Ternyata, Ini yang Membuat Pekanbaru Babak Belur (Bagian Pertama)

Rabu, 30 September 2015 – 09:56 WIB
ILUSTRASI. FOTO: JPNN.com

jpnn.com - PEKANBARU - Meski bukan daerah sumber titik api, Kota Pekanbaru tahun ini babak belur karena asap. Nyaris semua aktivitas publik seperti pendidikan dan transportasi udara berhenti. Asap pekat juga seolah tak mau pergi, meski sudah turun hujan beberapa kali.

Selama hampir 18 tahun terjadi bencana asap, kali ini disebut sebagai bencana asap paling terparah. Ada enam provinsi yang menjadi sumber titik api. Hanya Riau yang berstatus tanggap darurat.

BACA JUGA: Jamaah Tiba Berlinang Air Mata

Sedangkan Ibukota Provinsi, Kota Pekanbaru, status kualitas udaranya selalu stabil di level berbahaya. Mengapa asap betah di Kota Bertuah?

BMKG punya penjelasannya. Dilansir dari Riau Pos (Grup JPNN.com), ternyata ada faktor fenomena alam yang memengaruhi, yakni faktor arah angin.

BACA JUGA: MENGHARUKAN! Wajah Jamaah Haji Penuh Keringat dan Air Mata

Arah angin dari selatan dan utara akan melambat dan berputar-putar saat melewati Provinsi Riau, khususnya Kota Pekanbaru. Itulah yang menyebabkan kabut asap dari belahan tengah Sumatera manapun selalu cepat mengapung di Kota Pekanbaru dan relatif lama menghilangnya.

Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Pekanbaru, Slamet Riyadi menjelaskan, pada periode Agustus hingga September, arah angin datang dari Selatan (seperti Sumsel, Jambi) dan saat memasuki Pekanbaru, berputar ke arah Timur seperti belokan.

BACA JUGA: Unggah Video Polantas Diduga Minta Uang, Mahasiswa Gondrong Ini Ditangkap

Pada saat berputar inilah laju angin melambat. Perbedaan melambatnya cukup signifikan.

Jika saat datang dari arah selatan, angin di kecepatan 49 Km/jam. Saat berputar memasuki Pekanbaru, kecepatannya melambat hanya 7 Km/jam.

Lalu pada periode berikutnya di bulan Desember hingga Maret, arah angin sebaliknya berasal dari timur/utara (seperti Sumut, Rohil, Meranti, Bengkalis, Dumai) juga mengalami pembelokan dengan penurunan kecepatan saat memasuki Kota Pekanbaru.   

Fenomena alam ala Kota Pekanbaru memang unik dan akan terus menjadi sumber potensi bencana asap walau Pekanbaru tidak memiliki kerawanan kebakaran lahan dan hutan.

Fenomena arah angin yang disebut dipengaruhi perputaran bumi ini membuktikan Pekanbaru memiliki kerawanan bencana asap dua kali dalam setahun.

“Selama ini fakta membuktikan bahwa Pekanbaru memang selalu menjadi daerah terdampak kabut asap terparah, dari manapun sumber api berasal. Sudah tiga tahun terakhir ini Kota Pekanbaru selalu menegakkan status bencana kabut asap,” terang Slamet.

Ia juga menjelaskan bahwa dua pola angin tersebut adalah pola angin timur dan pola angin barat.

“Pola Angin Timur ini terjadi karena matahari berada lebih condong ke utara sehingga panas yang diterima oleh bumi bagian utara lebih banyak daripada bumi bagian selatan. Maka terjadi perbedaan lama panjang siang dan malam di belahan bumi masing-masing,” sebut Slamet.

Ketika bumi bagian utara mendapatkan sinar matahari lebih banyak, maka bumi bagian utara lebih panas, tekanan udara lebih rendah.

Dengan kondisi bumi bagian utara lebih panas, tekanan udara lebih rendah, maka angin bertiup dari tekanan yang lebih tinggi ke tekanan yang lebih rendah. Maka terjadi aliran masa udara dari selatan ke utara,” kata Slamet.(rpg/jpg)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Detik-detik Terbunuhnya Salim Kancil...Aktivis yang Punya Ilmu Kebal


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler