jpnn.com - SURABAYA – Kawanan perampok yang beraksi di Jalan Arjuno, Surabaya, pada 28 Mei lalu akhirnya dapat dibekuk aparat Satreskrim Polrestabes Surabaya. Satu bandit ditangkap hidup-hidup, empat perampok lainnya berakhir di ujung timah panas. Dari tangan para penjahat tersebut, polisi menyita tiga pucuk senjata api.
Satu-satunya perampok yang hidup adalah Achwan alias Iwan Adityawan. Dari mulut pria 43 tahun yang tinggal di Pakal, Surabaya, itu pula persembunyian komplotan yang menggasak uang Rp 175 juta milik Ery Setiawan di Jalan Arjuno diketahui.
BACA JUGA: Balas Dendam, Curi Motor Lalu Cabuli Anak Tetangga
Achwan dibekuk polisi pada 31 Mei lalu di pertigaan Margorejo, Surabaya. Nama Achwan memang cukup familier di telinga polisi. Sebab, sebelumnya dia empat kali ditangkap aparat karena kasus perampokan.
Berdasar keterangan Achwan, diketahui bahwa perampokan di Jalan Arjuno dilakukan lima orang. Selain dia yang bertindak sebagai joki, empat nama lainnya adalah Hendro Utomo, 43, asal Pasuruan; Arman alias Nariyo, 53, dari Malang; M. Soleh, 41, warga Bubutan, Surabaya; dan Bambang Hermanto, 48, asal Ngawi.
BACA JUGA: Tewas Dikeroyok Gerombolan Punk
Mereka itu merupakan kumpulan perampok yang berhimpun di Bungurasih, Waru, Sidoarjo. Sebab, sebelum mulai merampok sejak 2000, mereka menjadi preman di Terminal Purabaya alias Bungurasih. (mas)
”Berdasar keterangan itu, jajaran kami melacak keberadaan empat perampok lainnya yang merupakan kelompok perampok sadis bersenpi (senjata api, Red),” kata Kapolrestabes Surabaya Kombespol Setija Junianta Jumat (13/6).
BACA JUGA: Bocah SD Digilir Empat Remaja di Kamar Kos
Pada 7 Juni polisi mendapat kabar bahwa komplotan perampok spesialis nasabah bank dengan modus bocor ban itu bergerak ke Semarang, lalu ke Cirebon.
Informasi tersebut ternyata tidak meleset. Pada 10 Juni ada aksi perampokan sebesar Rp 53 juta di Cirebon. Modusnya sama persis dengan perampokan di Jalan Arjuno. Yakni, sebelum merampas tas korban, mereka membocorkan ban mobil sasarannya.
”Paku payung digunakan dalam kejadian di Cirebon identik dengan yang digunakan di Jalan Arjuno,” terang Setija.
Berdasar informasi itu, polisi pun bergerak mengejar Hendro cs. Salah satu langkahnya adalah menghadang para bandit tersebut di Terminal Bungurasih.
Nah, Kamis (12/6) sekitar pukul 23.30 keempatnya terlihat melintas di pintu keluar terminal dengan mengendarai dua motor.
Polisi pun berusaha mengejar mereka. Tapi, langkah polisi itu tercium para perampok. Mereka berupaya melawan. Bahkan, salah seorang anggota Unit Kejahatan Umum (Jatanum) Satreskrim Polrestabes Surabaya Aiptu M. Kasum sempat ditabrak hingga terjatuh. Kasum mengalami luka di pelipis kanan.
Melihat kejadian tersebut, anggota polisi lainnya tidak mau ambil risiko. ”Karena komplotan ini terbilang sadis dan memegang senjata api, anggota kami pun memutuskan untuk melumpuhkan mereka,” tegas Setija.
Peluru pun dimuntahkan ke arah dada empat perampok tersebut. Hendro, Arman, Soleh, dan Bambang pun tumbang. Tak sekadar ambruk, nyawa mereka juga melayang.
Dari tangan Hendro, polisi mengamankan sangkur. Sedangkan dari tangan tiga penjahat lainnya, disita tiga pucuk senjata api. Perinciannya, 1 senjata api rakitan, 1 pucuk senjata api jenis MAC, dan 1 pucuk airsoft gun.
Di saku celana Hendro juga ditemukan ranjau paku yang selama ini digunakan untuk membocorkan roda mobil para calon korban.
Berdasar pengungkapan tersebut plus keterangan Achwan, diketahui bahwa Hendro merupakan eksekutor perampokan di Jalan Arjuno. Dalam aksi perampokan pada 28 Mei itu, Hendro tidak hanya merampas uang milik Ery, tapi juga menembak paha kiri pengusaha 39 tahun tersebut.
Setelah merampas, Hendro lantas diboceng Achwan untuk kabur dengan motor. Di belakang mereka ada motor yang dikendarai Bambang dan Arman yang membonceng M. Soleh. Mereka berada di belakang motor Achwan untuk menutup jalan jika ada orang yang mengejar.
Sebelum merampok, Arman dan Sholeh bertugas menyaru sebagai nasabah bank untuk mencari sasaran. Soleh pula yang memasang ranjau paku pada ban mobil Ery. Dia juga yang menginformasikan ciri-ciri korban kepada Hendro.
Berdasar catatan polisi, Hendro sudah berulang-ulang masuk penjara. ”Pelaku lainnya juga sudah sering masuk penjara. Mereka ini beraksi sejak 2000. Sasarannya di berbagai kota besar di Pulau Jawa,” ujar Kasatreskrim Polrestabes Surabaya AKBP Sumaryono.
Di Surabaya saja, sepanjang 2014, Hendro cs beraksi tiga kali. Selain merampok di Jalan Arjuno, mereka melakukan tindak kriminalitas serupa di Genteng dengan hasil Rp 300 juta dan di Jalan Prapat Kurung dengan menggondol uang Rp 100 juta. Uang itu langsung dibagi setelah mereka beraksi. Pembagiannya selalu dilakukan di sekitar Bungurasih.
Karena sudah cukup lama merampok dan beraksi di banyak kota, mereka pun hidup bermewah-mewahan. Arman misalnya. Hasil penelusuran polisi, sebelum tertangkap, Arman ternyata memiliki mobil Honda CR-V dan tiga rumah. Rumah-rumah itu berada di Pasuruan, Malang, dan Sidoarjo. Hendro setali tiga uang. Dia memiliki rumah besar di Pasuruan dan Bubutan, Surabaya.
Dari hasil kejahatan itu pula mereka membeli senjata api. ”Dari mana mendapatkannya, itu sedang kami dalami. Kami akan mencoba menggali keterangan dari tersangka yang masih hidup,” kata Setija. (fim/c10/ib)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pemilik Kabur, Pabrik Petasan Digerebek
Redaktur : Tim Redaksi