Tenggang Rasa Berbuah Panen Penghargaan

Minggu, 27 Juli 2014 – 20:04 WIB
DEDIKASI TOTAL: May Ronald di Terminal Bungurasih. Sudah sepuluh kali dia tidak mudik Lebaran. Foto: Suryo Eko Prasetyo/Jawa Pos

BANYAK pejabat tidak bisa berlebaran dengan layak karena tugas. Salah seorang yang tidak bisa kumpul keluarga adalah May Ronald. Kepala UPTD Terminal Purabaya itu harus turun langsung untuk mengawal kelancaran transportasi di terminal terbesar di Jatim tersebut.
------------------
Suryo Eko Prasetyo, Surabaya
------------------
JARUM jam di dinding ruangan siaran keberangkatan hampir mendekati pukul 24.00. Lalu-lalang penumpang dan bus yang datang dan yang berangkat menjelang Jumat (25/7) dini hari itu terlihat sambung-menyambung. Sambil membawa handy talkie (HT), May Ronald memonitor suasana jalur keberangkatan dari dalam pos siar yang dikelilingi kaca bening.

Sesekali Ronald keluar ruangan menuju selasar ruang tunggu penumpang bus antarkota di lantai 1 untuk mendapat udara segar.

BACA JUGA: Sebulan Buat 60 Eksperimen Daratkan Robot di Mars

’’Sampai pukul 22.00 pada H-4 Lebaran tahun ini (Kamis, 24 Juli 2014), jumlah penumpang datang maupun berangkat sedikitnya 62 ribu orang,’’ terang Ronald. Update data setiap saat dilakukan jajarannya. Selain dilaporkan ke kantor Dinas Perhubungan Surabaya, data tersebut menjadi acuan.

Jika mendekati angka 75 ribu penumpang, kecenderungannya terjadi kelangkaan armada bus antarkota. Apalagi, jika menembus 100 ribu penumpang, Terminal Purabaya akan menjadi seperti lautan manusia.

BACA JUGA: Berharap Ada Perwira Indonesia Tampil di Jalur Gaza

Keamanan dan kenyamanan pengguna jasa terminal seluas 12 hektare itu terancam terganggu. Kalau sudah begitu, atas izin Dishub dan Lalu Lintas Angkutan Jalan (LLAJ) Jatim, mereka mendapat lampu hijau mengoperasikan armada cadangan.

Menjaga keseimbangan antara jumlah permintaan dari penumpang berangkat dan ketersediaan bus menjadi seni tersendiri bagi Ronald.

BACA JUGA: Lokalisasi Kian Sepi, Makin Sulit Cuci Mata

Selain mengelola aspek pelayanan kepada pengguna jasa terminal, pejabat yang membawahi sedikitnya 202 pegawai itu harus menjaga tiga aspek lain. Yakni, keamanan dan ketertiban, tata kelola terminal, serta target pendapatan untuk disetor ke kas Pemkot Surabaya.

Di terminal yang terletak di Bungurasih, Waru, tersebut, Ronald adalah personel UPTD terlama. Banyak rekan seangkatannya dari era dishub masih berupa Kantor Wilayah (Kanwil) Perhubungan Darat VIII Jatim-Bali (awal 1980-an) hingga Dinas LLAJ Jatim (era akhir 1980-an) yang pensiun. Arek Suroboyo kelahiran Kalianak, Asemrowo, yang baru genap 56 tahun pada 29 Mei 2014 lalu itu sejatinya sudah purnatugas.

’’Padahal, saya sudah melengkapi berkas pengunduran diri. Berkas saya ajukan mulai awal 2014 agar pas akhir Mei kemarin dipensiun,’’ ujar Ronald dengan pandangan menerawang.

Ronald bisa menunjukkan sepak terjang di Purabaya berkat berbagai penugasan sebagai abdi negara. Dia merintis karir dari staf urusan data penyeberangan kapal feri lalu lintas angkutan sungai danau dan penyeberangan kanwil pada 1982–1988.

Selama masa peralihan kanwil menjelang era otonomi daerah, Ronald ditarik sebagai staf DLLAJ Jatim. Setahun kemudian, dia dimutasi ke DLLAJ Jatim Cabang Probolinggo, tepatnya di Terminal Lama Bayuangga. Sejak itu, Ronald bergelut dengan urusan terminal.

’’Tugas saya sebagai staf ketika itu serabutan. Seringnya membantu menjaga pos-pos di terminal,’’ kenang suami Siti Aisyah, rekan sekantornya saat dinas di DLLAJ Jatim, itu.

Mulai medio 1990, dia dimutasi ke Cabang Lumajang. Kala itu Ronald ditempatkan sebagai staf jembatan timbang Klakah. Dunia baru dia lakoni ketika dimutasi lagi menjadi staf Tata Usaha DLLAJ Jatim Cabang Lumajang.

Prinsip di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung diterapkan Ronald untuk mempermudah adaptasi. Tidak sampai genap empat tahun sebagai staf TU, dia dimutasi kembali ke Surabaya.

Tantangan mengawaki Terminal Purabaya yang pengoperasiannya baru diresmikan dirasakan Ronald pada 1991. Meski secara administratif berada di wilayah Pemkab Sidoarjo, terminal tipe A itu berada di bawah pengelolaan DLLAJ Jatim Cabang Wiyung.

