jpnn.com - SURABAYA – Saat ini jumlah ibu di Indonesia yang menyusui masih sangat sedikit. Kenyataan itu diketahui saat pekan ASI sedunia yang diperingati pada 1-7 Agustus.
''Di Indonesia, menurut riset kesehatan dasar (riskesdas), capaiannya cuma 42 persen,'' ujar dr Dian Pratamastuti SpA, konselor ASI dan menyusui Siloam Hospitals Surabaya.
BACA JUGA: Tolong, Berita Ngeri-ngeri Jangan Dibesar-besarkan
Menurut dia, target sebenarnya adalah 80 persen. Ada beberapa persoalan yang membuat capaian ibu yang menyusui anaknya kurang dari separo.
Pertama, pengetahuan ibu mengenai ASI (air susu ibu) masih kurang. Ada yang belum memahami keajaiban dan manfaatnya. Selain itu, banyak ibu muda yang menghadapi pengalaman pertama menyusui. Mengalami sedikit kesulitan sudah membuat mereka menyerah pada susu formula.
Alasan lain, tidak ada dukungan keluarga. Dian mencontohkan salah satu klien yang datang dengan keluhan diminta menghentikan ASI oleh suami dan orang tuanya. Penyebabnya, keluarga merasa kasihan kalau si ibu harus terbangun tengah malam untuk menyusui.
BACA JUGA: Mantan Dirut APL Jadi Terdakwa, Dua Anak Buah Aguan di Singapura
''Biasanya saya minta ketemu dengan keluarga. Saya jelaskan keistimewaan ASI,'' ucap dokter yang menempuh pendidikan spesialis anak di RSUD dr Soetomo-Universitas Airlangga itu.
Menurut dia, supaya ASI keluar, memang ada tipnya. Pertama, kenalkan bayi dengan ASI sedini-dininya. Yakni, melalui inisiasi menyusui dini (IMD). Caranya, 30-60 menit setelah lahir, bayi ditaruh di dada ibu.
Bayi secara refleks akan merangkak dan mencari payudara ibu. Untuk kelahiran normal, IMD sering berhasil. Bagi yang menjalani Caesar, IMD tetap bisa dilakukan.
Dian menyarankan untuk memilih rumah sakit yang memiliki rawat gabung. Setelah operasi Caesar, maksimal empat jam bayi langsung digabungkan dengan ibunya untuk IMD. ''Susu pertama ini mengandung kolostrum, 1 ml kolostrum mengandung 1-3 juta leukosit, yakni sel darah putih yang sangat penting bagi kekebalan bayi,'' ucap dokter yang juga berpraktik di National Hospital tersebut.
Selain itu, angka ibu menyusui rendah karena banyak perempuan yang bekerja. Berdasar data BPS, di antara 144 juta angkatan kerja, 43 persen adalah pekerja perempuan. Dian menyebutkan, sebenarnya hal itu bisa diakali.
BACA JUGA: Pengin Tahu Daerah dengan Indeks Demokrasi Terbaik? Klik
Misalnya, rutin memerah setiap tiga jam saat jam kantor. Dia berharap instansi tempat bekerja juga menyediakan ruang laktasi. Apalagi hal tersebut sudah diatur undang-undang.
Kemudian, ibu bekerja tetap menyusui saat pagi sebelum ke kantor. Termasuk ketika malam. Usahakan menyusui dalam waktu lama. Lebih dari 15 menit. Sebab, susu pada 10 menit pertama adalah susu encer yang hanya mengandung protein dan air. Di atas itu susu kental dengan karbohidrat dan lemak. (nir/c5/nda/flo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mabes TNI Mengadukan Koordinator KontraS Ke Bareskrim Polri, Begini Penjelasannya
Redaktur : Tim Redaksi