di atasnya dengan mesin dan tidak melihat lubangnya, tiba-tiba kita bisa jatuh terperosok. Sangat berbahaya," ujarnya.
Menurut Sam Floss, seorang spesialis pengendalian babi liar, permasalahan ini semakin memburuk sekarang.
Ia menyebut 20 tahun lalu tidak pernah ada tanaman tebu yang rusak dalam jumlah sebesar saat ini. Begitu pula dengan kebun kacang macadamia.
"Serbuan mereka pada kebun tebu dan macadamia berlangsung dalam skala yang besar," kata Sam.
"Ribuan bahkan mungkin ratusan ribu dolar hilang hanya di area ini saja," tambahnya. Rencana pembasmian
Rencana Pembasmian Babi Liar Nasional sudah dimulai pada Maret 2020, yang bertujuan mengoordinasikan upaya pengendalian di seluruh Australia selama satu dekade mendatang.
Rancangan kebijakan telah disusun, tetapi diperkirakan belum akan rampung dan mendapat dukungan pemerintah hingga Oktober tahun ini.
Ketika ABC mewawancarai petani tentang masalah babi liar dan meminta pandangan mereka tentang rencana pembasmian secara nasional, mereka mengaku belum pernah mendengarnya.
Koordinator rencana tersebut, Dr Heather Channon, mengatakan pihaknya telah berbicara langsung dengan pemerintah setempat mengenai upaya ini.
Ia menyebut upaya pembasmian babi liar yang lebih terkoordinasi merupakan fokus utama dari rencana tersebut.
Dr Channon menjelaskan pihaknya akan membentuk komite pelaksana yang akan bertemu untuk pertama kalinya dalam waktu dekat.
Diproduksi oleh Farid M. Ibrahim dari
Simak! Video Pilihan Redaksi:
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kementan dan IFAD Prioritaskan Kesejahteraan Petani