Teliti 469 Kelelawar, Temukan 6 Coronavirus Anyar

Rabu, 15 April 2020 – 07:29 WIB
Spesies kelelawar hantu yang terancam punah di Australia. Foto: ABC

jpnn.com - Peneliti terus mendalami virus corona pada kelelawar. Hasil penelitian Institut Konservasi Biologi Smithsonian mengungkap enam tipe baru virus corona pada hewan mamalia yang bisa terbang itu.

Enam tipe coronavirus anyar pada kelelawar itu masih satu keluarga dengan virus penyebab COVID-19. Laman Jerusalem Post yang mengutip Majalah Smithsonian mengabarkan, penelitian itu menggunakan 759 sampel pada 460 ekor kelelawar dari 11 spesies yang ditemukan di Myanmar.

BACA JUGA: Ratusan Kelelawar Positif Terinfeksi Beta Corona

Dari jumlah itu, ada 48 sampel yang mengandung coronavirus, termasuk enam virus jenis baru yang belum ditemukan sebelumnya. Namun, merujuk pada penelitian itu, virus-virus baru itu tampak tidak berbahaya bagi manusia.

Meski punya keluarga yang sama dengan coronavirus, enam virus yang baru ditemikan itu tidak terkait erat dengan COVID-19. Walakin, penelitian itu tetap relevan seiring pandemi virus corona yang mengglobal dan menjangkiti jutaan orang serta merenggut ratusan ribu nyawa.

BACA JUGA: Ular Kelelawar

“Tujuan (penelitian) ini adalah mencegah virus sejak awal agar tidak menjangkiti manusia,” ujar Marc Valitutto selaku penulis utama studi yang juga dokter hewan sekaligus veterinarian.

Penemuan jenis baru virus corona pada kelelawar itu bukan hal mengejutkan. Ilmuwan meyakini ada ribuan jenis virus corona yang belum ditemukan. “Ini cuma masalah menemukannya saja,” sambung Valitutto.

Kelelawar merupakan sumber utama zoonosis atau penyakit pada hewan yang bisa menular ke manusia. Meski menampung banyak patogen dalam berbeda jenis, kelelawar memiliki sistem kekebalan yang kuat.

Itulah yang memungkinkan kelelawar membawa penyakit tanpa terinfeksi. Karena mampu bepergian hingga jarak jauh, kelelawar menyebarkan berbagai jenis penyakit dan virus, termasuk COVID-19, severe acute respiratory syndrome (SARS), Middle East respiratory syndrome (MERS) dan ebola.

Namun, hingga saat ini belum ada kepastian tentang cara virus corona menular dari kelelawar ke manusia. Penelitian hanya menduga penularan itu melalui kotoran kelelawar.

Rekan Valitutto dalam penelitian, Suzan Murry menambahkan, sangat masuk akal untuk masuk ke hulu guna mengidentifikasi virus dan mencegahnya menjadi masalah di kemudian hari. “Kita perlu membangun sumber daya dan kapasitas untuk menguji serta mengawasi satwa liar sebagai antisipasi,” ujarnya.(jpost/ara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Antoni

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler