jpnn.com - KENDARI - Meski dilirik banyak perusahaan besar untuk pembangunan pabrik gula, namun ketersediaan lahan di Sultra khususnya di sejumlah kabupaten yang dijadikan sebagai lokasi pengembangan tanaman tebu dan pembangunan pabrik masih menjadi kendala.
Seperti halnya rencana pendirian pabrik gula di Konawe Selatan (Konsel) di bawah bendera Artha Graha oleh PT. Marketindo Selaras yang dirintis sejak 2003 lalu. Walau telah memakan waktu lama, namun progresnya baru sampai pada tahap pembebasan lokasi untuk dijadikan lahan inti pengembangan tanaman tebu dan pembangunan pabrik.
Direktur PT. Marketindo Selaras, Lee Marvin Lieano, mengatakan pabrik gula yang akan dibangun direncanakan berkapasitas produksi 4 ribu ton tebu perhari dan membutuhkan lahan 7-10 ribu hektar. Besar investasi yang telah disiapkan untuk merealisasikan pembangunan tersebut bahkan mencapai 1 triliun.
BACA JUGA: Segera Antisipasi Upaya Perusahaan AS Pailitkan Merpati
"Kesulitan kita hanya pada masalah tanah. Pembelian tanah warga sangat sulit karena dipolitisir oleh oknum tertentu. Hari ini kita sudah survey dan sepakat soal harga, tapi besoknya saat mau transaksi tiba-tiba harganya dinaikkan kembali," kata Marvin seperti yang dilansir Kendari Pos (JPNN Group), Selasa (24/9).
Diluar persoalan lahan, daerah Konsel jelas marvi sebenarnya memiliki potensi yang besar untuk pengembangan daerah sebagai lumbung atau penghasil gula. Faktor iklim dan karakteristik kualitas lahan sangat mendukung untuk pengembangan tanaman tebu. Marvi mencontohkan daerah Jawa dan Lampung yang terkenal sebagai daerah produsen gula karena adanya pabrik pengolahan gula.
Menurutnya, semua potensi di Konsel tidak kalah dengan dua daerah tersebut. "Pembangunan pabrik tebu agak spesial utamanya lahan. Kita tidak bisa bangun pabrik tanpa lahan inti. Nah proyek pengadaan lahan dari masyarakat inilah yang selama ini jadi kendala," keluhnya.
Walau telah mendapat dukungan dari Pemda, Marvi mengaku pola pikir masyarakat yang cenderung berorientasi keuntungnan sesaat tanpa memikirkan efek jangka panjang, menjadikan persoalan lahan menjadi kendala utama hingga saat ini. Padahal jika pabrik ini terealisasi, maka akan membawa dampak positif terhadap perekonomian Sultra secara umum terlebih bagi masyarakat lokal setempat.
Investasi ini tidak hanya sebatas pabrik gula tetapi juga menyangkut sarana dan parasarana lain yang bisa menggerakkan sektor lain dan bisa dimanfaatkan untuk kepentingan warga. Bukan hanya pabrik, sumber listrik seperti PLN juga akan dibangun. Jika watt nya lebih, bisa disuplay ke rumah warga," jelasnya sambil menyebut dampak lain seperti produksi etanol sebagai produk sampingan dari operasional pabrik.
Kendala lahan tidak menghentikan langkah investasi pabrik tersebut. Sambil terus menyelesaikan proyek pengadaan lahan, perusahaan ini tetap bergerak mengerjakan tahapan kegiatan lain seperti fokus pada tahap pembibitan dan menjaga fariteas tebu yang akan dikembangkan dari serangnan hama. Training pada sebagian masyarakat sebagai kariawan utamnya dalam cara penanaman tebu juga sedang dilakukan sebagai tahap awal persiapan.
BACA JUGA: Pengembangan Bandara Juanda Hampir Rampung
"Waktu tidak jadi masalah. Memamng untuk pembangunan pabrik dengan kapasiatas besar butuh waktu lama," kata Marvi yang mencontohkan pembangunan pabrik gula di Lampung butuh waktu 8 tahun.
Marvi berharap proyek pengadaan lahan segera terselesaikan dan kesadaran masyarakat bisa muncul karena investasi besar seperti halnya pabrik tebu, berdampak pada peningkatan sektor ekonomi masyarakat karena mampu menggerakkan sektor usaha dan produksi lain dan penyediaan lapangan kerja sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. "kita belum bisa memastikan kapan pabriknya mulai beroperasi, yang jelas kita terus berusaha agar secepatnya bisa jalan," tukasnya.
Data dari Dinas Perkebunan dan Hortikultura Provinsi Sultra menyebutkan, saat ini setidaknya terdapat 6 perusahaan yang berinvestasi untuk pembangunan pabrik gula. Lokasi perkebunan tersebar di tiga kabupaten yakni Konsel, Muna dan Kendari dengan luas izin lokasi berkisar 10,7 ribu Ha hingga 26,3 ribu Ha. Walau telah mengantongi izin lokasi dari Pemda setempat namun presentase lahan yang telah dibebaskan hanya berkisar 350 Ha - 6,6 ribu Ha.
"Investasi pabrik gula memang butuh waktu lama. Perusahaan seharusnya bangun pabriknya terlebih dahulu. Soal penyediaan lahan untuk lokasi penenaman tebu dapat dirundingkan dengan masyarakat setempat. Yang terpenting bagi warga, bagaimana produksi tanaman yang dihasilkan dapat terakomodir dan tidak terbuang percuma seperti halnya hasil kelapa sawit di salah satu kabupaten," ujar salah satu staf Dinas Perkebunan dan Hortikultura Sultra yang enggan disebutkan namanya yang juga mencontohkan produksi kakao Sultra yang punya prospek setelah dibangunnya pabrik kakao berskala besar di daerah Konsel. (Cr7)
BACA JUGA: BNI Jadi Pengumpul Setoran Uang Tol Bali
BACA ARTIKEL LAINNYA... BRI Dianggap Beriktikad Baik Selesaikan Tuntutan Pesangon
Redaktur : Tim Redaksi