jpnn.com - Telegram terancam tidak bisa beroperasi di Jerman. Pemerintah sudah mengeluarkan peringatan keras.
Jerman menilai Telegram sudah berkali-kali melanggar hukum yang berlaku di negara tersebut.
BACA JUGA: Telegram Merilis 2 Fitur Baru di Platformnya, Simak Nih
Menteri Dalam Negeri Nancy Faeser mengatakan Telegram akan dilarang jika terus terbukti banyak digunakan oleh kelompok sayap kanan dan orang-orang yang menentang pembatasan terkait pandemi.
"Kami tidak bisa mengesampingkan ini. Pelarangan akan menjadi serius dan jelas menjadi pilihan terakhir," ujar Faeser kepada Die Zeit.
BACA JUGA: Kabar Buruk, 2.215 KK Harus Meninggalkan Rumah, Danrem Antasari Beri Instruksi Tegas
Dia menambahkan saat ini Jerman sedang berdiskusi dengan mitra di Uni Eropa tentang cara mengatur platform layanan perpesanan itu.
Telegram merupakan aplikasi perpesanan yang telah berkembang dan menjadi salah satu cara termudah untuk menggunakan layanan obrolan terenkripsi, dengan pesan yang dilindungi dari pengintaian saat dikirim antar pengguna.
BACA JUGA: Wahai Mahasiswa Berinisial MI, Polisi Sudah Bergerak, Siap-Siap Saja
Aplikasi juga menawarkan sistem kelompok yang memungkinkan pesan dapat disebarkan dengan cepat.
Namun, fitur-fitur yang sama mengundang kontroversi karena memungkinkan para kriminal dan kelompok lainnya mengatur strategi menghindari tindakan hukum.
Di Jerman, Telegram dipandang sebagai sumber teori konspirasi dan ujaran-ujaran kebencian, terutama saat negara tersebut berusaha memerangi COVID-19. (independent/ant/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kasus di Surabaya Ini Harus Jadi Pelajaran Bagi yang Pengin Menjadi ASN
Redaktur & Reporter : Rasyid Ridha