Telusuri Motif Politik di Balik Gugatan ke Jokowi

Rabu, 16 April 2014 – 18:20 WIB

jpnn.com - JAKARTA - Tim kuasa hukum Joko Widodo tengah mempelajari latar belakang di balik gugatan warga negara (citizen law suit) terhadap calon presiden PDI Perjuangan (PDIP) yang dikenal dengan sapaan Jokowi itu. Tim kuasa hukum Jokowi curiga ada motif politik di belakang gugatan yang diajukan oleh Nelly Rosa Yulhiana Siringoringo dan Ade Dwi Kurnia, mantan relawan Jokowi-Ahok di Pilkada DKI 2012 silam.

"Kami sedang mempelajari dua individu yang mengajukan gugatan ini. Kami mencermati apa memang gugatan warga negara betulan atau gugatan afiliasi parpol yang ingin menjegal Pak Jokowi nyapres," kata anggota tim kuasa hukum Jokowi, Alexander Lay dalam konferensi pers di markas Tim Relawan JKW4P, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (16/4).

BACA JUGA: KPU Yakin Jadwal Rekapitulasi Suara Nasional tak Molor

Menurutnya, jika gugatan tersebut ternyata bermotif politis, maka akan mudah dipatahkan di pengadilan. Pasalnya, hakim dalam mengadili sebuah gugatan warga negara hanya mempertimbangkan aspek kepentingan umum.

Alex juga menilai gugatan tersebut salah alamat. Pasalnya, gugatan warga negara seharusnya ditujukan kepada pemerintah dan bukan individu.

BACA JUGA: Pendaftaran Capres 18 Mei, KPU Siapkan Aturan

"Tapi gugatan ini ditujukan kepada pribadi Pak Jokowi karena yang bersangkutan mencalonkan diri sebagai capres RI. Kalau dari segi prosedur pintu masuk mengajukan gugatan sudah salah," paparnya.

Anggota tim lainnya, Todung Mulya Lubis mengatakan, gugatan terhadap Jokowi tidak memiliki dasar yang kuat. Karenanya, wajar jika dicurigai ada motif politik di belakangnya.

BACA JUGA: PDIP-PKB Terpopuler Usai Coblosan

"Penggugat cuma dua orang, sementara Jakarta penduduknya lebih dari 10 juta. Ini suara yang sangat kecil yang mempertanyakan pencapresan Jokowi," ucapnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, kedua penggugat merasa kecewa dengan keputusan Jokowi maju sebagai calon presiden. Menurut mereka, keputusan Jokowi maju di pilpres mendatang merupakan bentuk pengingkaran atas amanah warga Jakarta yang sudah memilih duet Jokowi-Ahok  saat pilkada lalu.

Apalagi, Jokowi selama 1,5 tahun memimpin ibu kota  belum menunjukan prestasi yang berarti. Janji-janjinya di masa kampanye hampir seluruhnya belum terwujud.

"Kami sudah melakukan kontrak politik dengan Jokowi dan ini mengikat karena ini negara hukum. Dia telah meremehkan dan mengabaikan amanah warga Jakarta yang telah memilihnya sebagai Gubernur DKI," ujar Ketua SPM, Nelly Rosa Yulhiana Siringoringo dalam jumpa pers di Jakarta pada pertengahan Maret lalu. (dil/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gandeng Hanura, Golkar Pertimbangkan Gaet Wiranto atau HT


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler