Terobosan Baru Kalbe Farma untuk Perawatan Luka Akibat Diabetes

Sabtu, 12 Oktober 2024 – 14:30 WIB
Pharma Marketing Deputy Director PT Kalbe Farma Tbk, dr. Selvinna, M. Biomed (kanan) bersama para dokter ahli dalam diskusi media di Jakarta, Sabtu (12/10). Foto: Mesya/JPNN

jpnn.com - JAKARTA - PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) membuat terobosan baru dalam perawatan luka yang sulit sembuh.

Luka kronik dibagi menjadi empat, yaitu luka diabetes (Diabetic Foot Ulcer), luka tekan (Pressure Injury), ulkus vena (Venous Leg Ulcer), dan ulukus arteri (Arterial Ulcer). 

BACA JUGA: Kolaborasi Diperlukan untuk Tanggulangi Retinopati Diabetika Diabetes

Dari keempat itu, luka diabetes bisa berakibat komplikasi. Oleh karena itu, sangat diperlukan terobosan untuk perawatan luka yang sulit sembuh akibat diabetes.

“Kalbe sangat peduli terhadap penanganan penyakit diabetes di Indonesia melalui Kalbe Diabetes Total Solution. Komplikasi diabetes bisa menyebabkan berbagai penyakit seperti gagal ginjal, stroke termasuk juga luka yang sulit sembuh,” ujar Pharma Marketing Deputy Director PT Kalbe Farma Tbk, dr. Selvinna, M. Biomed dalam diskusi media di Jakarta, Sabtu (12/10).

BACA JUGA: BPA Menyebabkan Diabetes hingga Infertilitas? Guru Besar IPB & Dokter Ahli Bersuara

Selvinna melanjutkan edukasi mengenai penanganan luka yang sulit akibat diabetes perlu dipahami oleh masyarakat.

Hal ini agar mereka terhindar dari dampak luka tersebut, salah satunya risiko amputasi.

BACA JUGA: 4 Buah Kering yang Sebaiknya Jangan Dikonsumsi Penderita Diabetes

“Kalbe terus berupaya untuk menyediakan solusi kesehatan bagi masyarakat, sesuai dengan komitmen berkelanjutan perusahaan, yaitu Bersama Sehatkan Bangsa,” lanjut Selvinna.

Berdasarkan penelitian Etiology, Epidemiology, and Disparities in the Burden of Diabetic Foot Ulcers di National Library of Medicine, luka diabetes dapat berakibat komplikasi.

Sekitar 20 persen orang yang mengidap luka diabetes memerlukan amputasi kaki, baik minor (di bawah pergelangan kaki), maupun mayor (di atas pergelangan kaki), atau keduanya.

Fakta lainnya, diperkirakan 10 persen akan meninggal dalam waktu satu tahun setelah diagnosis luka diabetes yang pertama. Infeksi luka diabetes terjadi pada sekitar 60 persen dari pasien luka diabetes. 

Di antara orang-orang yang mengalami infeksi luka diabetes, sebagian besar memerlukan tindakan bedah untuk membersihkan luka, dan sebanyak 15—20 persen memerlukan tindakan amputasi.

“Problem yang mungkin dihadapi pada luka yang sulit sembuh adalah adanya jaringan nekrotik atau jaringan mati, bakteri atau infeksi, eksudat (nanah) yang berlebih. Selama problem masih ada penyembuhan tidak akan berjalan atau berhenti," ungkap Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Prof. Dr. dr. David Sontani Perdanakusuma, Sp.BP-RE(K).

Dia melanjutkan, dampaknya akan membuat perawatan menjadi lama, biaya perawatan dan pengobatan meningkat, dan fungsi sosialnya akan terganggu (produktivitas, pergaulan, pekerjaan, dan lain-lain).

Sekretaris KSM Bedah RSCM dan Koadminko Departemen Bedah FKUI, Dr. dr. Dedy Pratama, Sp.B, Subsp.BVE(K) menambahkan, luka kronik akibat diabetes melitus dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang berdampak signifikan bagi pasien dan keluarga.

Bagi pasien, luka yang tidak dapat disembuhkan menyebabkan gangguan mobilitas pada pasien dan berdampak signifikan bagi kualitas hidup pasien.

"Tidak bisa dihindari, masalah psikologis dapat berdampak pada pasien, yakni mengalami depresi, kecemasan, atau stres akibat kondisi kesehatan yang berkepanjangan," jelas Dr. Dedy.

Berbagai dampak tersebut dapat dihindari dengan penanganan yang tepat terhadap luka diabetes. Prof. David menekankan, percepatan penyembuhan luka dapat dilakukan dengan modalitas terkini dari hasil penelitian, yakni menggunakan secretome dan stem cell. 

Dr. Dedy menambahkan, penggunaan metode modern wound dressing (balutan luka modern) dan Negative Pressure Wound Therapy atau NPWT (perawatan luka tekanan negatif) juga dapat menjadi solusi untuk mempercepat proses penyembuhan luka dan mencegah luka semakin memburuk. 

NPWT, terangnya, memiliki kelebihan dibandingkan perawatan luka konvensional lain.

Di antaranya, membersihkan luka secara kontinu setelah tindakan bedah, dapat menarik eksudat (nanah) secara terus-menerus, mempercepat stimulasi jaringan granulasi (jaringan sehat), mengurangi nyeri bengkak pada kaki diabetes yang disebabkan oleh penggantian perban dengan interval yang pendek seperti pada perawatan luka konvensional. 

"Hal ini tentunya dapat mengurangi length of stay pasien di rumah sakit, mengurangi angka nosokomial bagi pasien akibat seringnya penggantian luka, dan mempercepat kesembuhan luka bagi pasien,” ucap Dr. Dedy.

Lebih lanjut dikatakan, selain evaluasi dan pengobatan medis yang mutakhir, perlu juga peningkatan awareness dan pengetahuan masyarakat mengenai luka kronik, faktor apa saja yang meningkatkan risiko luka kronik, dan bagaimana cara mencegah luka kronik.

Pasien juga harus konsultasi ke dokter secara rutin untuk memeriksa kondisi kesehatan, memeriksakan diri di laboratorium, serta displin mengonsumsi obat-obatan yang diresepkan dokter. 

"Dengan kerja sama yang baik antara masyarakat, tenaga kesehatan, pemerintah, dan perusahaan kesehatan, seperti Kalbe Farma yang berkomitmen pada inovasi di bidang kesehatan, maka Indonesia bisa mencegah komplikasi dan memperbaiki penyembuhan luka kronik," pungkasnya. (esy/jpnn)


Redaktur : Soetomo Samsu
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler