jpnn.com, MAGELANG - Penyebab banjir bandang yang menerjang Desa Sambungrejo dan Desa Citrosono, Kabupaten Magelang, Jateng akhirnya terungkap.
Banjir dipicu oleh jebolnya bendungan alam yang muncul beberapa hari sebelum kejadian.
BACA JUGA: Pengungsi di Magelang Was-was Banjir Bandang Susulan
Kepala Desa Sambungrejo Muh. Fadil menyatakan, bendungan alam itu terbuat dari longsoran Bukit Sokorini.
Saat hujan, air tertampung di sana. "Longsoran itu juga menutup selokan kecil di ujung desa," katanya.
BACA JUGA: Sudah 10 Korban Jiwa Banjir Bandang Dievakuasi, 2 Masih Hilang
Bendungan yang terbentuk secara alami itu kemudian jebol setelah tidak mampu menampung air saat intensitas hujan tinggi.
Air bah kemudian menerjang lima dusun di dua desa, yakni Sambungrejo dan Citrosono, Kecamatan Grabag. Delapan rumah hilang dan 52 lainnya rusak.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang mengamini penyebab banjir bandang tersebut.
BACA JUGA: Desak Pemprov Jateng Merelokasi Korban Banjir Bandang Magelang
Menurut Kepala BPBD Edy Susanto, bencana banjir bandang dipicu hujan deras yang mengguyur kawasan perbukitan di kaki pegunungan Andong dan Telomoyo itu beberapa hari terakhir.
"Bendungan dari material longsor itu kemudian terisi oleh air hujan secara terus-menerus. Volume air meningkat dan puncaknya Sabtu sore lalu bendungan itu tidak sanggup menahan air hingga akhirnya jebol. Jadilah banjir bandang," ucap dia.
Banjir itu, kata dia, kemudian menghancurkan apa pun yang dilewatinya.
Bahkan, bangunan rumah bisa rata dengan tanah. Sebab, material banjir yang terbawa berupa batu-batu besar, lumpur, sampai belasan batang pohon.
"Ada batuan yang mencapai ukuran diameter 3 meter," paparnya.
Menurut dia, aliran banjir terpecah sampai tiga dan mampu mencapai 3-4 kilometer dari titik awal.
"Menghancurkan apa pun yang dilewatinya," imbuh Edi.
Bupati Magelang Zaenal Arifin mengimbau masyarakat di wilayahnya untuk waspada dan mengenali lingkungan sendiri.
Apalagi yang tinggal di perbukitan rawan bencana alam.
Akibat kejadian tersebut, pihaknya telah menetapkan status darurat bencana Magelang mulai 29 April-6 Mei 2017.
Status itu berlaku untuk semua wilayah Kabupaten Magelang karena bencana juga terjadi di beberapa kecamatan lain, seperti di Srumbung, Ngablak, Mungkid, Salaman, dan Borobudur.
Sementara itu, operasi pencarian korban banjir bandang hari ketiga yang difokuskan di Dusun Deles, Desa Citrosono, Kecamatan Grabag, membuahkan hasil.
Satu di antara dua korban yang belum ditemukan berhasil diangkat dari puing-puing reruntuhan bebatuan dan tanah kemarin (1/5).
Kepala Seksi Operasi Basarnas Jateng Agung Hari P menyatakan, korban terakhir yang ditemukan diidentifikasi sebagai Jamilatun Mar'ah, gadis berusia 12 tahun.
"Penemuan korban kesebelas ini bermula dari deteksi anjing pelacak yang diterjunkan ke lokasi. Setelah itu, kami bongkar puing-puing dengan alat berat," pungkasnya. (vie/c6/ami/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Yuk... Nikmati Atraksi Pelepasan Ribuan Lampion di Borobudur
Redaktur & Reporter : Natalia