jpnn.com, JAKARTA - Novel Baswedan diterbangkan ke Singapura untuk menjalani perawatan lebih lanjut, pascawajahnya disiram cairan asam sulfat oleh orang tak dikenal.
Selain kulit wajah, asam sulfat yang disiramkan pria misterius itu juga masuk mata penyidik KPK itu.
BACA JUGA: Cairan Disiramkan ke Wajah Novel, Kena Kayu pun Berlubang
Soal biaya, Wakil Presiden Jusuf Kalla membantah kabar bahwa dirinya yang membayar pengobatan penyidik KPK Novel Baswedan.
Tapi, dia mengakui memang ada pertemuan dengan pimpinan KPK yang membicarakan tentang penyerangan pada Novel.
BACA JUGA: Akun Hoaks Sebar Fitnah di Sosmed tentang Novel Naswedan
Hal lain yang dibicarkan soal pengobatan mata Novel di Singapura.
”Pribadi tentu tidak diterima, sulit kan. Tidak enak nanti dikira gratifikasi,” ujar JK usai bertemu Rektor Universitas Islam Imam Mohammed Bin Saud DR. Sulaiman Bin Abdullah Aba Al-Khail, kemarin.
BACA JUGA: Aman, Biaya Pengobatan Novel Baswedan Ditanggung Negara
Pertemuan antara pimpinan KPK dengan JK itu berlangsung di rumah dinas Wakil Presiden pada Selasa (11/4) malam.
Turut dalam pertemuan itu Ketua KPK Agus Rahadjo, Wakil Ketua Laode M. Syarif, Wakil Ketua Indriyanto Seno Adji, dan mantan Menkum HAM Hamid Awaluddin.
JK menegaskan bahwa pembiayaan untuk pengobatan Novel ditanggung oleh negara.
Novel diperlakukan seperti aparat negara yang mengalami musibah saat menjalankan tugas menyidik kasus besar di KPK. Tapi, dia tidak mendetailkan secara terperinci kasus yang dimaksudkan.
”Dia (Novel) dibutuhkan oleh KPK. Jadi sebagai petugas negara, pemerintah membantu (biaya pengobatan),” imbuh dia.
Lebih lanjut dia menuturkan pasca kejadian yang menimpa Novel itu tetap tidak perlu ada pembuatan aturan khusus untuk pengamanan pada aparat penegak hukum.
Lantaran sudah ada ketentuan bila seseoarang merasa terancam bisa meminta bantuan polisi.
”Umum saja tidak perlu regulasi. Walaupun anda barangkali wartawan merasa terancam boleh hubungi polisi,” tambah dia.
Sudah menjadi kewajiban polisi untuk menjaga keamanan siapapun. Mulai dari pejabat di pemerntah daerah seperti gubernur, bupati, dan wali kota.
Bila mereka merasa terancam maka tugas polisi untuk meningkatkan keamanan.
”Karena itu maka polisi diminta meningkatkan pengamanan kepada penyidik-penyidik ataupun komisioner KPK,” tegas JK.
Sementara itu, Digital Video Recorder (DVR) Closed circuit television (CCTV) yang terpasang di rumah Novel sudah sampai di tangan penyidik Direktorat Reserse Kriminl Umum (Ditreskrimum) Polda Metro Jaya.
Mereka berjanji segera menganalisis rekaman pada CCTV tersebut. Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono membenarkan hal tersebut.
Dia menyebutkan bahwa rekaman CCTV diserahkan oleh KPK kemarin pagi.
”Sekarang sedang dianalisis penyidik Krimum,” kata dia kepada Jawa Pos.
Perwira menengah Polri yang akrab dipanggil Argo itu menuturkan, Polda Metro Jaya hanya mendapat satu rekaman CCTV. Sebab, Novel hanya memasang satu kamera CCTV di depan rumahnya.
Tepatnya di atas tembok pagar rumah di Jalan Deposito Blok T Nomor 8.
Namun demikian, sambung Argo pihaknya kesulitan menganalisis wajah penyiram asam sulfat ke wajah Novel. Wajah pelaku tidak tampak jelas dalam rekam CCTV.
”Meski begitu, kami tetap menganalisis. Ditunggu saja,” ujar pria kelahiran Jogjakarta tersebut.
Sementara itu, puluhan pegawai KPK kemarin menggelar aksi simpati untuk Novel.
Kegiatan yang digelar usai jam kerja itu diisi dengan doa dan orasi dari pegawai senior KPK dan perwakilan jurnalis. Mereka berharap Novel segera diberi kesembuhan.
Mereka juga mendesak dibentuknya tim independen pencari fakta untuk mengusut tuntas siapa dalang dibalik penyiraman Novel.
”Novel bukan penyidik KPK, tapi Novel adalah KPK,” kata Direktur Gratifikasi KPK Giri Suprapdiono.
Dalam aksi solidaritas yang dimotori wadah pegawai (WP) KPK itu tidak tampak wajah para pimpinan.
Hanya Sekretaris Jenderal (Sekjen) KPK Bimo Gunung Abdul Kadir yang terlihat di kerumunan pegawai. (ian/jun/sam/syn/tyo)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bimbim Slank: Apalagi Petugas KPK yang Musuhnya Banyak
Redaktur & Reporter : Soetomo