jpnn.com - Dihinanya sih 20 tahun lalu, tapi sakitnya tuh di sini sampai sekarang. Warga Kalijudan, Donjuan, 45, tidak menghilangkan rasa sakit hatinya dihina jelek dan miskin waktu masih zaman pacaran.
Hingga, 15 tahun pernikahannya, dia tak pernah mau ke rumah mertuanya karena sakit hatinya belum sembuh total.
BACA JUGA: Butuh Kesabaran Demi Perubahan Pelat Nomor DS ke PA
Umi Hany Akasah - Radar Surabaya
DONJUAN menginjakkan kaki di rumah orang tua istrinya, Karin, 43, itu terakhir waktu mereka menikah.
BACA JUGA: Catat Ya, PLN Janji 2018 Bebas Krisis Listrik
Setelah itu, Donjuan mengajak Karin keluar dari rumah dan tinggal di kontrakan dengan rumah orang tua Karin di Gubeng Kertajaya.
Karin mengatakan, dari awal berpacaran, kedua orang tuanya tidak pernah setuju dengan Donjuan.
BACA JUGA: Sudah Dua Minggu, Keberadaan Pisang VI Masih Misterius
Kedua orang tua Karin merasa bila Donjuan tidak memiliki sopan santun.
“Iya ibu dan ayah dulu sering menghina suami. Yang jeleklah yang miskinlah. Tapi, lha wong saya itu cinta, ya apapun akan saya belani,” kata Karin di sela-sela gugatan cerainya di Pengadilan Agama (PA), Klas 1A Surabaya, Kamis (11/8).
Karin berasal dari keluarga lumayan berada. Kedua orang tuanya adalah pensiunan PNS.
Sebaliknya, orang tua Donjuan hanya seorang pekerja serabutan. Meski demikian, Donjuan mampu tembus ke Fakultas Ekonomi, Universitas Airlangga (Unair).
Di kampus itulah Donjuan dan Karin saling kenal. Perkenalan mereka dimulai saat orientasi pengenalan kampus (ospek).
Donjuan yang menjadi anggota senat dan lebih senior melihat Karin menawan. Itu memang benar.
Meski Karin sudah di atas 40 tahun, wajahnya masih kinyis-kinyis. Karin terlihat lebih muda dari usianya.
“Saya orangnya tidak terlalu suka mikir,” kata wanita yang bekerja sebagai public relation tersebut.
Namun, tak bisa dipungkiri selama ini dia tak pernah hidup tenang. Suaminya tak pernah mau menginjakkan kaki di rumah orangnya.
Kalapun datang ke rumah orang tuanya, Donjuan hanya menunggu di teras. Selalu ada alasan untuk tidak mau masuk rumah.
Ya, alasan rumah panas, mau merokok, ingin ngisis, keperluan penting telepon sama relasi kerja dan lain sebagainya.
Sebagai istri, Karin tentu tahu alasan suami tidak masuk ke rumah tuanya. Karin merasa dari awal bila suaminya memendam rasa sakit hati dengan orang tuanya.
“Suami memang pernah bilang sakit hati omongan ayah dan ibu, tapi saya kira itu sudah hilang setelah kami menikah. Ya kami kan bukan anak kecil lagi. Yang sudah ya sudah,” kata Karin.
Akan tetapi, yang terjadi justru sebaliknya. Bapak tiga anak itu tidak mau sama sekali masuk ke rumah orang tuanya.
“Saya sampai ndak enak kalau ada acara keluarga. Suami memang jarang gabung ke acara keluarga,” kelas dia.
Sebenarnya, kedua orang tuanya juga pernah meminta maaf bila waktu pacaran pernah menghina dia.
“Wajar sih kalau ada orang tua takut anaknya dapat orang gak jelas, tapi buktinya kan saya memperjuangkan cinta dia. Saya juga mendukung karir dia dengan tidak pernah cemburu ketika dia meeting dengan relasinya,” jelas dia.
Namun, kini Karin terlihat menutup hati bagi Donjuan. Karin memilih menggugat cerai Donjuan karena selama ini orang tuanya sudah berkali kali meminta maaf dengan menyembah.
“Terakhir lebaran kemarin. Ayah dan ibu ke rumah minta maaf sambil nangis. Eh suami nyelonong keluar rumah,” jelas dia.
Dari situlah, Karin mulai geram dan akhirnya memilih mengajukan gugatan cerai. Donjuan diam seribu bahasa. Pria yang bekerja sebagai kepala staf komunikasi BUMN itu memilih diam saja.
“Iya gak apa-apa. Mertua emang begitu suka fitnah,” pungkas Donjuan.
Sementara itu, pengacara Karin, Abdul Kadir menyatakan bila Donjuan bersikukuh tidak mau bercerai.
“Ya tapi kalau tidak mau ke orang tuanya. Ya masak nikah sama anaknya, emoh sama orang tuanya,” kata dia. (*/no)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Saat Pacaran Dibilang Jelek dan Miskin, Kini Ogah ke Rumah Mertua
Redaktur : Tim Redaksi