jpnn.com, JAKARTA - Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid menerima pimpinan perwakilan Pelajar Islam Indonesia (PII) Mesir di Lantai 9, Gedung Nusantara III, Kompleks Gedung MPR/DPR/DPD, Senayan, Jakarta (13/9).
Pria yang akrab disapa HNW ini menyatakan organisasi pelajar kerap mendapat tantangan yang membuahkan peluang.
BACA JUGA: HNW Beri Peringatan Keras kepada Menag Yaqut soal Dana Ini
Tantangan dan peluang tersebut justru akan membuat diri kita lebih tangguh, unggulan, dan tidak mudah menyerah.
Ketua Umum Perwakilan PII Mesir Fikri Haiqal Arif yang didampingi Sekretaris Umum Perwakilan PII Mesir Indri Raisa Hanum dan Kadiv Kaderisasi Korpus PII Wati Mega Asyifa menyampaikan berbagai aspirasi dan dinamika PII Mesir kepada HNW.
BACA JUGA: HNW Mendesak Presiden Jokowi Batalkan Kenaikan Harga BBM Bersubsidi
Dia mengungkapkan pengalaman dirinya yang pernah kuliah di Madinah, Arab Saudi. Saat itu, dia aktif dalam organisasi pelajar Indonesia dan mengalami berbagai macam tantangan seperti yang dialami PII Mesir.
Kekurangan fasilitas yang ada tidak menjadi halangan dan beban bila kita berorganisasi dilandasi dengan kesukaan, kerelaan, pengabdian dan profesionalisme, serta peduli terhadap masa depan umat dan bangsa.
BACA JUGA: HNW: Pemerintah Mestinya Menolak Timnas Israel Main di Indonesia
“Saat di Madinah, dalam beraktivitas organisasi, kami juga menghadapi banyak keterbatasan dan tantangan”, ungkap politisi dari Partai Keadilan Sejahtera itu.
“Tapi, itu tidak kami jadikan sebagai penghalang, malah jadi penyemangat. Sehingga di sana saya tetap bisa aktif berorganisasi, berdakwah, dan berolahraga tanpa melupakan sukses studi,” katanya.
Menurut pria asal Klaten, Jawa Tengah, itu, yang diperlukan generasi muda saat ini adalah agresivitas, mobilitas, totalitas, dan intelektualitas.
Kuliah di Mesir tentu harus terpatri keseriusan yang lebih karena tidak mudah dan murah kuliah di sana.
Segala kesulitan dan biaya yang tak murah harus menghasilkan pelajar Indonesia dengan kualitas yang lebih tinggi dari kalau belajar di dalam negeri.
Kader PII sesuai namanya harus mempunyai nilai lebih dibanding dengan kader organisasi pelajar dan mahasiswa lain.
Kader organisasi ini harus menunjukkan keislaman dan keintelektualannya dan keberpihakannya kepada bangsa dan negara Indonesia.
Mereka di sana juga mengalami banyak tantangan, tetapi tetap bisa menjalankan keintelektualitasan.
Pelajar-pelajar Islam yang di Mesir pada saat perjuangan untuk kemerdekaan Indonesia seperti Kahar Mudzakkir maupun Saridi (Rasyidi) kerap menulis dan memublikasikan perjuangan bangsa Indonesia untuk meraih kemerdekaannya.
Lewat tulisan-tulisan itu, bangsa Arab seperti Mesir dan lainnya banyak tahu tentang perjuangan untuk kemerdekaan Indonesia.
“Dari sinilah Mesir dan beberapa negara Arab menjadi yang pertama mendukung kemerdekaan Indonesia.
Dukungan Mesir atas kemerdekaan Indonesia itulah yang membuat hubungan Indonesia-Mesir tercatat dalam sejarah emas kedua negara.
‘’Peran-peran penting dan sukses sebagai organisator, aktivis pembela bangsa, dan intelektual seperti yang dicontohkan oleh alumni-alumni Kairo Mesir seperti Kahar Mudzakkir dan Rasyidi penting dilanjutkan dan dihadirkan kembali,’’ ucapnya. (mrk/jpnn)
Redaktur : Tarmizi Hamdi
Reporter : Tarmizi Hamdi, Tarmizi Hamdi