’’Ketika itu saya menjadi anggota regu C yang berkekuatan sekitar 20 personel,’’ imbuhnya. Tugasnya lebih fokus ke operasional. Urusan terkait pendapatan dikelola dinas terminal.

Sebelum menjabat kepala UPTD Terminal Purabaya, alumnus SMA Frateran Surabaya itu berstatus staf di Bungurasih selama 15 tahun. Selama itu, lima periode kepala terminal silih berganti menjabat. Mulai Mulyono, Budi Utomo, Eddi (sekarang kepala Dishub Surabaya), Indera Gani (kepala UPTD Terminal Tambak Osowilangun), dan Eddi lagi (periode kedua).

Selama belasan tahun, anak sulung sembilan bersaudara tersebut dapat merampungkan pendidikan tinggi strata satu hingga strata dua. Sebelum itu, Ronald hanya mengenyam pendidikan sarjana muda Ekonomi Manajemen Universitas Surabaya.

Tugas menjaga pos dia manfaatkan untuk menyelesaikan skripsi ketika melanjutkan kuliah tiga tahun di Universitas Sunan Giri Surabaya hingga 2002.

Tiga tahun berselang, dia menuntaskan pendidikan strata dua Manajemen Sumber Daya Manusia STIE Mahardika Surabaya. ’’Berkat menjaga pos bus kota dan pos taksi di bagian belakang (terminal sisi selatan), saya bisa menyelesaikan tugas-tugas kuliah,’’ ucapnya.

Berkat kinerja yang mumpuni, Ronald mendapat promosi fungsional dari staf biasa menjadi kepala sub pelaksana (Kasubpel) Regu C UPTD Terminal Purabaya.

Setelah itu, Ronald dipromosikan menjadi Kasubpel pendapatan dan kepala UPTD menggantikan Eddi. Peningkatan karir setapak demi setapak itu Ronald akui diraih berkat didikan Sawir Adnan, sang ayah yang merupakan prajurit TNI-AL.

Juru mesin kapal perang keturunan Padang, Sumatera Barat, tersebut pernah bertugas di KRI Irian, KRI Sisingamangaraja, KRI Sawunggaling, dan KRI Pulau Aru.

Berbagai negara di Eropa maupun Amerika pernah dijelajahi Sawir. Ketegasan dan kedisiplinan yang diterapkan orang tua membuat Ronald menjadi contoh sukses delapan adik-adiknya.

’’Contoh sederhana ajaran bapak saya, pakai segala baju harus dimasukkan. Rambut pantang panjang, apalagi sampai gondrong,’’ kenang bapak tiga anak dan dua cucu itu.

Nama May Ronald sendiri diberikan lantaran dia dilahirkan pada Mei. Kemudian, Sawir, ketika istrinya mengandung anak pertama, menggandrungi figur Ronald Reagan, aktor film koboi Amerika Serikat era 1950-an yang menjadi presiden AS 1981–1989.

Ronald memang punya garis keturunan Belanda dari neneknya. Sang ibu berasal dari Sangihe Talaud, Sulawesi Utara. ’’Istri saya asli Tulungagung. Kami keluarga Bineka Tunggal Ika,’’ seloroh Ronald.

Dipercayanya Ronald menjadi orang nomor satu di Purabaya sejak 28 Desember 2008 semula tidak dia duga. Ronald mendapat undangan Wali Kota Surabaya era Bambang D.H. untuk menyaksikan pelantikan pejabat eselon III dan IV di Graha Sawunggaling.

’’Begitu sampai lokasi, saya dibariskan dengan pejabat yang hendak dilantik di depan wali kota. Saya kaget dan tidak mengira jadi kepala UPT karena sebelumnya memang gak tahu,’’ ujarnya.

Selama hampir enam tahun memimpin Purabaya, berbagai apresiasi atau penghargaan dia sabet. Di antaranya, sertifikasi ISO 9001:2008, Unit Pelayanan Publik Predikat Baik dari Pemprov Jatim (2009 dan 2011), Plakat Terminal Terbaik (2011), gelar Lingkungan Kerja Aman dari Polres Sidoarjo (2012), serta Penyelenggara dan Kebersihan dari Kemenhub (2013).

’’Era kepemimpinan saya gak pernah studi banding. Justru pengelola terminal hampir se-Indonesia dan dari Timor Leste pada belajar ke Purabaya,’’ katanya dengan bangga.

Hal itu diraih berkat tangan dingin Ronald melanjutkan estafet Eddi yang memang dikenal tegas. Selain tanpa kompromi, dia berupaya menegakkan aturan.

’’Prinsip saya tepa selira (tenggang rasa). Asal tidak mau dirusuhi (diganggu), ya jangan ngrusuni (mengganggu)’’ tutur Ronald.

Di sisi lain, perpanjangan masa pensiun hingga 2016 saat dia berumur 58 tahun mendatang membuat momen Lebaran Ronald bersama keluarga di kampung halaman terancam sirna.

Dari 19 tahun bertugas di Purabaya, hampir 10 kali perayaan Idul Fitri tidak dapat Ronald rayakan bersama istri, anak-anak, cucu, serta keluarga besar mertuanya di Tulungagung.

’’Lebaran 2014 nanti yang ke-10 di Bungur. Harapan saya pribadi, akan ada penyegaran,’’ katanya. (*/c17/dos)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tahu Hantu Khas Daerah sampai Pocong Hantu Nasional


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler