Terinspirasi Tangisan, Sopir Taksi London Lintasi Daratan Eropa demi Warga Ukraina

Rabu, 30 Maret 2022 – 01:52 WIB
Pengungsi Ukraina yang menyelamatkan diri dari invasi Rusia harus menunggu berjam jam di depan stasiun. Foto: Antara/OTO/Reuters/Kai Pfaffenbach/FOC/djo

jpnn.com, LONDON - Tergerak oleh rekaman seorang ayah yang mengucapkan selamat tinggal kepada keluarganya, pengemudi taksi London Matt Westfall merasa terdorong untuk melakukan sesuatu guna menolong mereka yang melarikan diri dari konflik di Ukraina.

“Saya menonton televisi suatu malam dan saya melihat seorang laki-laki di usianya pertengahan 30-an dengan istri dan anaknya dan ketiganya menangis tersedu. Itu benar-benar menarik perhatian saya… itu cukup membuat kesal,” kata Westfall (52) kepada Reuters.

BACA JUGA: Bantu Negosiasi Perdamaian Rusia-Ukraina, Roman Abramovich Diduga Keracunan Senjata Kimia

“Saya berpikir ‘apa yang bisa saya lakukan terkait itu’,” katanya.

Westfall menghubungi satu dari rekannya dan mereka mengumpulkan sekelompok sesama sopir “taksi hitam” dengan tujuan mengangkut warga Ukraina yang melarikan diri ke tempat yang harus mereka tuju.

BACA JUGA: Ukraina Dihujani Bom, Turki Kebanjiran Duit Rusia

Mereka juga mengumpulkan sekitar 10.000 paun untuk bantuan sebagaimana donasi mengalir dari berbagai organisasi taksi dan dari layanan penggalangan dana GoFundMe.

Pekan lalu, rombongan enam taksi hitam London, mobil lain dan sebuah van berangkat dalam perjalanan 11 jam ke Polandia, dengan konvoi yang disambut sorak-sorai dan lambaian tangan saat rombongan itu melintasi Eropa.

BACA JUGA: Jangankan Militer Ukraina, Lawan Mulut Presiden Zelensky Saja Rusia Kewalahan

Mereka menurunkan bantuan, termasuk produk sanitasi, makanan bayi dan popok, kemudian memulai misi untuk mengangkut mereka yang membutuhkan tumpangan untuk bertemu teman-teman dan keluarga.

Dia mengingat kekagetan saat bus tiba di satu pusat pengungsian penuh dengan wanita dan anak-anak yang mengungsi dari pertempuran.

“Secara emosional saya tidak siap untuk bus ini. Bahkan saat ini itu masih mengguncang saya,” kata Westfall yang mengatakan bagaimana itu membawa kembali kenangan cerita dari keluarganya sendiri tentang bagaimana rasanya selama “the Blitz” - kampanye pengeboman Jerman di Inggris pada Perang Dunia II.

Dia menceritakan bagaimana salah satu dari penumpang kelompok itu termasuk seorang wanita dengan anak perempuan usia enam tahun yang belum makan selama 15 jam perjalanan bus mereka dari Ukraina ke Polandia.

“Dia sangat sangat khawatir terhadap kesehatan dan kesejahteraan putrinya,” katanya.

Kemudian salah satu dari temannya berlutut di sampingnya dan berkata “McDonald’s”.

“Mata gadis kecil itu seketika menyala seperti cahaya dan itu adalah perasaan luar biasa bahwa tiba-tiba gadis ini terbangun,” kata Westfall.

Wanita lain berusia akhir 30-an dengan tiga anak menangis tak terkendali, setelah melarikan diri dari Kiev di mana blok apartemennya telah dibom sementara suaminya berjuang di lini depan. Dia tidak punya apa-apa kecuali dua ransel kecil dan sebuah kantong plastik.

"Dia benar-benar menangis," kata Westfall.

"Hanya itu yang dia miliki di dunia ini. Bagi saya itu adalah salah satu pemandangan paling menyakitkan yang pernah saya lihat. Saya akan sangat berterima kasih kepada pengemudi yang datang bersama saya. Kami menempuh 2.700 mil (4.345 kilometer) hanya dalam tiga hari. Kami menyelamatkan 28 orang”. (ant/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler