Terekam dalam Obrolan Setnov, Menteri Yuddy jadi Cemoohan

Rabu, 02 Desember 2015 – 21:26 WIB
Yuddy Chrisnandi. Foto: dok.JPNN

jpnn.com - JAKARTA - Rekaman percakapan Ketua DPR Setya Novanto (SN) dan pengusaha M Riza Chalid (MR) saat bertemu Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Maroef Sjamsoedin (MS) diperdengarkan dalam persidangan Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR, di Senayan, Rabu (2/12). 

Banyak hal menarik yang terekam dalam pertemuan di kawasan Pasific Place, Jakarta pada 8 Juni 2015 lalu itu. Selain masalah Freeport, ada juga obrolan kecil yang menyinggung kebijakan Menteri PAN-RB Yuddy Chrisnandy tentang pembatasan undangan pernikahan keluarga pejabat maksimal 400 undangan.

BACA JUGA: Rano Karno: Saya Kecewa

Bahkan, Presdir Freeport menyebut Menpan masih ecek-ecek dengan menerbitkan kebijakan pembatasan undangan pernikahan kekuarga pejabat itu.

Topik ini terkuak diawal rekaman saat mereka membahas soal pernikahan anak Presiden Joko Widodo, beerapa hari setelah pertemuan teraebut.(fat/jpnn)

BACA JUGA: KIP Puji KNKT Umumkan Hasil Investigasi Air Asia, Tapi...

 

Berikut transkrip rekamannya Papa Minta Saham

BACA JUGA: MKD Ancang-ancang Konfrontir Keterangan Sudirman dengan Setnov

MS: Maroef Sjamsoeddin

SN: Setya Novanto

MR: Muhammad Riza Chalid

 

MS: Assalaamualaikum Pak

SN dan MR: Widiiiihh 

SN: Gak keluar Pak

MS: Enggak Pak, ada tahllilan. 

SN: Gak ke Solo?

MR: Besok?

MS: Ke Solo kan lusa

SN: Kan acaranya 11, Kamis ya

MR: Bukan 12, kata Lucas. Pak Luhut pesen musti ketemu dia. 

SN: Yang bayar duluan 

MR: Gua duluan ya. 

MS: Wah ramai 

MR: Loe mau ngikut pesawat gua gak. 

SN: Pak Luhutnya kan

MR: Gua sebentar, gua salaman, gua ketemu Pak Luhut gua kabur ke airport. Habis mau ngapain lagi lama-lama, yang penting buat kita nongol, salaman, ketemu Pak Luhut udah.

MS: Airport sama kota kan deket. 

MR: Iya

MS: Cuma macetnya Solo itu. 

MR: Kalau gak naik itu, bisa jam 3 hari hari. Kalau mau. Tapi kira-kira kan bapak kira-kira sudah dapat Garuda kan. Freeport nyupport? (untuk pernikahan anak Jokowi, red)

MS: Nggak ada. Nggak ada kita

MR: Maklumlah presidennya, sudah banyak. (ketawa)

MS: Tidak mungkin juga terbatas kali. Bikinnya kan di Solo. Kalau seperti Pak SBY dulu bikinnya di istana kan besar-besaran. Kapasitasnya juga besar. 

MR: Ini cuma dua ribu, tiga ribu.

MS: Itu yang diundang. Belum keluarga. Kapasitas terbatas.

SN: Saya ditanyain wartawan di kita, Pak itu kan dibatasi oleh Menteri PAN hanya 400. Presiden sudah dua ribu tiga ribu. Ya nggak ada masalah, namanya masyarakat pengin ketemu presiden. 

MS: Menteri PAN kan kadang masih ecek-ecek. Dia pikir, entar gua ngawinin gua sudah pensiun. Ya kan, anaknya Menteri PAN kan masih kecil-kecil. Bayangin aja empat ratus. 

MR: Suka-suka dia Pak

MS: Susah Pak, budaya orang Indonesia kan ndak bisa begitu Pak. Bagi orang barat empat ratus sudah besar banget

MR: Pak Syaf waktu ngawinin anaknya, banyak, pokoknya gua gak peduli. Pesta gua yang bikin. 

SN: Syaf siapa?

MR: Syafruddin. 

SN: Ooo

MR: Banyak yang datang. 

MS: Mana mungkin itu pak.

MR: Tapi jangan saya katanya gitu. Ada aja alasannya. 

MS: Susah pak budaya kita budaya kekeluargaan

SN: Nanti saya Desember. Eh membengkak

MR: 9000 lebih. Yang bikin acarnya caranya gitu. Jadi caranya undangan yang kanan untuk besan saja, yang kiri kita. Jadi bukan saya yang undang tapi besan saya.***

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... TEGAS! Luhut Panjaitan Harus Dihadirkan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler