Terlahir Miskin dan Dilecehkan, Angkat Derajat Keluarga dengan Prestasi

Rabu, 20 Mei 2015 – 00:28 WIB
I Kadek Sudiarsana, memiliki kisah hidup berliku sejak duduk di bangku SD hingga SMP. Foto: Yessy Artada/JPNN.com

jpnn.com - SENYUM semingrah tak pernah absen dari raut muka I Kadek Sudiarsana di Aula Graha I, Gedung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Jakarta, siang itu.

Senin (18/5) kemarin, bisa jadi merupakan hari bersejarah baginya lantaran bisa bertemu dengan Menteri Anies Baswedan. I Kadek merupakan, salah satu putra terbaik bangsa yang berhasil membawa harum nama Indonesia di ajang Intel International Science and Engineering Fair (Intel ISEF) 2015, yang digelar di Pittsburgh, Pennsylvania, Amerika Serikat (AS) beberapa hari lalu.

BACA JUGA: Ketika Tiga Presiden dan Satu Wapres Menjadi Supermentor Generasi Muda

Remaja yang baru selesai menamatkan sekolahnya di SMA Negeri Bali Mandara Singaraja ini berhasil menyabet grand award di kategori matematika bersama rekannya bernama, I Dewa Ary Palguna.

Tapi siapa sangka, di balik senyumnya yang selalu diumbar, ternyata kehidupan Kadek kecil tak semanis perjalanannya mendapat penghargaan dari Intel ISEF 2015.

BACA JUGA: Istri Meninggal, Tukang Becak Berhati Mulia itu Nyaris Putus Asa

Yessy Artada, Jakarta

Kehidupan Kadek bisa dibilang tidak seberuntung teman-teman seusianya. Ketika teman sebayanya menghabiskan waku untuk bermain, Kadek kecil justru harus membanting tulang untuk bekerja. Terlahir dengan kondisi sangat miskin, membuat sosok berumur 18 tahun ini harus kerja ekstra keras.

BACA JUGA: Perjalanan Komunitas Indonesias Sketchers setelah Pameran di Kedubes Belanda

Terlebih, ayahnya sudah tiada sejak dia berumur 3 bulan. Sementara sang ibu justru memilih menikah lagi dengan seorang pria di Nusa Tenggara Barat (NTB) dan hampir tidak pernah mengirim uang. Hebatnya, meski perjalanan hidupnya sangat miris, tak sedikit pun kesedihan ia perlihatkan di raut wajahnya.

"Saya tinggal sama kakek nenek dan paman saja, tapi mereka juga orang tidak punya. Kami sangat miskin," ungkap Kadek dengan logat Bali.

Alhasil, sejak kelas 1 SD sampai duduk di bangku SMP, Kadek sudah bersahabat baik dengan jenis pekerjaan orang dewasa. Dari mulai beternak, jadi kuli bangunan sampai pemanjat pohon kelapa dia lakukan sejak masih berumur enam tahun.

"Saya sejak SD sudah bekerja. SD ternak babi dan sapi itu kelas 1-6. SMP ikut pemanjat kelapa, dada saya sampai lecet-lecet karena manjat pohon kelapa," kisah Kadek sembari mengelus dadanya.
  
Tak sampai di situ, berbagai cemooh dan ledekan karena terlahir sangat miskin sudah saban hari terdengar di kuping Kadek. Namun, hal itu semua tak digubrisnya. Walaupun merasa sakit diledek oleh teman-temanya, Kadek justru menjadikannya sebagai motivasi hidup.

"Banyak, nggak tua nggak muda. Ya saya diledek dan dilecehkan karena kondisi saya yang sangat miskin, tapi itu yang saya jadikan motivasi. Saya mau nunjukin ke mereka semua bahwa saya bisa lebih baik," tutur pria penyuka daging babi ini.

Beruntung, pria cerdas yang sejak SD mendapatkan beasiswa ini bisa menamatkan SMA hingga tuntas. Baru setelah masuk SMA, ia berani tinggalkan semua pekerjaan itu karena mendapat beasiswa secara penuh dari Pemkot Bali dan difasilitasi tinggal di sebuah asrama. 

Keinginannya sejak dulu sangat sederhana, dia ingin mengangkat derajat keluarganya agar lebih layak lagi. Dengan begitu tidak ada lagi yang meremehkan kondisi keluarganya.

"Moto hidup, saya dari keluarga nggak mampu dan tidak berpendidikan semua. Saya pengin tunjukkan ke mereka-mereka itu dengan mengangkat derajat keluarga saya dengan prestasi," ujar pria yang bercita-cita pengin jadi Gubernur Bali ini dengan semangat mengebu. (chi/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Hai...Mau Ngapain setelah Lulus SMA?


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler