jpnn.com, GRESIK - Sejak ditangkap Densus 88 Antiteror pada Rabu (30/5), nama Imam Bahri menjadi perbincangan.
Terutama di Perumahan Wisma Tropodo, Waru. Banyak warga yang tidak menduga Imam terkait dengan Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
BACA JUGA: Tiga Terduga Teroris Saudara Kandung, Keluarga Aneh
''Saat ditangkap, orangnya (Imam, Red) naik motor,'' kata Choirul Anam, salah seorang warga.
Anam melihat detik-detik penangkapan Imam. Sebab, pihak berwajib menghentikan motor terduga teroris tersebut tidak jauh dari warungnya.
BACA JUGA: Densus 88 Antiteror Tangkap Tiga Terduga Teroris
Sebagian petugas mengenakan seragam hitam. Namun, mayoritas berpakaian biasa dengan membawa senjata laras panjang.
''Dia kaget ketika mendadak motornya dicegat. Dia kelihatan sedikit berontak, tapi langsung di masukkan ke mobil,'' ujar pemuda 32 tahun tersebut.
BACA JUGA: Polda Jatim Kekurangan Tahanan untuk Terduga Teroris
Anam hampir setiap hari melihat Imam lewat. Seperti warga lain, Anam tidak curiga.
Imam juga tidak menunjukkan gelagat mencurigakan. Misalnya, dalam hal berpakaian.
''Orangnya baik. Termasuk istri dan anak-anaknya,'' ucapnya.
Indra Setiawan, warga lain, mengungkapkan bahwa Imam sebenarnya cukup terbuka dengan warga.
Imam nyaris tidak pernah absen kegiatan lingkungan perumahan. Mulai hajatan sampai kerja bakti.
''Jadi pengurus masjid juga. Nggak nyangka kalau sampai harus berurusan dengan densus,'' tuturnya.
Ungkapan senada dilontarkan Ade, sekretaris RW 3, Tropodo. Imam yang menjabat ketua RT 31, RW 3, termasuk jajarannya.
''Kalau ada rapat, beliau (Imam, Red) sering datang. Lumayan lama jadi RT. Sejak empat tahun lalu,'' jelasnya.
Sementara itu, Polresta Sidoarjo belum berkomentar terkait dengan penangkapan terduga teroris baru tersebut.
Sebab, perkara tersebut merupakan wewenang Densus 88 Antiteror.
''Yang pasti, ada kaitan dengan JAD (Jamaah Ansharut Daulah),'' ungkap salah seorang petugas yang ikut mengamankan jalannya penggerebekan.
Imam masuk radar pengintaian karena diduga memiliki hubungan dengan Dita Oepriarto, ketua JAD Surabaya yang juga bomber bom bunuh diri di gereja Surabaya.
Dia disebut-sebut pernah beberapa kali mengikuti pengajian bersama Dita.
''Dari rumahnya diamankan ponsel sama laptop untuk ditelusuri sejauh mana hubungannya,'' paparnya.
Jawa Pos berupaya menghubungi keluarga Imam di rumahnya. Namun, rumahnya terlihat sepi.
"Meski Jawa Pos sudah mengetuk pintu beberapa kali, tidak ada jawaban sama sekali dari dalam.
''Kemarin, setelah penangkapan, istrinya keluar,'' kata salah seorang tetangga yang tidak mau menyebutkan namanya.
Imam adalah pendatang di Kota Delta. Dia tumbuh besar di Makassar, Sulawesi Selatan.
''Tetapi, lahir di Pasuruan. Mulai menetap di sini sejak menikah. Dulu rumah ini milik orang tua istrinya,'' jelasnya. (edi/c14/hud/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Terduga Teroris Dijerat 3 Pasal Sekaligus
Redaktur & Reporter : Natalia