Terapi Plasma Konvalen untuk Pengobatan Pasien Covid-19

Selasa, 02 Juni 2020 – 18:04 WIB
Ilustrasi warga memakai masker untuk melindungi diri dari paparan virus corona COVID-19. Foto: Ricardo/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Tenaga medis dan komunitas ilmiah bekerja sama mendalami dan melakukan uji coba cara baru transfusi plasma konvalesen telah menjadi titik terang bagi penanganan pasien positif covid-19 di Indonesia.

Upaya itu telah dituangkan dalam buku berjudul Penatalaksanaan Terapi Plasma Konvalesen Bagi Pasien Covid-19 di Indonesia yang diluncurkan pada 6 April 2020.

BACA JUGA: Polisi Pantau Dana Bansos Covid-19 Lewat Posko Kampung Kulo Siaga

Saat ini buku itu telah digunakan sebagai acuan dasar terapi plasma konvalesen di rumah sakit rujukan pemerintah dan swasta yang menangani pasien covid-19 di seluruh Indonesia.

Kabar baik ini diawali tim medis Siloam Hospital Lippo Village sebagai rumah sakit swasta pertama yang merencanakan terapi plasma konvalesen secara luas di jaringannya untuk pengobatan pasien covid-19.

BACA JUGA: Sunat Bantuan Warga Terdampak COVID-19, Dua Oknum Kadus di Mura Ditangkap Polisi

Keberhasilan pengobatan covid-19 melalui terapi ini merupakan harapan baru bagi masyarakat, terutama yang positif terpapar covid-19.

Terapi plasma konvalesen adalah pemberian plasma dari pasien covid-19 yang sudah sembuh kepada yang masih menderita sakit.

Dengan demikian, antibodi (kekebalan) dalam plasma pasien yang sembuh dapat membantu pasien yang masih sakit untuk mengatasi penyakitnya.

Theresia Monica Rahardjo merupakan inisiator yang menyampaikan surat kepada Presiden Joko Widodo untuk penerapan TPK di seluruh Indonesia. 

Atas usahanya, Theresia mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) pada 2 Juni 2020.

Menurut Theresia, TPK merupakan cara terapi yang sudah lama ditemukan dan bermanfaat dalam penanggulangan berbagai penyakit virus, tetapi tidak begitu terdengar gaungnya karena tertutup oleh obat dan vaksin.

Terapi plasma konvalesen ini pernah diterapkan untuk mengatasi wabah SARS, Ebola, H1N1 dan MERS.

Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa TPK pada penyakit-penyakit tersebut memberikan hasil yang cukup baik, terutama bagi pasien dengan gejala berat sampai kritis.

“Bila diterapkan secara baik dan benar, TPK yang merupakan vaksinasi pasif dapat berperan sebagai cara pengobatan dan pencegahan,” kata Theresia, Selasa (2/6).

Dia menambahkan, penerapan TPK yang tepat dapat menurunkan angka mortalitas secara signifikan.

“Bahkan dapat digunakan sebagai sarana proteksi sampai vaksinasi aktif ada dan dapat digunakan,” jelas Theresia.

Wanita yang sedang menyelesaikan studi di program MM & MARS Universitas Pelita Harapan itu menambahkan, ilmu manajemen dalam medis sangat penting.

Menurut dia, banyak tenaga medis yang kompeten di bidangnya, tetapi membutuhkan ilmu manajemen supaya makin berkembang dan mampu bersaing dalam dunia Internasional.

Dia menambahkan, pendidikan di UPH sangat fleksibel dan cocok bagi para tenaga medis yang memiliki keterbatasan waktu.

“Para pembimbing yang profesional dan kompeten  sangat mengakomodasi keterbatasan waktu saya sehingga di tengah kesibukan tetap bersemangat menempuh kuliah di UPH,” jelas Theresia. (jos/jpnn)


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler