JARINGAN teroris sepertinya makin subur sajaBukan cuma kalangan santri atau ormas Islam, wartawan dan pemain gaple ternyata juga bisa direkrut.
Buktinya adalah Pepi alias Fernando yang diduga polisi merupakan otak dari ancaman peledakan bom di Gereja Christ Chatedral, Serpong
BACA JUGA: KPK Segera Periksa Andi Mallarangeng
Pepi yang disebut polisi sebagai seorang sutradara film, ternyata pernah berkarir sebagai wartawan di sejumlah mediaKemarin, polisi juga menangkap tersangka ke-20 kasus ini
BACA JUGA: Rektor UIN Curiga Jaringan Teroris Garap Kampusnya
Inisialnya, IFBACA JUGA: Kecurangan Seleksi CPNS Belum Terhenti
Persamaan lainnya, keduanya merupakan lulusan Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Fakultas TarbiyahPara alumnus UIN yang mengenal Pepi mengaku terkejut mendengar penangkapan rekannya iniSoalnya, saat di kampus, pria yang lulus tahun 2001 ini tak punya potongan aktivis muslim garis keras dan juga bukan aktivis kampus
"Dia mahasiswa biasa yang slengeanRambutnya agak panjang dan tidak terlihat sama sekali seperti sosok aktivis muslim garis keras," jelas Ace Hasan Syadzili, rekan satu kampus dan juga satu kosan dengan Pepi
Dia menduga, Pepi ketularan ideologi garis keras saat berada di Aceh saat menjadi relawan setelah daerah ini diterjang tsunamiDi Aceh pula Pepi sempat membuat film dokumenter tentang tsunami berjudul: Dalam Dekapanku.
Dede, juga alumnus UIN, mengakui kalau Pepi bukanlah aktivis Islam semasa di kampus“Dia anak gaul biasa,” kata Dede yang berprofesi sebagai wartawan Rakyat Merdeka
Bahkan menurutnya, saat di tempat kos, hampir setiap malam Pepi bermain gaple bersama teman-teman lainnya"Saya kebetulan satu kos sama dia, kalau malam suka main gaple bareng sambil minum-minumNggak ada potongan teroris dia itu," ujarnya
Pada tahun 2003, Pepi pernah menjadi wartawan di harian Halo Sayang, sebelum pindah ke sejumlah media infotaiment
Di Mabes Polri, Kabag Penum Polri Kombes Boy Rafli Amar menyebut, IF pernah dua kali melakukan pertemuan dengan Pepi yang juga diduga otak dari teror bom bukuNah, dalam pertemuan itu, Pepi menyampaikan kepada IF akan ada aksi teror Jumat lalu
Pepi pun meminta IF mengundang media-media asing untuk meliput langsung aksi tersebut"Dia bukan direkrut sebagai kapasitas karena di tv, tapi untuk jaringan televisi luarKelompok ini ingin diketahui secara luas, karena akan memberi dampak untuk perjuangan mereka," ungkap Boy, kemarin.
Kata Boy, IF yang merupakan alumni UIN Jakarta angkatan 2001 itu bertemu dengan P sebelum bom bukuSetelah aksi bom buku dilancarkan, polisi mulai mengendus IFMaka, status DPO pun dikeluarkan.
Meski begitu, kata Boy, IF hanya berteman dengan PepiSementara dengan 18 tersangka lainnya, IF tidak berhubungan.
Karena itu, polisi masih mendalami sejauh mana keterlibatan IF dalam kelompok iniPolisi akan mencari, apakah Apakah ada hubungan timbal balik antara Pepi dengan IF"Apakah dibayar, atau untuk jihadKalau tidak terbukti, tidak akan dilanjutkan penahananTujuh hari dimanfaatkan oleh penyidik," ucap Boy.
Menurut Boy, bukan hal aneh jika Pepi mampu merekrut IFSoalnya, Pepi yang disebut Boy sebagai aktivis sinema, memang banyak kenal awak media"Dia pernah bekerja untuk buat acara seperti di TV, pernah buat semacam production house," beber Boy.
Karena itu, kata Boy, P benar-benar tahu kebutuhan pers akan informasi begitu tinggiKarena itu, P memanfaatkan kondisi ini untuk memuluskan tujuannya, yakni publikasiP yakin, media akan tertarik untuk meliput aksi teror tersebut.
"Mereka sangat senang dipublikasikanMisi yang dia buat diketahui masyarakat maupun dunia internasionalSekaligus, pingin cari dukungan bahwa apa yang dilakukan itu benar," ujar Boy lagi.
P yang belakangan diketahui bernama Pepy, dikenal sebagai sutradara film Dalam Dekapan AlamIa secara otodidak belajar merakit bomKarya perdananya, bom buku yang dikirim ke sejumlah pihak"Dia juga tidak menyangka akan meledakDia belajar rakit sendiri."
Jumat malam, kata Boy, polisi kembali menggeledah rumah Pepi di ujung Jalan Seruni 2 Blok C-E Nomor 14, Perumahan Harapan Indah, BekasiDi rumah ini Pepi tinggal bersama istri, mertua dan dua anaknyaNamun Boy enggan menyebut barang bukti apa yang didapat penyidik dari rumah tersebut.
Yang pasti, kata Boy, kelompok Pepi Cs merupakan kelompok baruKelompok yang dulunya non radikal, sekarang berubah radikal"Bisa saja terinspirasi dengan pola-pola lama, tapi kami masih mencari apakah ada hubungannya dengan jaringan lama," tutur Boy.
Kata Boy, dari kelompok itu hanya 2 sampai 3 orang yang bisa merakit bomSoal dana untuk mempersiapkan bom, mereka patunganSementara, untuk kurir yang mengantar bom buku, diambil dari luar kelompokKini, peran masing-masing anggota masih didalami polisi"Sedang kita ungkap juga, untuk ada rencana lain mereka," tandasnya(OKT/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Peta Bencana Rampung, Siap Relokasi Warga
Redaktur : Tim Redaksi