jpnn.com - JAKARTA - Rekaman percakapan Ketua DPR Setya Novanto (SN) dan pengusaha M Riza Chalid (MR) saat bertemu Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Maroef Sjamsoedin (MS) diperdengarkan dalam persidangan Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR, di Senayan, Rabu (2/12).
Banyak hal menarik yang terekam dalam pertemuan di kawasan Pasific Place, Jakarta pada 8 Juni 2015 lalu itu. Selain masalah Freeport, ada juga obrolan kecil yang menyinggung kebijakan Menteri PAN-RB Yuddy Chrisnandy tentang pembatasan undangan pernikahan keluarga pejabat maksimal 400 undangan.
BACA JUGA: Rano Karno: Saya Kecewa
Bahkan, Presdir Freeport menyebut Menpan masih ecek-ecek dengan menerbitkan kebijakan pembatasan undangan pernikahan kekuarga pejabat itu.
Topik ini terkuak diawal rekaman saat mereka membahas soal pernikahan anak Presiden Joko Widodo, beerapa hari setelah pertemuan teraebut.(fat/jpnn)
BACA JUGA: KIP Puji KNKT Umumkan Hasil Investigasi Air Asia, Tapi...
Berikut transkrip rekamannya Papa Minta Saham
BACA JUGA: MKD Ancang-ancang Konfrontir Keterangan Sudirman dengan Setnov
MS: Maroef Sjamsoeddin
SN: Setya Novanto
MR: Muhammad Riza Chalid
MS: Assalaamualaikum Pak
SN dan MR: Widiiiihh
SN: Gak keluar Pak
MS: Enggak Pak, ada tahllilan.
SN: Gak ke Solo?
MR: Besok?
MS: Ke Solo kan lusa
SN: Kan acaranya 11, Kamis ya
MR: Bukan 12, kata Lucas. Pak Luhut pesen musti ketemu dia.
SN: Yang bayar duluan
MR: Gua duluan ya.
MS: Wah ramai
MR: Loe mau ngikut pesawat gua gak.
SN: Pak Luhutnya kan
MR: Gua sebentar, gua salaman, gua ketemu Pak Luhut gua kabur ke airport. Habis mau ngapain lagi lama-lama, yang penting buat kita nongol, salaman, ketemu Pak Luhut udah.
MS: Airport sama kota kan deket.
MR: Iya
MS: Cuma macetnya Solo itu.
MR: Kalau gak naik itu, bisa jam 3 hari hari. Kalau mau. Tapi kira-kira kan bapak kira-kira sudah dapat Garuda kan. Freeport nyupport? (untuk pernikahan anak Jokowi, red)
MS: Nggak ada. Nggak ada kita
MR: Maklumlah presidennya, sudah banyak. (ketawa)
MS: Tidak mungkin juga terbatas kali. Bikinnya kan di Solo. Kalau seperti Pak SBY dulu bikinnya di istana kan besar-besaran. Kapasitasnya juga besar.
MR: Ini cuma dua ribu, tiga ribu.
MS: Itu yang diundang. Belum keluarga. Kapasitas terbatas.
SN: Saya ditanyain wartawan di kita, Pak itu kan dibatasi oleh Menteri PAN hanya 400. Presiden sudah dua ribu tiga ribu. Ya nggak ada masalah, namanya masyarakat pengin ketemu presiden.
MS: Menteri PAN kan kadang masih ecek-ecek. Dia pikir, entar gua ngawinin gua sudah pensiun. Ya kan, anaknya Menteri PAN kan masih kecil-kecil. Bayangin aja empat ratus.
MR: Suka-suka dia Pak
MS: Susah Pak, budaya orang Indonesia kan ndak bisa begitu Pak. Bagi orang barat empat ratus sudah besar banget
MR: Pak Syaf waktu ngawinin anaknya, banyak, pokoknya gua gak peduli. Pesta gua yang bikin.
SN: Syaf siapa?
MR: Syafruddin.
SN: Ooo
MR: Banyak yang datang.
MS: Mana mungkin itu pak.
MR: Tapi jangan saya katanya gitu. Ada aja alasannya.
MS: Susah pak budaya kita budaya kekeluargaan
SN: Nanti saya Desember. Eh membengkak
MR: 9000 lebih. Yang bikin acarnya caranya gitu. Jadi caranya undangan yang kanan untuk besan saja, yang kiri kita. Jadi bukan saya yang undang tapi besan saya.***
BACA ARTIKEL LAINNYA... TEGAS! Luhut Panjaitan Harus Dihadirkan
Redaktur : Tim Redaksi