Tempe Layak Jadi Warisan Budaya Takbenda UNESCO, Ini Alasannya

Kamis, 31 Maret 2022 – 17:24 WIB
Proses pembuatan tempe, makanan asli Indonesia yang didukung menjadi Warisan Budaya Takbenda UNESCO. Ilustrasi: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Bapak Teknologi Pangan Indonesia Pro. FG Winarno menilai sudah saatnya Indonesia memperjuangkan tempe jadi bagian dari warisan budaya tak benda UNESCO.

Pasalnya, ke depan dunia akan menuju pada tren makanan alami.

BACA JUGA: Imbas Kenaikan Harga Minyak Goreng: Nasi Putih, Tahu, dan Tempe Kini Dijual Rp 20.000

Hal itu diungkapkan Winarno dalam Press Conference DPP Persagi Mendukung Tempe sebagai Warisan Tak benda UNESCO secara online, Rabu (30/3).

Belajar dari batik yang kemudian mendunia, Indonesia diharapkan bisa memperjuangkan tempe menjadi warisan budaya tak benda UNESCO.

BACA JUGA: Curhat Perajin Tempe Soal Harga Kedelai hingga Omzet Anjlok

"Kita harus perjuangankan, saya berharap Persagi (Persatuan Ahli Gizi, red) bisa bergerak," ujar Winarno dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis (31/3).

Menurut dia, tempe akan menjadi incaran dunia karena sangat alami. Tempe hanya membutuhkan air, ragi, dan kedelai.

BACA JUGA: Tahu Tempe Kembali Tersedia, Tetapi Harganya Naik, Sabar Bun!

Di sisi lain, tempe sangat kaya akan vitamin dan mineral.

"Tempe mengandung vitamin B12, beda dengan makanan vegan lain. Fermentasi tempe tersebut yang mengeluarkan vitamin B12," ucapnya.

Ketua Persagi Rudatin SSt.MK, SKM, M.Si mengatakan tempe adalah bagian dari warisan budaya Indonesia.

“Kenapa harus makan tempe? Karena salah satunya untuk melestarikan budaya Indonesia. Tempe ini merupakan makanan asli dari Indonesia,” kata Rudatin.

Rudatin membeberkan dari sisi sejarah, serat Sri Tanjung pada abad XII-XIII menuliskan kacang kedelai sebagai bahan dasar pembuatan tempe.

Kemudian, serat Centhini karya R.Ng. Ronggo Sutrasno pada 1814 menuliskan hidangan brambang jahe santen tempe dan asem sambel lethokan disajikan oleh Pangeran Bayat.

Kuliner ini disajikan untuk menjamu Cebolang saat mampir ke Dusun Tembayat di wilayah Klaten dalam perjalanan dari Candi Prambanan menuju Pajang.

“Selain itu, sejarawan Dr. Ong Hok Ham menuliskan, masyarakat Jawa di era tanam paksa (1830-1870) mengonsumsi tempe yang tidak sengaja mereka temukan,” kata Rudatin.

Encyclopaedia von Nederlandsch pada 1922 menyebutkan tempe disebut sebagai kue yang terbuat dari kedelai melalui proses peragian dan merupakan makanan kerakyatan (volk’s voedsel).

Saat ini, Indonesia telah menjadi negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di dunia.

Sebanyak 50 persen kedelai di Indonesia digunakan untuk memproduksi tempe, 40 persen untuk memproduksi tahu, dan 10 persen sisanya digunakan untuk produksi produk kedelai lain seperti tauco, kecap, dan sebagainya. (mcr10/jpnn)

 


Redaktur & Reporter : Elvi Robia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler