Tiga Terduga Teroris Saudara Kandung, Keluarga Aneh

Kamis, 31 Mei 2018 – 05:46 WIB
Densus 88 Antiteror. Ilustrasi Foto: Toni Suhartono/Indopos

jpnn.com, PROBOLINGGO - Densus 88 Antiteror menangkap empat terduga teroris di Probolinggo, Jatim, Selasa (29/5) malam. Salah satunya GT, 54, merupakan PNS di Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Probolinggo. Tiga lainnya pria asal Maron yang merupakan saudara kandung.

Ketiganya adalah KM, 52 dan KS, 42, yang tinggal di Desa Wonorejo, Kecamatan Maron. Kemudian BH, 49, warga Desa Pegalangan Kidul, juga Kecamatan Maron. Sesaudara, mereka berdelapan. Namun, hanya 3 orang itu yang dikenal nyeleneh alias berbeda dengan saudara atau warga kebanyakan.

BACA JUGA: UU Antiterorisme Disahkan, Pengayoman Harus Diutamakan

Usai melakukan penangkapan Selasa malam, kemarin (30/5) Densus 88/AT dan Polres Probolinggo Kota melakukan penggeledahan di rumah ketiga terduga. Penggeledahan dilakukan sekitar pukul 09.15. Seperti biasa, polisi melakukan sterilisasi akses menuju rumah ketiga terduga.

Rumah terduga yang pertama kali didatangi untuk digeledah yakni kediaman KS. Pantauan Jawa Pos Radar Bromo, tidak ditemukan bahan peledak atau senjata tajam yang diamankan petugas di rumah KS. Polisi hanya membawa sejumlah barang bukti yang dibungkus plastik bening.

BACA JUGA: WNI Pulang dari Suriah Masuk Radar BNPT

Gatot, perangkat Desa Wonorejo juga memastikan bahwa barang bukti yang diamankan tidak ada senjata tajam. Seperti kayu, paralon, baterai HP, STNK, dan gagang senapan angin.

“Saya tadi diminta untuk menyaksikan barang apa saja yang diamankan oleh petugas. Saya tidak melihat ada senjata tajam,” terangnya.

BACA JUGA: Please, Mau Sampai Kapan Cuek terhadap Radikalisme?

Sekitar pukul 09.55 sampai sekitar pukul 10.45, petugas menggeledah rumah KM yang merupakan anak sulung dari 8 bersaudara itu. Seluruh isi rumah sampai halaman belakang pun diperiksa oleh tim penjinak bom dan Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (Inafis) Mabes Polri. Termasuk mobil Isuzu Panther dan truk yang ada di bengkel milik KM, tak luput dari penggeledahan.

Hasilnya, petugas menemukan urea, senapan angin, senjata tajam (sajam), dan peralatan las. Setelah tuntas menggeledah rumah KM, petugas yang dipimpin Kapolres Probolinggo AKBP Fadly Samad melanjutkan penggeledahan ke rumah BH di Dusun Sukun, Desa Pegalangan Kidul.

BH merupakan mertua Lutfianto, tersangka kasus percobaan teror di Mapolres Probolinggo Kota yang ditangkap 13 Februari silam.

Di rumah pria yang disebut-sebut sebagai anggota Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) itu, polisi butuh waktu 45 menit untuk melakukan penggeledahan. Polisi menemukan senapan angin, pisau kecil dan besar, dan barang bukti lain.

AKBP Fadly Samad mengatakan, selain melakukan penggeledahan, polisi juga berupaya mensterilisasi lokasi untuk menghindari adanya barang yang membahayakan warga. Belum ada keterangan resmi soal keterlibatan ketiganya dalam jaringan teror yang mana.

“Masih penyelidikan. Barang bukti masih didata. Tapi, memang tidak ditemukan bahan peledak. Hanya barang yang diduga untuk merakit senapan angin,” katanya.

Selama ini, aktivitas ketiganya yang dianggap berbeda dengan warga kebanyakan, sempat membuat heran. Apalagi, ketiganya dikenal individual. Belum lagi tudingan bahwa keluarga ketiga orang itu enggan mengikuti program pemerintah. Misalnya imunisasi.

Saat polisi melakukan penggeledahan kemarin, hampir tidak terlihat aktivitas berarti di rumah ketiganya. Istri dan anak-anak mereka diungsikan ke rumah kerabat terdekat.

Mat, warga sekitar rumah terduga teroris mengaku, dirinya tinggal bersampingan dengan KM selama bertahun-tahun, namun hanya dua kali ngobrol dengannya.

BACA JUGA: Siapa Teroris Pembantai Lima Polisi di Mako Brimob?

Bahkan, tidak pernah berkumpul dengan warga. “Banyak warga yang tahu kalau kebiasan KM itu keluar malam dan pulang Subuh. Biasanya bareng dengan BH dan KS,” katanya.

Syaifuddin Zuhri, kades Wonorejo mengatakan, warga dan termasuk dirinya tidak terlalu mengenal sosok KM dan keluarganya. “Saya tahunya kerjanya tukang las cat mobil itu. Tidak ada yang dekat dengan dia,” katanya.

Kades Pegalangan Kidul Badrul Huda saat ditemui di rumah BH mengungkapkan, selama ini keluarga BH anti dengan program pemerintah. Program Dinas Kesehatan (Dinkes) seperti imunisasi ditolak. “Alasannya, imunisasi itu dibuat untuk merusak keturunan umat Islam,” jelasnya.

Halil, mertua BH mengaku sudah lama dan sering mengingatkan menantunya. Kurangnya bersosialisasi dengan warga, membuat Halil heran. Terlebih, anaknya yang menjadi istri BH, juga ikut-ikutan sang suami.

“Kalau sudah begini, yang kasihan istri dan anaknya. Sekarang istri dan anaknya numpang di rumah samping. Karena rumah BH tidak boleh dimasuki,” terangnya. (mas/rf)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Oknum Polisi Terpapar Ideologi Terorisme Itu sudah Diamankan


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler